Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah sebuah gigi emas


 Awas, ada cerita plus plus nya, yang belum cukup umur jangan baca ya. :)

Bulan purnama tampak di langit malam. Cahayanya yang bersinar terang membuat suasana kuburan Jatiwangi yang biasanya gelap menjadi sedikit temaram, tapi siapa pula yang berani masuk ke pemakaman Jatiwangi malam hari begini, mana tadi siang baru ada seseorang dikuburkan.

Tapi di keremangan malam itu tampak sesosok tubuh masuk ke dalam kuburan umum itu. Langkah kakinya dengan mudah bisa melewati nisan demi nisan tanpa terantuk, mungkin karena ia sudah hafal jalan di pemakaman tersebut, apalagi dengan bekal sebuah senter di tangan kanan, sedangkan tangan satunya lagi membawa sebuah sekop.

Dan memang Bayu, demikian nama orang tersebut adalah seorang penggali kubur, baik di kuburan Jatiwangi ataupun tempat lainnya sehingga ia tidak merasa takut biarpun sendirian, tengah malam di pekuburan. Pernah ia diminta oleh keluarga yang ingin mayit orang yang meninggal harus dimakamkan malam hari, tentu saja dengan temannya khanif yang biasa ia ajak bekerja sama.

Langkah kakinya baru berhenti ketika ia tiba di sebuah gundukan tanah merah yang masih baru. Agar tidak kesasar ia menyorotkan senternya ke sebuah papan nisan besar, disitu tertulis nama Alan, dengan tanggal lahir dan juga hari kematiannya, yang mana tepat hari ini.

Bayu menyeringai. Senter langsung dimatikan lalu tangannya segera bekerja. Senternya sendiri dimatikan agar tidak menarik perhatian, maklum cahaya tengah malam di kuburan tentu bukan hal biasa, biarpun untuk itu ia pernah tertawa karenanya.

Jadi ia pernah menjarah sebuah kuburan tengah malam dengan senter masih menyala, esoknya warga desa agak geger karena kebetulan ada tukang ojek lewat pekuburan Jatiwangi dan ia bercerita kalo dirinya melihat setan api disana, ia bahkan berani bersumpah ketika dirinya dianggap hanya membual.

Auunggg.... Suara lolongan anjing di kejauhan menyadarkannya. Lelaki berusia tiga puluhan itu segera mempercepat kerjanya. Suara sekop membuang tanah merah itu makin terdengar, tapi Bayu tidak khawatir bakal terdengar oleh orang yang lewat karena letak kuburan Alan jauh di sudut pemakaman. Lagipula pula jika ada yang dengar, siapa juga yang berani kesana.

Duk, suara sekop menghantam kayu membuatnya berhenti. Ia dengan hati-hati lalu membuang tanah disekelilingnya sehingga kini lebih jelas.

Dibawah sinar rembulan tampak sebuah peti mati yang bagus, kayunya terbuat dari kayu yang mahal, maklum orang yang ada di dalamnya itu terkenal sebagai salah satu orang kaya di kecamatan ini. Siapa orang daerah sini yang tidak kenal dengan Alan, orang china pemilik beberapa kios di pasar dan juga toko bangunan plus juga konter di perempatan lampu merah kota itu, tapi kabarnya mati karena kena serangan jantung. Dan karena orang itulah ia susah payah tengah malam kesini.

Dengan sekop ia coba mencungkit kayu penutup peti mati itu. Keras, pertanda dipaku dengan kuat. Terpaksa ia keatas lagi lalu mengambil linggis yang juga di bawanya sebagai persiapan kalo memang susah membukanya.

Setelah lima menit berusaha akhirnya ia berhasil membuka peti jenazah itu. Tentu saja Bayu senang bukan kepalang, tidak sia-sia jerih payahnya malam ini.

Tapi ketika ia melihat kedalamnya hatinya menjadi kecewa. Bagaimana tidak, selain yang meninggal, ternyata di dalam peti mati itu tidak ada satu harta berharga pun, padahal mayat itu terkenal sebagai orang kaya raya dan biasanya akan membawa serta sebagian hartanya kedalam peti mati, yang biasanya ia jarah seperti kuburan lain.

Satu-satunya yang sepertinya berharga paling mayat koh Alan itu memakai pakaian jas yang bagus. Tapi berapa sih harga jas bekas, paling juga seratus dua ratus ribu, dan tak akan laku sepeserpun jika yang beli tahu itu jas dari orang mati.

Ia coba merogoh sakunya, barang kali menemukan duit atau arloji mahal. Nihil, tak ada apapun disana. Lelaki itu tidak langsung menyerah, ia membalikkan tubuh mayat yang sudah kaku itu, barang kali ada harta yang tertindih olehnya, tapi tetap kosong.

Bangsat, makinya dengan hati dongkol. Berarti sia-sia ia bekerja tengah malam begini. Saat ia meletakkan kembali mayat itu seperti semula, dari pantulan sinar rembulan samar-samar ia melihat sesuatu yang bercahaya dari mulutnya.

Bayu menyeringai. Ia segera membuka mulut mayat itu, yang agak susah karena sudah kaku, dan didalamnya tampak sebuah benda yang ia cari. Sebuah emas, tepatnya sebuah gigi taring yang terbuat dari emas.

Tanpa mempedulikan bau busuk yang keluar dari mayat Alan, lelaki itu segera bekerja, mulut jenazah itu ia buka lebih lebar agar ia bisa mengambil harta incarannya. Berhasil, ia bisa memegang gigi taring itu, tapi ketika hendak dicabut ternyata sangat keras.

Heran, kenapa sangat keras batinnya. Ia segera mengerahkan seluruh tenaganya di jari jempol dan telunjuk untuk mencopotnya.

Tiba-tiba terjadi sesuatu yang tidak disangka-sangka, mulut mayat itu tiba-tiba mengatup. Iya, jenazah yang sudah mati itu entah bagaimana mulutnya tiba-tiba menutup rapat dan menggigit kencang kedua jarinya.

Apaaa, tentu saja Bayu terkejut bukan main. Tadinya ia menganggap kalo dirinya sedang bermimpi, tapi rasa sakit plus darah yang mengucur dari kedua jarinya itu menyadarkan nya.

Ia segera menarik jari telunjuk dan jempolnya. Nihil, entah bagaimana giginya kuat sekali, sementara rasa sakit makin menjadi-jadi, sepertinya gigi mayat itu sudah menyentuh tulang jarinya.

Ditengah perasaan kacau dan takut yang melanda dirinya, Bayu masih bisa bergerak cepat. Tangan kirinya yang bebas langsung saja mencekik leher koh Alan sekuat tenaga. Berhasil, gigitan itu langsung berhenti dan kedua jarinya bebas. Ia segera menariknya dan ditangannya kini tampak sebuah gigi taring terbuat dari emas.

Lelaki itu langsung berdiri, takut kalo mayat itu tiba-tiba hidup dan langsung menyerangnya. Tapi ternyata tidak, jenazah Alan masih tetap terbaring di peti mati.

Ia memperhatikan gigi emas itu, beratnya mungkin hanya sekitar lima atau enam gram saja, tapi tidak apa-apa lah daripada kosong. Sebagai pencuri mayat ia bisa membedakan antara emas murni yang mahal dan yang biasa dan yang ia dapat adalah yang murni. Tentu saja hatinya jadi girang. Biarpun ia tahu tak mungkin ia mendapatkan harga tinggi tapi setidaknya ia bisa menawar pada Herman nanti.

Rasa ngilu di kedua jarinya kembali menyadarkan nya. Baru ia memeriksa tangannya dan tampak bekas gigitan disitu dan juga darah masih mengucur walaupun sudah sedikit. 

Bayu memandang jengkel pada mayat Koh Alan." Hmmm, sebenarnya aku ingin meludahi mayatmu karena sudah menggigitku, tapi karena kamu sudah berbaik hati memberikan gigi emas kesayangan mu padaku maka aku hanya akan membiarkan peti mati ini terbuka saja. Aku tidak akan menutupnya lagi seperti yang lainnya, biarlah nanti mayatmu jadi tontonan orang-orang hahaha.."

Setelah meludah sekali lagi, lelaki berusia tiga puluhan itu lalu pergi, tentu saja dengan membawa sekop dan peralatan lainnya yang dibawa, tanpa menyadari kalo akan ada akibat mengerikan.

Sudah lima kali Bayu menelpon tapi sayangnya Herman tidak mengangkat teleponnya. Bangsat, makinya sambil mematikan telepon. Apakah dia sedang tidak ada uang ataukah sedang sibuk dengan istri mudanya sehingga tidak mau diganggu. Terpaksa ia menelpon satu orang lagi, yang selalu siap sedia menerima biarpun ia harus kecewa karena sering dihargai murah.

Dan seperti dugaannya, baru satu kali menelpon panggilannya langsung dijawab.

"Selamat malam pak Satria." Katanya berbasa-basi.

"Ah kamu Bayu, ada apa menelpon." Tanya suara diujung sana.

"Ah ada perlu sedikit, bapak ada waktu kan."

"Tak usah basa-basi, langsung saja ngomong mau perlu apa, aku banyak pekerjaan nih."

Kampret, maki Bayu dalam hati, masa tengah malam begini masih ada pekerjaan. Yah, mungkin pekerjaan yang enak-enak dengan bini mudanya, atau mungkin selingkuhannya kali." Aku mau jual emas pak, mohon diterima soalnya ada perlu penting sekali."

"Hmmm." Suara diujung sana sedikit melunak." Berapa kira-kira?"

"Lima atau sepuluh gram saja pak."

"Baiklah, kita ketemu di jalan raya dekat perempatan seperti biasa ya."

Siap pak, tentu saja hati Bayu jadi senang. Tidak sia-sia ia bekerja tadi membongkar makam. 

"Dari mana saja mas Bayu?" Tanya Ani istrinya ketika melihat suaminya pulang.

"Ah kamu perempuan tidak usah tahu. Cepat obati lukaku ini." Jawabnya ketus sambil mengangsurkan tangannya. Tentu saja Ani jadi terkejut.

"Aduh mas kamu terluka kenapa." Katanya khawatir lalu segera mengambil kain dan obat merah. Dalam sekejap saja luka ditangannya sudah diperban tapi rasa ngilu nya masih ada sehingga ia tetap jengkel.

"Tadi aku kepleset di jalan." Jawabnya sekenanya dengan ketus. Perempuan muda berusia dua puluh lima tahun tapi tampak sudah lebih tua dari umurnya hanya menghela nafas. Percuma saja ia bertanya suaminya tidak akan berterus terang, yang ada malah akan tambah marah.

"Mas, tadi ada surat dari sekolah untuk Khanif. Ia sudah tidak bayar SPP selama tiga bulan." Katanya sambil memberikan teh manis hangat dan meletakkan nya di meja.

"Duit, duit lagi yang selalu kamu omongkan. Apa tidak ada yang lainnya." Bentaknya dengan dongkol sambil menggebrak meja. Suara keras terdengar bahkan air dalam gelas sampai tumpah sedikit, beruntung tidak sampai jatuh.

Ani hanya bisa diam. Sebenarnya ia ingin bicara kalo Jaey, adik nya khanif sedang demam sehingga perlu berobat, tapi sepertinya tidak mungkin dalam keadaan sekarang. Belum lagi anak ketiga dan juga si bungsu yang rewel minta mainan plus juga Bu Odah, tukang warung langganan nya sudah menagih hutang karena terlambat bayar. Ia hanya bisa diam sambil duduk di kursi yang sudah tua.

Bayu melihat jam dinding yang ada di rumah bambu miliknya, sudah hampir jam 11 malam, berarti sebentar lagi ia harus ketemu pak Satria, pemilik toko emas di pasar karena sudah janjian. Ia paling benci orang terlambat, bisa-bisa transaksi gagal dan ia tidak dapat uang.

"Mau kemana mas?" Tanya Ani ketika melihat suaminya berdiri dan hendak keluar.

"Ah sudahlah tutup mulutmu. Yang penting nanti aku pulang bawa duit." Jawabnya lalu keluar rumah sambil membanting pintu. 

"Bapak keluar lagi ya emak." Tanya khanif yang tahu-tahu sudah ada di samping ibunya, mungkin terbangun karena suara keras tadi.

"Iya nak, doakan saja agar bapakmu nanti pulang bawa uang untuk bayar SPP mu nanti ya." Katanya sambil mengelus rambutnya.

Anak kecil berumur sepuluh tahun itu mengangguk lalu ia menurut ketika disuruh tidur lagi oleh ibunya.

Waktu sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam tapi orang yang ditunggu tidak kelihatan batang hidungnya. Bayu sudah jengkel setengah mati dan berniat pulang ketika dari kejauhan sebuah cahaya lampu nampak dan tidak lama kemudian sebuah mobil kijang LGX warna emas datang. Hatinya lega, akhirnya orang yang ditunggunya datang juga.

"Malam pak Satria." Sapa Bayu ramah biarpun hatinya dongkol.

"Hmmm, kamu bawa barangnya kan?" Tanya pemilik toko emas di pasar itu tanpa basa-basi.

Laki-laki itu langsung mengeluarkan bungkusan yang dibawanya. Satria lalu melihat dan menimang-nimang barang tersebut dibawah cahaya lampu jalan. Satu dua mobil pribadi tampak lewat, entah mau kemana malam malam begini.

"Dua ratus ribu." Katanya sambil memberikan kembali gigi taring emas itu padanya.

Tentu saja ia terkejut." Aduh pak masa segitu. Ku kira lima ratus ribu, ini lima gram lho."

"Dua ratus lima puluh ribu, kalo tak mau aku pulang sekarang." Sahut lelaki berusia empat puluh tahun itu acuh tak acuh.

"Empat ratus ribu lah pak, ini aku sudah rugi banyak." Katanya memelas.

"Rugi kepala mu. Jangan kau kira aku tidak tahu kamu dapat dari mana gigi emas ini Bay, paling hanya modal sekop dan linggis saja, plus keringat mu yang baunya apek dan kau bilang rugi."

Bayu jadi diam tak berkutik.

"Tiga ratus ribu, atau aku pulang sekarang." Katanya sambil menyodorkan tiga lembar uang kertas berwarna merah di depan mukanya. Bayu terpaksa menerima dari pada ia tidak dapat uang.

Setelah mengucapkan terima kasih maka ia pun pulang. Ah, coba kalo Herman ada, tentu ia bisa dapat dua kali lipat, minimal 500 ribu lah. Sebenarnya ia bisa saja menunggu pagi lalu menjual gigi emas itu di pasar tengah kota, cuma ia tidak dapat duit saat ini. Lagipula menjual di kota beresiko, Pemilik toko emas juga kebanyakan curiga bahkan mencemooh nya jika ia tidak bisa menunjukkan surat tanda pembelian. Bagaimana kalo ada yang lapor, bisa-bisa ia ditangkap oleh polisi.

Dengan bersiul-siul senang karena sudah membawa uang ia pun jalan, bukan pulang ke rumah tapi ke suatu tempat.

Sementara itu di rumah bambu milik Bayu, Ani sedang mengompres Jaey, anaknya yang kedua. Ia coba meraba keningnya. Alhamdulillah sekarang panasnya sudah turun. Ia menengok kesamping dimana khanif dan dua adiknya tidur berdesakan.

Yang sabar ya Nif, nanti bapakmu pasti pulang dan bawa duit untuk bayar SPP mu, syukur syukur ada lebihnya sehingga bisa buat bayar Bu Odah batinnya.

Wanita itu melirik dinding, sudah hampir jam 1 malam. Ah sebaiknya ia juga ikut beristirahat karena besok harus kerja. Mbak Nita kemarin sudah menelepon kalo baju di rumahnya sudah menumpuk dan harus dicuci. Biarpun hasilnya tidak seberapa tapi yang penting ada uang buat makan dirinya dan anak-anaknya.

Saat dirinya hendak merebahkan tubuhnya di dipan kayu itu tiba-tiba ia merasakan hawa dingin yang diiringi dengan bau busuk, sepertinya dari luar rumah. Tubuhnya jadi merinding karena ia memang beberapa kali mencium bau seperti itu, sejak dirinya menikah dengan Bayu sebagai penggali kubur.

Ah, coba kalo dirinya menuruti saran mang Agus tukang becak itu untuk menabur bunga agar dirinya tidak ikut diganggu oleh roh yang penasaran. Tapi duit dari mana untuk membeli bunga rampai.

Biarpun tubuhnya sudah dikubur tapi kadang rohnya penasaran, karena itu taburkan lah bunga rampai di makamnya, sebagai tanda penghormatan kepada yang mati dan juga agar tidak diganggu mereka, begitu pesan ibu mertuanya semasa hidupnya.

Bau busuk itu makin menyengat dan hawa dingin makin menggigil pertanda tamunya kini ada di balik pintu. Ani makin menggigil karena ia tidak punya apa-apa untuk menghalaunya.

"Maafkan aku wahai roh yang kesasar. Suamiku mengubur dirimu untuk kebaikanmu agar jazad mu bersemayam dengan tenang dalam tanah, karena memang disitulah seharusnya berada. Aku berjanji besok akan memberikan bunga rampai di makammu nanti." Katanya lirih.

Hawa dingin itu makin mencekam, bahkan pintu kayu yang reot itu ikut bergerak-gerak seakan sosok diluar sudah tak sabaran ingin menerjang masuk.

Ya Allah, tolonglah hamba Mu yang lemah ini, demikian ucap Ani dalam hati.

Doa itu ternyata lebih manjur dan pengaruhnya pun langsung terasa, hawa dingin berangsur-angsur menghilang, begitu juga dengan bau busuknya. Kini suasana kamarnya seperti biasa lagi.

Terima kasih ya Allah atas pertolongan Mu.

Sementara itu di pinggir kota Bayu tampak sedang asyik ngobrol dengan seorang wanita. Mereka tertawa tawa.

"Kau tahu tidak mas Bay, begitu aku tolak cintanya maka si Roy langsung ngambek dan pergi."

"Kalau begitu, cintamu cuma buatku dong sayang."

"Ih, masih sangsi lagi. Cuma mas Bay yang aku sayangi karena mas bisa buat aku bahagia." Katanya lalu segera dirinya bergerak, sebuah ciuman mendarat di pipi kanannya.

"Cuma pipi doang?" Lelaki itu merasa tak puas.

"Ih, bukannya tiga hari yang lalu sudah dikasih." Wanita muda itu cemberut.

"Alah, kalau dengan kamu Nani, aku penginnya mencumbu mu tiap hari tahu."

Wanita muda bernama Nani itu tersenyum dan mengangguk." Baiklah, tapi aku mandi dulu ya, soalnya baru pulang kerja shif dua, badanku masih bau keringat."

"Oke, tapi jangan lama-lama ya. Ini ada hadiah untukmu sayang." Ia lalu menyodorkan tiga lembar uang kertas berwarna merah.

Mata indah wanita itu terbelalak." Kamu baru dapat orderan kah mas?"

"Iya sayang, tadi siang ada orang minta dicarikan motor Nmax. Syukur dapat yang murah dan karena senang, yang beli ngasih duit aku segitu." Jawab Bayu yang memang berbohong kepada wanita selingkuhannya kalo dirinya kerja sebagai calo motor atau mobil. Kalo ia jujur sebagai penggali kubur, pasti pacar gelapnya itu tak mau karena ia memang penakut. Beda dengan Ani yang pemberani, tapi sayangnya tubuhnya sudah mulai kendor padahal belum tiga puluh tahun, kurang bernafsu untuk diajak bergoyang.

"Makasih ya mas, aku mandi dulu, dan tak pakai lama pokoknya." Katanya sambil tersenyum manis.

Ingin ia mencium bibirnya itu tapi sayangnya Nani sudah keburu ke belakang. Biarlah, toh nanti ia bisa menciumi sepuasnya sambil digoyang.

Sambil mandi Nani lalu merencanakan dengan gaya apa nanti bisa membuat lelaki itu puas. Setelah itu ia akan langsung menagihnya untuk segera mengawininya karena ia sudah bosan menjanda. Ia memang sudah tahu kalo pacarnya itu sudah punya istri. Akan aku ceraikan dia secepatnya, begitu janjinya. Kalo nanti Bayu tidak mau menceraikannya maka ia akan langsung minta putus.

Sementara itu Bayu juga sedang memikirkan bagaimana kalo selingkuhannya itu minta dikawini, ia akan seperti biasa menggombal dan kalaupun dia terus memaksa maka ia harus menerima sebagai istri muda karena ia tidak mungkin menceraikan Ani. Pertama karena almarhum ibunya dulu meminta agar ia terus bersamanya karena katanya Ani jodohnya sebab wetonnya cocok, kedua apalagi kalo bukan karena sudah punya empat anak biarpun kadang mereka menjengkelkan minta jajan lagi jajan lagi.

Ah, sebaiknya aku buka baju agar ia makin bergairah, batin Bayu lalu segera mencopot baju nya dan kini hanya memakai kolor saja. Badannya memang kukuh dan itu yang membuat Nina tergila-gila padanya, selain tentu saja kemampuannya diatas ranjang.

Hawa dingin entah datang darimana padahal tadinya cukup hangat, selain itu lamat-lamat hidungnya mencium bau busuk seperti bangkai. Bau itu makin lama makin santer sehingga lelaki itu bangkit lalu menuju pintu depan untuk membukanya, dengan harapan bau tersebut jadi berkurang.

Begitu ia membuka pintu itu betapa terkejutnya melihat sesosok tubuh ada di depannya. Yang membuat Bayu ketakutan setengah mati adalah sosok itu yang ia lihat di dalam peti mati beberapa jam yang lalu.

"Manaaa.. gigiii.. emas kuuu..." sebuah suara masuk ke telinganya, suaranya seperti tersendat sendat. Ah tentu saja, leher mayat itu sudah Bayu jepit sekuat tenaga saat jarinya tergigit, bekas jepitan itu bahkan masih tampak di lehernya yang kulitnya sudah kebiru-biruan.

"Aku... Aku..." Hanya itu suara yang keluar dari mulutnya. Suaranya terdengar menggigil karena ketakutan.

"Kembalikaann.. gigiii... Emas ku... Manusiaaa.. keparaattt.." suara dari liang kubur yang masuk ke telinganya itu membuat nyali lelaki itu makin ciut sehingga ia lupa merapal mantra yang biasanya ia gunakan untuk mengusir roh jahat.

"Su.. sudah kujual pada sattt.. satria." Jawab Bayu terbata-bata.

"Manusiaaa.. tamakkk.. sekaranggg kemarilaahhh..." Perintahnya lagi.

Kali ini otaknya bisa sedikit bekerja, tidak membeku seperti tadi." Ampuni aku koh Alan. Aku berjanji nanti akan datang ke kuburan mu dan minta maaf." Katanya menghiba.

Mayat hidup itu menyeringai sehingga tampak bagian giginya yang sudah mulai membusuk." Manusiaaa.. keparaattt, kaauuu.. sudaahhh.. membuatkuuu.. sesaakkk.. nafaasss. Kiniii.. kauuu.. punn.. akaannn... merasaakkaaannn... halll.. yanggg.. samaaa..."

Mata mayat itu lalu menatap korbannya. Otak Bayu menyuruhnya untuk segera kabur sejauh mungkin, tapi kakinya justru mendekat kepadanya.

"Ja.. jangan." Hanya itu suara yang sempat keluar karena keburu lehernya dijepit oleh dua tangan mayat hidup yang ada didepannya. Jepitan itu begitu kuat laksana jepitan besi sehingga lelaki itu merasakan nafasnya sangat sesak, yang baru kali ini dialaminya. Ia ingin meronta ronta tapi sayangnya tenaganya tak ada. Dadanya sangat sesak dan paru-paru nya pun akhirnya pecah.

Krak, suara leher patah terdengar, barulah mayat itu melepaskan cekikan nya, tubuh Bayu pun tanpa ampun jatuh di lantai keramik. Pintu kembali tertutup seolah-olah tidak ada apapun, hawa dingin pun berangsur menghilang.

Sementara itu Nina sudah selesai mandi dan sedikit berdandan. Dengan hanya mengenakan handuk yang melilit di tubuhnya maka ia pun keluar kamar mandi.

Ia heran ketika melihat kekasihnya tidak ada ditempat tidur. Ketika ia berkeliling mencari dilihatnya orang yang sedang dicarinya tergeletak di lantai.

"Idih, kok malah tiduran di lantai, pengin coba gaya baru ya." Godanya sambil tertawa, tapi tawanya langsung hilang berganti jeritan ketika ia membalikkan tubuhnya dan dilihatnya kekasih itu sudah mati dengan mata melotot dan leher yang patah. Wajahnya sendiri terlihat sangat ketakutan.

Apakah koh Alan akan kembali mendapatkan gigi emasnya? Bagaimana nasib Satria yang memegang gigi emas miliknya?

Bersambung

Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

82 komentar untuk "Kisah sebuah gigi emas"

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Koh Dahlan eh koh Alan bukan vampir dari China tapi dari Depok mbul.🤣

      Anaknya Ani yang dua masih kecil yaitu Tiwi dan mbul.😆

      Waduh tahu saja ini pernah tayang di mwb, berarti ngga usah tulis lanjutannya ya.😂

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    4. Ya enggaklah, masa sampai 100000000 episode, cuma dua bagian saja kok, bahkan part 2 nanti lebih sedikit dari pada part 1, cuma sengaja bagi dua biar banyak pageview.🤣

      Lakon utamanya itu koh Dahlan dari Depok.😁

      Mobil kijang lgx kan ada tuh yang warna emas biarpun emas sepuhan.😂

      Hapus
  2. Kisahnya menarik
    Mas Agus. Cerita gigi emas mengingatkan saya pada zaman dahulu. Hanya orang berduit yang mampu beli gigi emas. He he... Selamat malam, Mas. Terima kasih telah berbagi. Selamat malam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bu, hanya orang kaya yang punya gigi Emas ya.😂

      Hapus
  3. Waah postingan anyar nih. Tapi udah ada 6 komentar aja hahaa

    BalasHapus
  4. ...Sudah lima kali Bayu menelpon tapi sayangnya Herman tidak mengangkat teleponnya...

    Aku kira tadi Bayu sayang sama Herman. Cerita homo dong hahaha, ternyata bukan.
    Kemudian, ini gila sih, mungkin sering terjadi juga di kehidupan nyata (?)
    Seorang suami yg hidup pas-pasan. Masih sempat berfikir untuk berselingkuh, kemudian selingkuhannya diajak ena-ena pulaaak. Astaghfirullah, hiksss :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa sih sering terjadi di dunia nyata, berarti jangan-jangan Dodo nanti selingkuh setelah kawin nih.😱

      Hapus
  5. Haha apes si bayu, sudah dapat peran miskin, umurnya dibikin tua, dibikin co.id pula 😅✌

    Itu si Jaey demam mungkin krn belum dikasi susu ya 😛

    Terus mengapa koh alan tidak membawa hartanya mati dan kenapa dia jadi mayat hidup dan kenapa istri bayu tdk mau goyang pdhl umurnya baru sekitar 30 😅

    Itu kenapa bi odah ikut lagi disana, pasti mau pasang ringtone kunti lagi ya? Hihi

    Wah bersambung, sepertinya satria bakal dicekik koh alan juga ini. Kabur ah takut dicekik juga 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebalikan sama dunia nyata ya kang jaey, udah ganteng, tajir pula.😄

      Jaey demam karena habis main di kuburan dan kesambet.🤣

      Kurang tahu kenapa koh Alan tidak bawa harta ke peti mati, coba kang jaey tanya langsung sama orangnya ya.😁

      Hapus
    2. Haha sueee kesambet 😅

      Takutlah nanya ke koh alan langsung, takut dicekik 😅

      Hapus
    3. Kalo ngga kesambet, berarti demamnya karena habis lihat cewek pakai baju mini lewat.😄

      Hapus
    4. Kemungkinan besar demamnya bukan karena kesambet.. wkwkwk

      Hapus
    5. eh jay, di cerita kamu masih umur lima taun, gak mungkin ikutan di cekek :D

      Hapus
    6. Bisa saja jaey ikutan di cekek karena ngintip om Alan lagi kencing.🤣

      Hapus
  6. BAHAHAAHHAA.. Astaga Bayu!! Kenapa dirimu bej*t ​sekali?? 🤣🤣🤣🤣
    Sudah nyolong gigi Mas Orang yg sudah meninggal, Mengacuhkan istri dan anak2mu, ditambah pula selingkuh.. wkwk 😂😂
    Sukurin!! Akhirnya kau di cekik Bay.. hahaha 🤭 *sambil Celingak-celinguk...

    Btw, Mas Agus kalau bkin cerpen, bahasanya kaya banget ya.. banyak kosakatanya, udah kaya Pujangga. Wkwk 😂
    Bagus Mas Agus.. sperti biasa..! Aku bacanya tau2 udah selesai aja. Walaupun agak kesel sama si Bayu.. hawanya kepengen nabokk.. hehhe 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih mending ini dari pada pakai gergaji mesin neror orang, yang ini masih ada enak enaknya sama janda muda.🤣

      Kan berguru dulu sama kang satria makanya dikasih tahu ini itu biar bagus.😄

      Hapus
    2. Ckckck... Bayu, minta dikepret bener kamu, Bay... :)))

      Hapus
    3. Jangan mbak, enakan Bayu dikasih duit, tapi duit logam sekarung buat nimpukin.😂

      Hapus
  7. Mas ceritanya bagusss. Ku harap bisa bikin kumpulan cerpen yang di cetak jadi buku hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penginnya juga aku bikin buku sih, cuma ngga tahu caranya.😂

      Hapus
  8. Wkwkwkwk... salah sendiri nyuri gigi emas orang yang sudah meninggal. Ya mesti didatangin...wkwkwk..
    Ceritanya bersambung.. jadi penasaran juga pingin tahu kelanjutannya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya bisa langsung jadi satu sih, cuma terlalu panjang jadinya bagi dua, biar tidak capek bacanya mbak.😀

      Udah nyuri di kuburan, selingkuh pula, sungguh membagongkan ya mbak.😂

      Hapus
  9. aku kok mnegira si bayu cuma mimipi. Eh bukan, malah mati. Lanjutin Mas, buat penasaran soalnya. Bayu kurang ajar yak, punya istri tapi selingkuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena selingkuh itu enak mas, cuma harusnya jangan nyuri di kuburan ya.😁

      Hapus
  10. Ada peringatan kalau ada adegan plus-plusnya, nih. Aku jadi takut bacanya, mas. Soalnya aku kan masih di bawah umur. 🙈

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ngga apa-apa, mbak Roem memang masih dibawah umur 90 tahun.😁

      Hapus
    2. Bener banget, mas. 14 tahun masih di bawah 90 tahun, kan? Ehehehe. 🤭

      Hapus
    3. Oh mbak Roem umurnya baru 14 tahun ya, bukan kebalik 41 tahun kan.🤭

      Hapus
    4. Nggak lah, mas. Aku kan masih remaja, masih gemoy. Masak disamain sama bulek-bulek. 🙈

      Hapus
  11. waduh, barusan aja aku merinding dibuat sama ceritanya mbak Naia, eh mampir kesini ketemu zombi lg... hadeuh... kyknya lg horor season ya...



    Gimana tuh nasib Satria?? mdh2an emasnya blm dijual, kasian nanti yg punya toko emas...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya sudah dijual tuh ke toko emas punya Bu Nita.😁

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Ini kan hanya dalam cerita saja mbul jadi ibu ibu.😂

      waduh, iya itu gimana caranya tulisannya jadi miring gitu ya?

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    5. Tinggal kasih huruf i saja di depan maupun belakang mbul, nanti jadi miring kayak ko Alan.😂

      Hapus
  12. judul menarik... dan isi lebih menarik lagi .....👍😁

    mantul

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah seneng cerita misteri juga ya kang. Asyik ada yang seneng lagi.😄

      Hapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan, ini Ani, nama panjangnya Anita Pratiwi.😁

      Hapus
  14. Nah kalau yang ini pernah di posting, entah di mwb atau di WP, lupa.. hihihi dan ending juga udah lupa..hihihi.. tapi kayaknya si Satria bakalan mati di garot si zombie..hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah aku juga lupa pernah posting dimana, kayaknya sih di mwb gitu, entahlah.

      Kayaknya nanti Satria dijual emasnya sama Herman.😁

      Hapus
    2. Mungkin juga di mwb tapi sudah lah..hihihi

      Waduh si Herman bisa jadi korban juga dong?

      Hapus
    3. Makanya kirim pulsa 50k biar Herman ngga jadi korban mas.😁

      Hapus
  15. 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    Cerpen zaman MWB, Cuma perannya saja diganti.🤣🤣 Kalau nggak salah dulu perannya Agus & Sarilah. Nama dokternya gw lupa, 🤣🤣🤣 Yang jelas bukan si Herman.🤣🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. di mwb aku gak pernah bikin cerpen :D

      Hapus
    3. Khanif sering lho bikin cerpen bahkan stok nya banyak.😱😱

      Hapus
    4. Oh Khanif pernah di MWB juga. Yg ku kenal di MWB cuma para juri aja 😅

      Aku di MWB cuma pas kontes aja ikut bikin cerpen, selebihnya postku kebanyakan ttg Sinopsis Film, Game, Apps, Lagu Mp3 😅

      Hapus
    5. Sejujurnya aku kenal mas khanif juga di blogspot, baru tahu kalo khanif juga pernah ngeblog di mywapblog.😂

      Hapus
    6. di mwb aku buat blog donload film sama mp3 gratis, terus ada blog pribadi cuman jarang buat posting, dulu pernah ikutan cerpen juga yang jurinya ada lisa, terus siapa lagi aku lupa, hadiahnya hape android.. tapi gak pernah menang sih karna aku gak bisa nulis cerpen :D

      Hapus
    7. Berarti mas khanif duitnya banyak nih waktu di mwb.😄

      Hapus
  16. cuma gara-gara gigi emas seharga 300 ribu sampai mati di cekek hantu, sial banget nasib papa gw :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kasihan banget ya, makanya khanif jangan banyakan main di kuburan ntar dicekek setan lho, mendingan main di rumah Rongdo saja.😄

      Hapus
  17. kalau cuma gigi ya hal yang wajar. tapi jika giginya emas, ya mana tahan. Emasnya itu yang menggiurkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan-jangan itu bukan emas tapi giginya kuning karena lama ngga gosok gigi.😂

      Hapus
  18. wahh roh jahat bisa membunuh.. takutnyaa..

    BalasHapus
  19. Balasan
    1. Kasihan yang nulis, soalnya komentarnya pendek.😂

      Hapus
    2. wkwkwk kan udah panjang banget itu cerpennya, Mas.. kasian kalo komennya panjang juga..

      Hapus
  20. wowwwww, ini persis cerita film horor jadul ya, ada adegan horor mencekam, ada adegan hot juga hahahaha.

    Btw, orang kalau pasang gigi emas itu ditanam ya, bukannya cuman kayak gigi palsu lepas pasang biasa gitu?
    Kalau ditanam memang sulit dicabut, karena biasanya dalam banget.

    Ih kok jadi ngilu sekaligus ngeri juga bacanya.
    Ngilu membayangkan giginya dicabut paksa, hahaha.

    Untung emas beneran ya, bukan emas karena giginya kuning, wakakakkakakaka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa juga giginya kuning bukan karena emas tapi karena jarang gosok gigi ya mbak.😂

      Bayangin nya jangan mbak Rey yang di cabut giginya, tapi selingkuhan pak su, jadinya ngga ngeri.🤭

      Hapus
    2. wakakakakakak, jangan gitu ih Mas, entar orang pada malas gosok gigi, biar giginya jadi emas, kan lumayan dijual, emas sekarang mihil loh, wakakakakka.

      Btw, membayangkan hal demikian, asyik juga ya *plak wakakakakak

      Hapus
  21. Asiiiiiik ada cerbung horor lagiiiii. Ga sabar mau baca kelanjutannya mas :D. Penasaran Ama nasib satria juga istrinya si bayu :D. Kasian amat nasibnya .

    Kamu dapet aja ide bikin cerita horor gini :D.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dikasih tahu sama kang Satria idenya mbak.😁

      Hapus

  22. Maaf saya tak baca sampai selesai, karena novelnya horor bener . Saya lebih suka baca novel romantis seperti novel percintaan sih ? Bukan karena bucin , tapi karena pengen menghibur diri karena kan saya baru kehilangan ayah tercinta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Turut berdukacita mbak Tari atas meninggalnya bapak mbak, semoga Khusnul khatimah ya.

      Hapus
  23. merinding disko baca tulisannya mas Agus nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal bacanya siang ya, apalagi kalo malam.😄

      Hapus
  24. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Entah kenapa lagi malas ngeblog, mungkin karena lagi banyak kesibukan mbul atau dasarnya saja ngga ada ide.😂

      Hapus
  25. Wuaaa sereeem, sampe mati. Biasanya kan makluk gaib sebatas nakut2in aja, ini sampe mati. Sereeem 😆😆 Lanjut baca yg kedua dulu ah. Gimana kira2 nasib satria itu 😆😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya juga cerpen, bebas semaunya yang nulis.🤣

      Hapus
  26. huwaaa aku masih cilik :D
    haduhh ngeri juga euy kerjaannya Agus kenapa harus ada job "sambilan" begitu yak
    baidewei, gambar nya aja udah bikin harap harap cemas pas mau baca

    BalasHapus