Alasan jatuh cinta
Sudah beberapa Minggu ini Ningsih sedang sibuk jualan. Bukan jualan di pasar tapi di internet. Sebabnya beberapa waktu lalu ia bertemu dengan sahabatnya Nia yang sudah sukses berkat buka usaha di salah satu marketplace terkenal.
"Hasilnya bahkan lebih banyak daripada saat aku kerja di kantor dulu, mana enak kerja di rumah jadi bisa sambil urus keluarga. Suamiku juga sekarang tambah sayang."
Karena dikompori oleh temannya itu maka Ningsih lalu meminta caranya agar diberi tahu apa saja.
Awalnya ia berjualan makanan kue tradisional di toko online terkenal tapi sayangnya hasilnya tidak terlalu bagus, dalam seminggu pertama ia hanya melayani beberapa pesanan saja biarpun ia banyak berpromosi di sosial media, itupun sebenarnya yang membeli adalah pacarnya Herman lewat akun teman kantor nya seperti Dahlan atau Jaey agar pacarnya tidak cemberut atau patah semangat.
Atas saran pacarnya akhirnya ia mencoba untuk berjualan online secara lokal, tentu saja lewat aplikasi lainnya yang lebih mengoptimalkan penjualan setempat, hasilnya ternyata tidak terlalu mengecewakan karena penjualannya lebih banyak dari daerah sekitarnya.
Herman tentu saja senang dengan kemajuan ini biarpun awalnya ia agak bete juga karena perhatian Ningsih kepadanya agak berkurang, tapi atas nasehat dari temannya Satria akhirnya ia mendukung, siapa tahu nanti tokonya maju dan bisa menjadi sumber penghasilan lain saat mereka sudah menikah nanti.
"Mas, anterin Ningsih ngirim kue ke pembeli yuk." Kata gadis itu sambil membawa sebuah kardus dan tas berisi kue kering. Kebetulan ini hari Minggu sehingga Herman libur kerja dan bermain ke rumah pacarnya.
"Lho kok kamu sendiri yang nganterin, kirain gojek atau tukang ojek."
"Gini lho mas, sengaja aku tidak minta ongkos kirim agar para pembeli senang. Kalau dikasih ongkir biarpun cuma 5 ribu hampir semuanya batal membeli, lagi pula semuanya dekat kok, hanya beberapa km saja, hitung-hitung biar mas tahu daerah sini, jangan cuma tahu rumahnya aku saja." Terang gadis itu.
"Wah, jangankan cuma daerah sini, sampai ke kutub Selatan juga aku anterin sambil sekalian kita lihat penguin."
"Gombal."
Pemuda itu hanya nyengir saja. Tak lama kemudian Herman dan Ningsih pun naik motor Vario kreditan miliknya. Untung motornya besar sehingga muat banyak barang.
"Ngomong ngomong apa kamu ngga rugi dek, soalnya kan tidak ada ongkirnya?" Katanya sambil jalan.
"Enggak mas." Jawab Ningsih." Semuanya yang beli kan jaraknya dekat, kalo pakai motor Honda Beat milikku bensin seliter juga masih sisa. Kalo dihitung dengan modal plus bensin masih lumayan untungnya. Kalo impas apalagi rugi untuk apa aku jualan mas, kan aku bukan pantai sosial, yang biarpun rugi tapi tetap ada yang subsidi."
Pemuda itu hanya mengangguk angguk saja.
Setelah beberapa saat maka wanita muda itu pun berkata." Stop mas."
"Kenapa dek, apa kau pengin pipis." Ujar Herman karena mereka berhenti tepat di depan WC umum.
"Ngga lah, pembelinya itu yang jaga mas." Jawab gadis itu lalu turun. Setelah membayar iapun segera kembali ke pacarnya lalu melanjutkan perjalanan.
Begitulah, Herman dan Ningsih lalu mengirimkan pesanan. Pembelinya macam-macam, ada yang dari toko untuk dijual lagi, ada yang lama harus diketuk-ketuk dulu pintunya karena orangnya sedang tidur, ada yang lagi ngerumpi di rumah tetangga dan lainnya.
"Tinggal dua lagi mas. Yang ini agak jauh sedikit, tidak apa-apa kan?"
"Tidak apa-apa sayang."
Setelah menempuh jarak sekitar sepuluh menit sampailah mereka berdua di sebuah tempat kost. Gadis itu lalu turun menuju ke salah satu kamar.
"Assalamualaikum..."
Tak lama kemudian muncul seorang pemuda yang sepantaran dengan Herman.
"Eh Ningsih, kok cepat amat ngirimnya, kirain aku nanti sore." Katanya ramah bahkan tersenyum lebar.
"Lebih cepat lebih baik, biar mas Agus bisa cepat makan kue nya." Katanya sambil menyerahkan kotak berisi pesanannya.
"Ngga main dulu, ngga buru buru kan." Kata Agus sambil membuka pintu lebar-lebar.
"Ah ngga usah mas Agus, aku masih harus mengantarkan pesanan lagi."
Pemuda itu hanya nyengir.
" Oh, ngga enak sama tukang ojeknya ya." Kata penghuni kontrakan itu sambil melirik kepada Herman.
Sueeee, tentu saja Herman panas bukan main. Dari gelagatnya itu sudah jelas pemuda itu sepertinya naksir sama Ningsih, mana senyum-senyum buaya lagi.
"Dia pacar ku mas, bukan tukang ojek." Wanita muda itu cemberut.
Hah, Agus tentu saja tidak percaya." Kamu cantik begini kok mau sama dia yang badannya ceking begitu, mana tampangnya nglengo¹ lagi."
Padahal badannya Agus tidak kalah kurus dengan orang yang diledeknya.
Bedebah, ingin sekali Herman turun dari motor lalu ngremus² mulut pemuda itu yang bibirnya asal omong itu, sialnya Ningsih sendiri malah tidak pergi-pergi.
"Udah ah mas Agus, aku permisi dulu ya, permisi." Untungnya Ningsih tahu gelagat lalu kabur. Tapi ketika ia kembali kaget kok pacarnya itu sedang celingak-celinguk seperti mencari sesuatu.
"Nyari apa mas?"
"Ini, nyari kayu buat gebukin orang yang mulutnya asal bicara."
Tentu saja Ningsih jadi tertawa." Idih gitu saja ngambek. Mas Agus emang orangnya suka bercanda mas, jangan diambil hati."
Agar pacarnya tidak ngambek maka ia lalu pulangnya mengajak ke sebuah danau di pinggir jalan, danaunya tidak terlalu luas sih, tapi lumayan buat ngadem karena banyak pohonnya.
"Dek Ningsih, mas Herman boleh tanya tidak?" Kata Herman, saat ini mereka berdua sedang minum es kelapa muda di pinggir danau. Hanya ada mereka berdua di dangau, sedangkan penjualnya tampak sedang asyik main hape.
"Idih, tinggal tanya saja, kayak orang lain saja pakai ijin."
"Gini dek, sebenarnya apa sih yang membuat dek Ningsih mau sama mas Herman."
Gadis itu agak terkejut tapi tersenyum mendengar pertanyaan kekasihnya." Ya Allah kirain mau tanya apa. Mas Herman baik banget makanya aku mau."
"Cuma baik saja?" Tanya pemuda itu kurang puas.
"Enggak sih, aku suka dengan suara mas Herman."
"Suara ku?" Tanya Herman heran.
"Ingat enggak waktu mas Herman ngajak aku ke puncak naik taksi untuk makan lesehan? Habis itu kan kita karaokean bareng."
Herman tentu saja ceria, tidak disangka kalo kekasihnya itu mengagumi suaranya, padahal banyak teman-temannya yang bilang suaranya cempreng. Memang benar, cinta bisa mengubah segalanya, garam juga rasanya bisa jadi manis apalagi jika dicampur dengan kopi.
"Oh ternyata mas suaranya bagus ya."
Ningsih tertawa." Mas ingat ngga, habis karaokean kan kita jalan-jalan sebentar. Nah, saat itu ada tukang sate lewat, tee sate... Entah kenapa aku kepengen, maka mas pun teriak kencang karena orangnya sudah agak jauh. Tee satee!!!... Entah kenapa suaranya kok mirip sekali."
Bedebah
TAMAT
1. Muka berminyak
2. Meremas
Etapi kalau suara kencang itu memang modal banget loh :D
Buat jualan Teeee... Sateeee...
Juga buat jualan apa saja hahahahaha.
Pokoknya apapun alasannya, yang penting cinta ya, lainnya urusan nomor 99 aja wakakakakkaak
eh btw soal suaran kenceng kalo pas ngomong, gw malah sebaliknya, gw kalo ngomong kaga busa kenceng, jadi kalo ada orang yang gw ajak ngomong dia pasti bilang, apa ? apa ?.. terus gw jawab, besok deh gw ngomong pake speaker biar sekampung denger semua :V
kalau orang Malangan pasti bilang JanXXXXXXX hahahaha
kok ya pas sama suara tukang sate
eh aku tapi ingat iklan permen hexos yang pas suara lakinya ilang kayak ilfil
pas suaranya balik eh malah lengket lagi
mungkin si herman kayak gitu yang jadi daya tariknya
Ningsih lugu banget lagian yak pakai polos diceritain, hihihi...
ditunggu next episodenya ya jangan kelamaan, pegel nunggu si Herman kenapa-napa lagi tau. wkwkwk
si ningsih ini sangat visioner nyari pacar yang bisa teriak te sate ya buat bisnis nantinya pas udah nikah :))
Betul sih suara Anang Hermansyah mmg bagus wkwk
Btw dibawah tulisan TAMAT itu apa ya, yg ini:
1. Muka berminyak
2. Meremas
?? 👆 🤣
Alasan visioner ala ningsih ini cocok sekali untuk bekal jualan sate di masa depan yaaa.. Xixi
asik deh, income nya lumayan gede...
Kaka saya juga jualan kue dan suka nganter langsung ke rumah pelanggannya. Nganter jualan memang bisa jadi salah satu alasan buat jalan2 sama pasangan.
Berarti Ningsih sukanya sama abang sate dong dan Herman cuma pelarian? 😂
Parah, ending-nya kok gitu sih?
Kirain bener itu cinta membutakan segalanya ternyata suara mas herman mirip tukang sate hahaha parah ni cerita hahahaha.... teee sateeee... hahaha ketawa aja aku hahahaha
Agus tuch ngiri ya sama Herman bisa dapat Ningsih?
Agus ini sesama teman nggak boleh nikung Herman lho ya?
Hehehe.
Btw, Herman baik ya, sampai mau keliling nemenin Ningsih nganterin pesenan. Hehehe.. walau sempet dibikin emosi sama agus yg katanya suka becanda, padahal sukanya godain ningsih 😅
Tapi kok yang saya amati nama-nama tokohnnya jadi nama-nama teman-teman blogger mas? Kok gitu ya? Mana saya abis baca cerpen dari mas Kal El kok dilanjutin di sini? Kalian sindikat ya? wkwkwk :D
Mantap Mas Agus.. saya terhibur.. alasan jatuh cintanya terlalu luar biasa.. 😂😂
'tee sateee' XD
berarti selera ningsih ini yang salah XD
te sateee
Tapi Herman emang baik juga sih, mau nganter Ningsih kemana-mana, ya walaupun realitanya lebih mirip Kang Ojek 😆
Bisa ajaaa bikin akhir cerita ginii :p.
si ningsih ini bikin Herman cepet darah tinggi ya lama lama ya sama guyonannya :D
untung si Ningsih sabar dan penyayang :)
kalo jengkel sama omongan orang emang reflek otaknya jadi punya niat ngremus mulut orang sih.
Untung si ningsihnya nanggepin mas pacar yg cembokur santai aja. Biasanya lihat orang lagi nahan cemburu tuh lucu ya :D
Ngomong-ngomong, Mas Herman beruntung banget dapet cewek secantik Mbak Ningsih. Gak heran Mas Hermannya juga baik banget ke ceweknya. Kalau gak baik, ntar Mbak Ningsih bisa diembat sama Mas Agus, yooo. 🤭