Mengajar ibu-ibu mengaji di desa
Sebagai seorang santriwati yang baru pulang dari mondok di pesantren Gontor, maka begitu Amira pulang ke kampungnya disambut suka cita oleh keluarganya. Maklum, di kampungnya masih jarang orang yang nyantri karena memang biayanya cukup tinggi.
Selain itu, biasanya lulusan pesantren wajib membagi ilmunya kepada masyarakat.
Awalnya Amira hanya mengajar mengaji pada anak-anak setelah sehabis Maghrib. Ia juga cukup senang karena ilmunya di pondok pesantren bisa berguna. Tempat mengajinya sendiri di rumahnya.
Sampai suatu hari bapaknya memanggilnya.
"Mira, sore nanti kamu ngajar ngaji di masjid Baitul Izzah ya?"
"Lho, memang ada apa pak?"
"Begini, biasanya kalo sore itu memang ada pengajian untuk ibu-ibu di masjid. Biasanya yang mengajar ngaji ibu-ibu itu Nadia, tapi kamu tahu kan kalo Nadia kemarin baru menikah, jadi untuk sementara ini ia libur dulu. Kemarin bapak sudah ke rumah Aisyah untuk menggantikan, tapi ia tidak mau. Grogi gitu katanya. Ya udah bapak ingat kamu, kamu saja yang gantikan Nadia."
"Tapi pak..." Amira agak gugup juga jika mengajar ibu-ibu.
"Ngga apa-apa, hitung-hitung buat pengalaman juga kan."
Akhirnya Amira pasrah saja menerima tugas mulia ini. Apalagi bapaknya bilang ilmu itu harus diamalkan buat bekal di akhirat. Lagipula siapa tahu ia bisa ketemu dengan Ahmad khanif, ustadz muda yang masih single, yang membuatnya kesengsem saat acara maulid nabi Muhammad Saw kemarin uhuk~
Berbeda dengan dirinya yang agak gugup saat mulai mengajar, ibu-ibu itu malah antusias ketika ia diperkenalkan oleh bapaknya sebagai pengganti Nadia. Ada sekitar 10 orang lebih ibu-ibu yang mengaji.
Akhirnya setelah perkenalan singkat, mengaji pun dimulai.
Ibu pertama yang mengaji adalah Bu Saodah, tukang sayur yang suka keliling kampung dengan gerobaknya. Amira cukup takjub juga karena ia tahu jam satu atau dua siang baru pulang ke rumah tapi sorenya habis ashar sudah mengaji.
"Faqoo luu."
"Bu, ini bacanya Waqoo lu, ini huruf wa bukan fa."
"Oh, inggih nak Mira."
Amira sendiri maklum, kadang ibu-ibu itu sudah capek dengan banyaknya pekerjaan rumah jadinya kadang lupa. Ternyata bu Saodah cukup lancar membaca surah-surah pendek seperti An-Nas tapi kalo disuruh baca huruf Hijaiyah nya malah bingung sendiri. Ini memang tipikal ibu-ibu kampung yang memang hafal surah pendek Al-Qur'an.
Selanjutnya adalah...
Ibu selanjutnya merupakan tipe ibu-ibu yang kurang pedean, padahal bacaan nya benar tapi kadang ragu-ragu.
"Qoola dzalika..., eh ini benar bacanya Qoola dzalika kan?"
"Inggih (iya) Bu, Monggo dilanjutkan."
"Qoola dzalika maa kunna. Eh, ini huruf na nya dibaca pendek kan?
"Leres (benar) Bu."
"Qoola dzalika maa kunna mawaa... Eh ini bacanya bener kan?"
Tentu saja gadis manis itu jadi gemas melihat emak-emak yang tidak pedean di depannya ini.
" Bu, ibu tinggal baca saja seperti biasa. Bacaan ibu sudah benar kok, jangan takut salah, Nanti kalo ada yang salah aku kasih tahu kok."
"Inggih." Jawab ibu itu sambil ngguyu (tertawa kecil).
Ibu itu lalu membaca kembali seperti biasa. Tapi baru selesai satu ayat dan pindah ke ayat berikutnya dari surah Al-Qashash
"Innahu kana minal mufsidiin. Ini I nya panjang kan?"
Huff, gitu terus Bu sampai aku berani minta foto bareng dengan ustadz khanif.
Untungnya tidak semua seperti ibu-ibu itu. Ada juga yang lancar membacanya. Sudah Tartil, qalqalah jelas, panjang pendeknya juga paham. Pertanda ibu ini sering membaca Alquran.
"Wah bu, kenapa ngga ngaji di rumah saja. Bacaan makhraj nya bagus, saya aja kalah."
"Enakan disini nak Mira, ada temennya, ada yang nyimak pula."
So sweet uwuwuwu~
Selanjutnya...
Ibu berikutnya agak serampangan bacanya, panjang pendeknya tetap dianggap sama sehingga Amira menarik nafas dulu sebelum menegurnya.
"Bu, ini Arrobatnaa, huruf Ro nya dibaca dua kali dan A nya dibaca panjang ya."
Ibu itu cemberut tapi tetap membaca juga.
"ARROBATNAA..." Tiba-tiba volume suara beliau meninggi.
Gadis ayu itu hanya bisa nyengir, slow ae bu ~
Biarpun begitu ia tetap sabar meladeni ibu-ibu tersebut, namanya juga baru pertama kali mengajar. Alhamdulillah akhirnya pengajian sore itu selesai juga.
Jadi, kapan Amira ngaji dengan mas khanif ya ~~~
TAMAT
