Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cinta dan Benci 2


Sumber gambar: Kompas

Setelah kedatangan Mira maka kehidupan Khanif maupun istri nya berubah. Amanda sebenarnya ingin agar suaminya mengusir mereka berdua untuk pulang kampung tapi sayangnya khanif enggan sehingga ia cemburu.

"Kamu masih cinta dia bukan?"

"Mana mungkin sayang, kalo aku mencintainya tentu aku tidak disini bersama mu."

"Kalo begitu mengapa kamu tidak mengusirnya sekarang mas." Ujar Amanda tidak puas.

Baca cerita sebelumnya: Cinta dan Benci 1

Lelaki itu menghela nafasnya." Aku belum punya alasan yang tepat untuk saat ini, lagi pula kau tahu kan, aku sedang banyak urusan di kantor karena para pekerja meminta kenaikan upah yang cukup tinggi, kalo tidak mengancam mogok kerja, sementara atasan maunya cuma 5% saja sesuai keputusan pemerintah. Belum lagi masalah barang produksi, sebenarnya ini urusan pak Ratno, tapi ia sedang cuti jadi terpaksa dilimpahkan ke aku."

Amanda terpaksa mengalah.

"Lagipula Mira baru semalam disini, kenapa kamu begitu khawatir. Aku janji, setelah seminggu maka ia akan keluar dari sini, baik sukarela ataupun terpaksa." Begitu janjinya membuat wanita itu agak tenang. 

"Ayo kita sarapan."

Amanda mengangguk lalu menuju ke ruang makan. Ia makan dengan kurang berselera sedangkan suaminya makan seperti biasanya bahkan kali ini nambah.

"Wah, tumben kamu masak pecak sambel tempe bi Sopiah. Rasanya enak lho, kenapa kamu tidak bikin dari dulu sih. " Kata khanif sambil mengambil lagi makanan yang baru disebutnya. Ia memang suka karena itu masakan favoritnya waktu di kampung halaman dulu.

"Itu bukan bibi ya bikin pak." Sahut asisten rumah tangga itu yang biasa memanggil pak pada tuan rumah biarpun usianya lebih muda." Itu masakan bikinan nak Mira tadi."

Khanif langsung berhenti makannya sedangkan Amanda langsung cemberut. Ia berdiri lalu melangkah menuju kamarnya.

"Mau kemana Manda?"

"Ke butik." Sahutnya ketus. Ia lalu keluar rumah, tak lama kemudian terdengar suara mesin mobil.

Lelaki itu hanya menghela nafasnya, iapun menyudahi makannya lalu ke kantor.

* * *

Biarpun khanif mencoba untuk membuat Amanda percaya bahwa dirinya hanya mencintainya tapi sayangnya kenyataan berkata lain.

Mira memang hanya gadis desa biasa tapi kecantikannya melebihi saingannya, belum lagi ia punya senjata pamungkas yaitu satria anaknya. Hal yang tak dipunyai oleh Amanda biarpun sudah berumahtangga selama dua tahun.

Khanif sendiri bagaimana pun adalah laki-laki, yang suka mengagumi keindahan ciptaan Tuhan, biarpun mulutnya berkata bahwa ia tidak cinta dengan Mira tapi dalam hatinya ia masih memiliki sedikit rasa.

Seperti sore ini, setelah lelah bekerja seharian ia akhirnya sampai rumah. 

"Mana Manda bi?"

"Belum pulang pak, mungkin masih sibuk di butik. Aku buatkan kopi ya." Bi Sopiah lalu mundur hendak ke dapur.

Khanif membuka pakaian jas nya lalu hanya hendak ke samping rumah untuk istirahat. Tiba-tiba telinganya mendengar suara tawa anak kecil. Ia mengintipnya dan dilihatnya anaknya sedang lari-lari kecil mengejar ibunya. Tak terasa lama ia memandangi mereka berdua.

"Mas khanif, ngapain kamu." Teriak seseorang dengan suara jengkel, siapa lagi kalo bukan istrinya. Ternyata ia sudah pulang.

"Ah enggak, aku sedang menunggu kopi. Lama amat sih bi Sopiah bikin." Teriaknya membalas sambil menghampiri istrinya, tapi Amanda sudah keburu sewot, ia masuk kedalam.

* * *

Sudah pukul satu dini hari tapi khanif belum bisa memejamkan matanya. Dipikirannya banyak hal yang dirasakannya, selain masalah pekerjaan kantor, ia juga memikirkan Mira.

Sejak kedatangan nya tiga hari suasana rumahnya berubah, Amanda jadi makin sensitif dan mudah marah. Sementara sejak kedatangannya, rumah tempatnya tinggal jadi makin bagus, seperti letak pot bunga yang rapi, dapur yang bersih sampai ke pojoknya. Bi Sopiah memang pembantu yang baik tapi sayangnya ia sudah berumur sehingga kadang lupa membersihkan. Tak mungkin ini pekerjaan Amanda apalagi ia akhir-akhir ini suka ngambek.

Lelaki itu membalikkan tubuhnya, benarkah setelah seminggu ia akan tega mengusirnya?

Sementara itu Amanda juga sebenarnya tidak tidur dengan nyenyak. Di pikirannya ia kalut, suaminya sejak kedatangan Mira mulai agak berubah. Ia memang masih tetap menyayangi nya tapi entah kenapa firasatnya mengatakan khanif akan meninggalkan dirinya. 

Tak tahan dengan emosinya yang hanya disimpan di hati, akhirnya ia membangunkan nya.

"Mas khanif, bangun."

Lelaki itu yang sebenarnya belum tidur terkejut juga, ia lalu bangun lalu pura-pura mengucek matanya." Ada apa Manda?"

Manda, biasanya ia memanggilnya sayang, hati Amanda makin dongkol." Aku ingin mas besok mengusir wanita itu."

Tentu saja khanif terkejut." Bukankah sudah kukatakan, aku akan mengeluarkan nya setelah seminggu, ini baru tiga hari, bersabarlah."

"Tidak, pokoknya aku mau perempuan itu enyah besok pagi, kalo perlu bahkan saat ini juga."

Ia menarik selimutnya." Sudahlah, besok saja kita bicarakan, aku saat ini masih ngantuk."

"Bangun mas, pokoknya usir dia besok, titik."

Khanif dongkol." Kalau kau masih keras kepala dan bawel, aku akan pindah, tidur ke kamarnya."

Wanita itu tentu saja terkejut tapi akhirnya ia mengalah. Ia menarik selimut lalu menangis sesenggukan. Lelaki itu terkejut, ia sebenarnya ingin menghiburnya tapi entah kenapa ia diam saja.

Khanif tentu tidak menyangka kalo penolakan itu akan berakibat gatal di kemudian hari.

* * *

Siang itu Amanda bermain ke rumah Erika sahabatnya waktu di kampus. Ia lalu menceritakan masalahnya, tentu dengan harapan temannya itu bisa memberikan solusi. Entah kenapa Amanda malu kalo hendak menceritakan ke keluarga besarnya, takut disalahkan karena dulu mau saja menikah dengannya, padahal sudah punya istri.

Erika sendiri sudah pernah berumahtangga walaupun kini janda, makanya wanita itu mau bercerita.

"Usir saja dia dari rumah mu, kalo kamu sungkan, biar aku saja, kalo perlu aku kasih beberapa tamparan agar kau puas."

"Jangan mbak Eri, aku tak mau jadi bahan gunjingan tetangga kalo ada yang melihat."

"Wah, kau terlalu baik hati. Terus mau mu apa, cuma mengusirnya saja?"

"Tidak, kalo cuma diusir pasti suatu saat ia akan kembali dan merongrong lagi. Kau tahu, sebenarnya selain mengincar mas khanif, ia juga mengincar harta benda kami. Jika suamiku sampai terbujuk, ia pasti akan mengusirku."

"Kurang ajar, dasar perempuan licik. Kita harus menghabisinya agar ia tidak mengganggu lagi." Erika jadi panas juga melihat teman baiknya itu dalam kesusahan.

"Itulah yang jadi pikiranku, tapi kalo membunuhnya, misalnya dengan menyuruh orang, aku takut polisi akan tahu, aku tidak mau dipenjara."

Yang diajak bicara termenung sejenak, lalu ia tersenyum.

"Ah, kenapa kita lupa pada Abah Udin."

"Abah Udin?" Amanda ikut berpikir, sepertinya ia pernah dengar nama tersebut.

"Abah Jaenudin yang di Pameungpeuk, kamu tahu kan, dulu aku menyingkirkan mas Hendra berkat bantuan dia." 

Akhirnya Amanda ingat. 

Dulu begitu lulus kuliah Erika langsung menikah dengan pacarnya Hendra. Walaupun keduanya belum bekerja tapi tetap kawin karena orang tua Hendra adalah pengusaha. Ia memiliki beberapa toko di pasar maupun konter hape di mall. Mereka menikah karena Erika sudah hamil dua bulan dan mengancam akan mengadukan ke orang tuanya.

Walaupun akhirnya Erika dan Hendra menikah tapi sayangnya rumah tangga mereka tidak bahagia, sebabnya Hendra ternyata suka main perempuan, selain itu ia juga kasar, suka memukul kalo keinginan nya tak dituruti.

Erika sebenarnya ingin pisah tapi berat, selain ia tidak punya penghasilan juga sudah memiliki anak. Ia sudah melamar pekerjaan tapi sayangnya tidak diterima. 

Sakit hati karena suaminya suka berselingkuh maka ia membalas juga pacaran dengan salah satu orang yang menaksirnya, maklum Erika juga cantik.

Tentu saja Hendra murka, ia dipukuli habis-habisan sampai wajahnya lebam biarpun ia minta ampun.

Akan ku bunuh pacarmu, setelah itu giliran mu perempuan bangsat, begitu ancamnya.

Ancaman itu tentu saja membuat Erika ketakutan, ia segera pulang ke rumah orangtuanya di kampung.

Mendengar cerita anaknya tentu saja orang tua Erika geram bukan main. Tapi mau lapor polisi juga mereka pikir percuma karena ia anak orang kaya.

Akhirnya mereka menempuh jalan halus. Mereka minta bantuan seorang dukun di Pameungpeuk Garut yang memang sudah tersohor namanya.

Hendra akhirnya mati tanpa dicurigai oleh orang-orang. Kematian Hendra menjadi titik balik bagi Erika karena ia berhasil mendapatkan harta warisannya apalagi ia punya anak.

* * *

"Ini ampuh ya Abah?" Tanya Amanda pada orang di depannya, seorang lelaki berusia sekitar 70 tahun karena rambutnya sudah putih merata tapi badannya masih tetap. Sementara Erika agak terkejut, takut orang tua didepannya tersinggung.

"Tentu saja neng, kalo gagal maka uangnya akan Abah kembalikan, semuanya." Kata orang tua itu sambil tertawa mengekek.

"Oh, tak usah bah, aku yakin pasti manjur." Seru wanita itu cepat-cepat, takut Abah Jaenudin tersinggung , bisa berabe urusannya.

Setelah memasukkan benda yang dipesannya ke dalam tas maka Amanda lalu mengeluarkan amplop yang sudah berisi uang 5 juta. Memang mahal, tapi dia lebih rela mengeluarkan uang segitu asal tidak kehilangan mas Khanif suaminya.

Di perjalanan ia mengucapkan terima kasih pada teman baiknya itu. Setelah berpelukan maka mereka berpisah.

Dalam mobil saat perjalanan pulang ke rumahnya ia tersenyum. Salahmu sendiri Mira, kenapa kau masuk ke kehidupan kami. Seharusnya kau pulang ke Jawa bersama anakmu, tapi malah mengganggu kehidupan kami, batinnya.

Dilihatnya khanif sedang bermain dengan Satria anaknya, sementara Mira melihat di kejauhan sambil menata tanaman hias. Hal inilah yang membuat ia nekad, sebab lambat tapi pasti suaminya akan meninggalkannya dan memilih wanita kampung itu.

Esok harinya barulah ia melaksanakan rencananya. 

"Bi Sopiah, biar aku yang bikin kopi." Teriak Amanda membuat wanita separuh baya itu terkejut.

"Ah tak usah nyonya, ini sudah tugasku."

"Udah bi, aku ingin buat sendiri kopi untuk suamiku, bibi tentu tahu, sekarang suamiku kegatelan sama perempuan itu. Aku ingin meladeni mas Khanif. Sudah bibi belanja saja di pasar." Perintahnya. Bi Sopiah hanya mengangguk, sebenarnya perempuan paruh baya itu ingin bilang tidak usah khawatir karena Mira besok akan pulang kampung karena anaknya rindu dengan kakek neneknya di Jepara, tapi entah kenapa ia diam saja. 

Setelah pembantunya itu pergi maka Amanda membuat tiga gelas kopi, salah satu gelas itu ia beri tanda hitam dari arang di dasarnya untuk memberi tanda.

Setelah yakin tak ada yang melihat maka ia mengeluarkan sebuah bungkusan kecil, setelah itu memasukkan serbuk yang ada di gelas yang sudah diberi tanda lantas mengaduknya.

Bubuk ini tidak berasa dan tidak berbau neng, kau tinggal masukkan saja ke air putih atau minuman lainnya, setelah itu satu jam kemudian racun itu akan bekerja, orang yang kau benci itu akan kerasukan sendiri lalu ingin mati, begitu penjelasan dukun di Pameungpeuk.

Amanda yakin akan berhasil karena ia sudah melihat sendiri hasilnya. Hendra tiba-tiba mengamuk di rumah selingkuhan nya. Tidak cukup mengamuk, ia histeris lalu meloncat ke jalan raya yang sedang sibuk. Dan sudah dapat ditebak, tubuhnya remuk karena tertabrak truk yang sedang lewat. Kematiannya menjadi headline news berita kriminal di sebuah televisi swasta.

"Mira mana mas?" Tanyanya sambil meletakkan gelas kopi di depan suaminya yang sedang sibuk menatap laptop karena ada pekerjaan.

"Mungkin di halaman samping dengan satria. Ah, itu dia masuk." Jawab khanif sambil menghentikan pekerjaannya.

"Mira, ini kopi untukmu. Ayo minum." Kata Amanda sambil meletakkan gelas, yang ia lirik bawahnya berwarna hitam. Biarpun ia sudah berusaha tenang tapi tangannya tak urung agak gemetar.

"Makasih banyak ya." Katanya sambil tersenyum, ia sedang menggendong anaknya. Mira tidak langsung meminumnya tapi lebih dulu membersihkan pakaian anaknya yang kotor, mungkin ia tadi bermain air di luar.

Amanda sendiri menunggu sambil minum kopi dengan sedikit gelisah. Untunglah khanif maupun Mira tidak terlalu memperhatikan karena sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Kalo disini terus Mira bisa curiga pikir Amanda. Akhirnya ia mengambil tasnya." Mas Khanif, aku ke butik dulu ya, kemarin ada pelanggan yang janjian pagi-pagi."

Lelaki itu menengok." Iya sayang, hati-hati di jalan." Jawabnya sambil masih mengetik.

Wanita itu mengangguk. Ia lalu keluar.

Sambil menyetir Amanda membayangkan, akan mati dengan cara apakah saingan cintanya itu, apakah akan melompat ke jalan raya seperti Hendra ataukah menusuk dirinya sendiri dengan pisau. Pokoknya kalo sudah minum racun maka dalam waktu kurang dari sejam pasti ia ingin sekali mati, tidak ada penawarnya, polisi juga tidak akan bisa mendeteksi racunnya, begitu terang dukun tersebut.

Akhirnya Amanda pulang lagi ke rumah. Ia ingin sekali melihat saingannya itu mati dengan mata kepalanya sendiri. Tak ada barang bukti karena bungkus racun itu sudah ia buang di jalan. Sudah setengah jam tadi, tinggal setengah jam lagi waktunya wanita sundal itu mati.

"Mira mana mas?" Tanyanya pada suaminya yang sedang duduk santai di teras, sepertinya pekerjaannya sudah kelar.

"Lagi di belakang. Ia sedang memasak atau membantu bi Sopiah kali." Jawab khanif sambil minum kopi. Berapa terkejutnya Amanda ketika melihat gelas itu dasarnya berwarna hitam.

"Mas, kok kamu minum kopinya Mira?" Teriaknya tak percaya dengan penglihatannya.

"Mira tak suka minum kopi, jadi ia berikan padaku, dari pada mubasir jadi aku minum saja." Katanya sambil menghabiskan isinya.

TIDDAAAKKKKK !!!! Amanda pun histeris.

TAMAT

Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

43 komentar untuk "Cinta dan Benci 2"

  1. Waduh...Khanif minum kopinya Mira?Mati enggak nih si Khanif 😱
    Si Amanda GK pernah nyangka bakalan begitu ,karena udah cemburu buta,ya si Khanifnya juga serba salah,ada Satria anakknya dan si Mira juga statusnya masih istri karena belum bercerai..apalagi Mira cantik..hemmm gara" ingin menyingkirkan Mira,malahan si Khanif yg tersingkir🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum mati mbak, tergantung khanif ngasih pulsa banyak apa enggak.
      Kalo ngasih banyak maka khanif ngga mati, cuma jadi gila saja, ntar dirawat di RSJ oleh suster yang cakep yaitu suster keramas.😆

      Kalo ngasih pulsa nya dikit, khanif juga ngga mati, cuma ngamuk di rumah lalu kabur keluar rumah tapi ngga pakai Nana dalam.🤣

      Hapus
    2. pilihanya sama2 gak enak yaa :(

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    4. Enak itu yang dirawat di RS J saja mas, dari pada kelayaban di jalan ngga pakai nana dalam.🤣

      Hapus
    5. Mungkin mbul perlu gambar lagi oink oink tapi pakai celemek.😄

      Hapus
    6. RS J singkatan dari Rumah Sakit Juga 😜😜

      Hapus
  2. Serem amat kalo si Khanif kena gangguan jiwa alias gila,medeni kui jenenge..coba mas Agus kasih pulsa,pasti si Khanif bakalan tenang,gak kabur lagi ga pake celana😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah dikasih pulsa sama konter sebelah katanya mbak, tapi belum bayar.😁

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biarin sajalah typo, ngga ada editor FTV yang kesini ini.😂

      Wah, masa ini genre horor, kirain genre poligami.🤣

      Iya, tadinya mau begitu, Mira mati lalu khanif kawin lagi sama janda muda tapi karena ngga ngasih kuota/pulsa aku ubah jalan cerita nya.😁

      Hapus
  4. Ayo mas bikin cerita romansa yang ringan, biar manda, khanif dan miranya happy hehhehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, biarkan aku punya istri lima, eh dua ding :D

      Hapus
    2. Iya, ntar aku bikin lagi cerpen khanif yang bahagia sama Lea dan Bella.😄

      Hapus
    3. Berarti Asmirondo telah dilupakan dong.🤣🤣🤣

      Hapus
  5. Yaah Ga jadi punya bini dua deh Khanif sudah keburu minum kopi beracun 😅

    Efek racunnya keren sesuai harganya 5 juta, yuk di order kak barangkali ada lagi yg mau pesan racunnya wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo kak di order, beli dua dapet satu kata Kasino Indro 😅

      Jadi kebagian harta gono gini gak si Mira? 😅

      Hapus
    2. Kayaknya sih ngga kebagian, Mira kebagian Abah Jaenudin saja.😁

      Hapus
    3. Sama pangeran Egus aja xixixi (udh baca blm cerpen Khanif) 😄👍

      Hapus
  6. kalo aku jadi mati ceritanya bakal berakhir kan mas, kan pemeran utamanya udah gak ada heheheh 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum mati mas.

      Setelah tahu khanif minum kopi itu akhirnya Amanda ngikat suaminya pakai tali tambang biar ngga ngamuk atau bunuh diri.

      Selanjutnya....

      Isi pulsa dulu nomorku 🤣

      Hapus
  7. Senjata makan tuan huhuhu

    Keren banget plotnya Kak
    Sukaaa

    Dramatis-dramatis nya juga udah kayak film ini, klimaksnya di endingggg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anu, ini aku dikasih tau sama kang Satria plot nya, jadi tinggal nulis saja.😂

      Hapus
  8. Aghhhhhhh kok ga diceritain cara matinyaaa 🤣🤣. Kena batunya si khanif. Sebenernya dlm hal ini yg salah memang si cowo 😄. Pelajaran buat cewe2, kalo mau nikah Ama co yg denger udah punya istri, mintain buat ditunjukin juga surat cerainya. Jangan2 cuma dimulut doang bilang cere 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngga mbak, biar pembaca yang menebak saja akhirnya mau gimana.😄

      Hapus
  9. Balasan
    1. Lanjutannya di Bella dan Lea mas.😁

      Hapus
    2. Yg terbaru Nyamuk dan Bintang 😅

      Hapus
    3. wkwkwk cerita spesial bulan febuati yang katanya bulan cinta mas :D

      Hapus
    4. Cieee, yang sedang jatuh cinta nih.😁

      Jatuh cinta sama nyamuk.🤣

      Hapus
    5. Yg terbaru jatuh cinta sama org dlm cermin xixi

      Hapus
    6. Cerpen out of the box kang jaey akhirnya ada yang nyaingi juga xexexe.😁

      Hapus
  10. Amanda terlalu terburu-buru, mungkin memang karena terbakar api cemburu. Seharusnya dia tanya dulu ke Mira, minuman apa kesukaannya. Kemudian dibelikan di luar dan racunnya dimasukkan saat berada di mobil.
    😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harusnya beli es krim mixue baru kasih racunnya ya kang.😁

      Hapus
  11. Belom nulis yg baru lgi mas Agus

    BalasHapus
  12. Sudah kuduga! nggak keren sih si Manda, kenapa pula dia ngasih minuman terlarang, tapi ditinggal pergi.
    Mbok ya ditungguin dulu, pastikan minumannya sudah diminum target.
    Lagian, kenapa bikinin perempuan, kopi sih, bikin jus kek atau teh gitu.
    Dan ajak ngobrol bareng

    BalasHapus