Malam ke tujuh
Malam ke tiga
Aku buka jendela itu dengan hati setengah berharap, apalagi sebentar lagi tengah malam, dimana biasanya dia datang untuk menemui ku seperti biasanya.
Angin dingin masuk ke kamarku yang terletak di lantai dua, kulihat ke atas dan melihat rembulan malam dengan sinarnya yang lembut. Entah kenapa aku suka sekali menatapnya.
Entah berapa lama aku berada di pinggir jendela dan tak menghiraukan angin malam yang menerpa tubuhku.
"Kau sudah menungguku kekasihku."
Sebuah suara sayup-sayup masuk ke telingaku. Suara halus dan lembut yang ku rindukan dari tadi. Aku menengok dan tersenyum ketika melihat seorang gadis muda sudah berdiri di samping tempat tidur. Aku tak menghiraukan darimana ia masuk karena ia memang bisa masuk dari mana saja. Suasana dalam kamar sunyi senyap dan juga remang-remang karena lampunya mati, hanya diterangi cahaya bulan dari kejauhan.
"Amanda, akhirnya kau datang juga." Aku tersenyum lalu menuju dirinya yang senyumnya makin menarik di mataku.
"Tentu saja aku akan datang kesini sayangku kalau kau menghendaki ku."
"Tapi kau tidak jelas, agak kabur. Akhir-akhir ini kau makin kabur, aku ingin melihatmu sejelas-jelasnya."
Aku lalu menuju ke dinding untuk memencet tombol saklar tapi Amanda langsung mencegahku.
"Jangan kau nyalakan lampu bang Jaey, atau aku akan pergi, begitu cahaya terang itu muncul maka aku akan menghilang dan kembali ke duniaku yang gelap."
Amanda setiap menemuiku selalu berkata begitu dan entah kenapa aku selalu percaya tak berani menyalakan lampu.
"Kenapa kau lebih menyukai sinar rembulan Manda?"
Gadis yang dipanggil Manda tersenyum lalu duduk di samping ku di ranjang. Bedanya jika kasur tempurku duduk menekuk kebawah karena berat badanku, sedangkan ia tidak, seolah badannya seperti sebuah kapas.
"Kau tahu bang. Sinar bulan ini adalah karunia abadi, ia bisa dipercaya untuk memegang rahasia kita. Ia tidak akan berkhianat, dengan sinarnya aku datang kesini."
Aku sudah beberapa kali mendengar perkataannya seperti itu dan selalu percaya perkataannya. Aku tidak terlalu memperhatikan perkataannya, yang ku perhatikan hanyalah suaranya yang selalu ku rindu. Aku coba memeluknya, tubuhnya ringan seperti angin dan juga dingin tapi perlahan hangat, mungkin karena panas tubuhku.
"Bang Jaey."
Aku makin erat memeluknya
"Hmmm..."
"Aku ingin mendengar lagu itu."
"Yang mana?"
"Yang terakhir sebelum aku pergi bang."
Kuraih ponsel iPhone yang ada di meja, ku geser-geser layarnya lalu tak lama kemudian berkumandang lah lagu Eren - Takkan Pisah kesayangannya dengan suara lirih, memang sebelumnya sudah aku setel seperti itu volumenya.
"Kau selalu memutar lagu itu bang? Selalu memutarnya untukku."
"Selalu sayang, bahkan seperti isi surat terakhir mu Manda, tiap aku dengar lagu ini maka kubiarkan air mataku mengalir."
"Tapi kau kan lelaki sayang."
"Lelaki juga punya hak untuk menangis Amanda, apalagi menangisi garis nasibmu yang malang. Meratapi kepergian seorang gadis yang kucintai..."
"Tapi aku sudah disini sayang ku."
Ia memelukku, kubalas dengan erat seakan tidak akan pernah lagi ku lepaskan. Tubuhnya makin hangat, begitu hasrat hati ku.
"Aku.. aku ingin memilikimu sayangku.." bisikku dengan suara parau.
"Aku milikmu sayangku, terserah kepadamu."
Bibir kami pun berpadu dan nafas memburu.
Sementara di luar bulan masih setia memancarkan cahayanya.
Malam ke empat
Berbeda dengan malam-malam sebelumnya, kali ini aku berdebat dengan Amanda. Semua karena ku ingin ia selalu disini, tidak menghilang seperti yang sudah-sudah.
"Mana mungkin bang Jaey."
"Mungkin saja Manda, apa yang tidak mungkin."
"Tapi sayangku, kau tahu kita sudah berbeda alam."
"Omong kosong, akan ku buktikan kalo kau nyata adanya." Teriakku.
Habis berteriak aku lalu menuju dinding untuk memencet saklar, akan ku buktikan padanya kalo itu hanya ketakutannya semata, ia tidak akan apa-apa kalo terkena sinar lampu. Ia benar-benar ada.
Tapi sebelum tangan ini menyentuhnya, sebuah tangan putih mulus tapi dingin menepisnya.
" Aku akan pergi dan tak akan menemui kamu lagi selamanya bang Jaey." Serunya dengan keras dan menghentak.
Aku tersentak dan jatuh kebawah. Oh, betapa tololnya dan egoisnya aku, bagaimana kalo ia benar dan tak mau menemaniku lagi selamanya. Tak terasa air mataku jatuh kebawah.
Gadis itu memelukku." Maafkan aku bang, bukannya aku tidak mau bersamamu terus tapi tubuhku terasa panas kalo terkena sinar lampu apalagi matahari."
Aku balas memeluknya erat-erat." Maafkan keegoisan ku Manda, hampir saja aku membunuh mu. Ah, mengapa nasib kita begini."
Air mataku kembali jatuh biarpun tidak sederas tadi.
"Apakah kita tidak bisa lagi bersama seperti dulu Manda?"
"Bisa Abang, kita bisa bersama lagi seperti dulu."
"Aku tahu, tapi kapan." Jeritku.
"Tak lama lagi bang, aku merasakannya, itu sebabnya aku makin sering datang kesini."
Hatiku lapang mendengarnya.
Suasana hening
Keheningan itu dipecahkan oleh sebuah suara disusul ketukan pintu." Jaey, kamu bicara dengan siapa, kenapa kamu tadi menjerit."
"Tidak apa-apa mama, aku bermimpi dan mungkin mengigau." Jawabku sambil menyeka air matanya.
Malam ke lima
Jika malam sebelumnya kami bertengkar maka sekarang malah aku dan dia banyak tertawa.
"Kau tahu Manda, tadi siang ayah dan ibuku membawaku kemana?"
Ia hanya tersenyum saja tidak menjawab.
"Ke rumah sakit jiwa, tepatnya ke psikiater. Gara-garanya mamaku bersikeras kalo semalam itu aku bicara dengan seseorang dalam kamarku ini. Aku tak kuat dan akhirnya aku berterus terang kalo aku bicara denganmu, kau masih hidup. Bukan cuma bicara bahkan aku bilang kalo kita sering bermain cinta disini."
Pipinya tampak bersemu merah tapi dibibir nya menghias sebuah senyuman.
"Mamaku langsung shock, sedangkan papaku prihatin. Mereka bilang tak mungkin karena kamu sudah mati, tapi aku bersikukuh kalo kamu ada tapi mereka tak percaya. Papa dan mamaku akhirnya membawa ku ke psikiater karena menyangka ku sudah tak waras. Hei, apa menurutmu apa aku gila Manda."
"Tidak sayang." Akhirnya ia bersuara juga setelah dari tadi diam mendengarkan." Kau masih sehat."
"Tentu saja. Disana mereka memberi berbagai macam pertanyaan yang aneh-aneh. Masa aku disuruh mengingat siapa namaku, mama dan papaku. Tentu saja gampang, mereka lalu mengajukan pertanyaan tentang apa agamaku. Aku jawab islam. Mereka tak puas lalu mengajukan pertanyaan tentang sejarah Rasulullah. Tentu saja mudah, bahkan aku ulangi lagi jawabannya biar mereka puas. Tapi mereka masih menanyai saja, Dimana aku sekolah , siapa nama guruku atau bahkan dimana aku lahir. Karena jengkel maka kujawab saja, aku lahir di tempat tidur."
Amanda tertawa kecil mendengar ceritaku.
"Beberapa psikiater datang lagi dengan beberapa pertanyaan, yang semuanya aku jawab dengan mudah. Dengan geleng-geleng kepala, akhirnya mereka mengatakan bahwa aku sehat pikirannya. Hei, memang menurut mu apa aku ini gila Manda?"
Ia mengelus tanganku." Tidak sayang, kau sehat dan tidak gila."
Aku tersenyum. Kami mengakhiri malam itu dengan bermain cinta dengan bergairah.
Malam ke enam
Malam ke enam adalah malam yang penuh gejolak. Ia tetap datang kepadaku walaupun bulan tertutup awan.
"Kau ingat ini hari apa sayang."
Aku mencoba mengingat-ingat." Hari Kamis."
"Apa hal yang kau ingat dengan hari ini."
Aku coba kembali mengingat peristiwa yang berkesan di hari tersebut." Kita pergi ke pantai Parangtritis pada saat kita liburan."
Amanda menggeleng." Aku kecewa, ternyata Abang melupakan hari yang sangat penting itu."
"Sangat penting, hal apakah itu Manda?" Jawabku sambil mencoba mengingat-ingat tapi nihil.
"Ini adalah hari kematianku bang Jaey."
Bagai disambar petir mendengar jawabannya, tubuhku bergetar.
Ya, akhirnya aku ingat.
Seminggu yang lalu ketika aku tahu Amanda hamil dua bulan karena hubungan kami yang kebablasan maka aku mengajaknya ke rumahku untuk menemui orang tuaku agar bisa menikahinya, walaupun ia sebenarnya kurang setuju karena tahu mamaku dari awal menentang hubungan kami di karenakan ia berasal dari kalangan bawah atau miskin. Tapi aku bersikeras mengajaknya, aku bilang ibuku pasti akan setuju sebabnya ia akan mempunyai cucu dari anak satu-satunya.
Tapi seperti dugaannya, ibuku marah besar kepadanya dan mengatai kalo gadis yang kucintai itu wanita murahan. Aku berusaha membela nya dengan mengatakan Amanda sedang mengandung akibat hubungan kami, tapi mamaku tetap keras kepala.
Gugurkan kandungan mu dan kuberikan uang 100 juta, tapi jangan dekati lagi Jaey, mengerti! Bentak ibuku, yang ikut membuatku sakit hati.
Amanda tak tahan lagi dan langsung keluar rumah dengan berurai air mata, aku berusaha mengejarnya tapi dihalangi oleh ibuku.
Seharian itu aku dikurung di rumah tidak boleh keluar bahkan untuk kuliah juga. Aku baru menerjang keluar ketika bi Sopiah, asisten rumah tangga ku melaporkan kalo gadis yang kucintai itu mati bunuh diri di kamarnya dengan sebuah tali.
TIDAAKKKKK!!!!
Malam ke Tujuh
Malam ini ia seperti biasa datang tapi hanya sekejap saja, itupun hanya di luar kamar.
"Ini adalah malam terakhir ku mengunjungi mu bang Jaey karena ini adalah malam terakhir ku. Untuk selanjutnya, sering-seringlah berdoa untuk ku agar arwahku tenang abang."
Setelah itu ia menghilang bersamaan dengan bulan yang tertutup awan.
Aku tidak menangis ataupun mengucurkan air mata tapi malah tersenyum.
Ku raih kertas putih yang sudah aku siapkan, kemudian aku menulis pesan diatasnya.
Maafkan Jaey anakmu mama, Jaey belum bisa membalas Budi baik mama maupun papa yang sudah mengasuhku sejak kecil. Aku sudah tidak ada gairah hidup lagi sejak Amanda pergi. Ia kini kesepian sendirian di alam sana. Kami dulu sudah berjanji untuk selalu bersama dan kini aku akan menepatinya, akan menyusulnya. Sekali lagi, maafkan aku mama.
Ku letakkan kertas itu di atas meja, dan kupandangi kursi serta tali tambang yang sudah terikat erat di atasnya.
TAMAT
arwah penasarankah.. ..manalagi ketemunya malem" di kegelapan,hantu donk mas Agus,mana si Jaey pake mau nyusul segala lagi..jadi kisah latar belakangnya cinta antara dua manusia di dunia yang berbeda.
#Mbul masih kecil..ada adegan bermain cinta hihihi 😳🤭
bermain cintanya selama 7 hari
tapi cerita malahm ke tujuh pas paragraf awal bagus ya...bahasanya indah dan lembuwt hihihi
cuma uda romantis gitu dipanggilnya abaaaang hihihi
pinter ih mas agus makin hari cerpennya, bisa kejutan kadang cerpen lucu, e ternyata kapan hari bisa romans juga..
mbul jadi tukang lighting bawa sorot rembulannya ya hihihi
Pertengahan baca kirain ini iklan Skincare, pakai skincare biar ga takut matahari 😜
"Dimalam yg sesunyi ini, aku sendiri, tiada yg menemani, tak ada kata terucap dari mulutku dan juga dimimpiku, kau yg kucinta dan ku kenang di dlm hidupku, bayangan dirimu utk selamanya, hoooowwo.. Haruskah pergi, tinggalkan dunia, agar aku dpt berjumpa denganmu" By Chrisye yg juga Dipopulerkan Ariel Noah 🤣
endingnya ehhm diluar dugaanku
aku pikir tadi udah mikir bakalan horor nih, bacanya pas malem malem pula wkwkwk
mas agus update banget ini, hari pertama di tahun 2023 udah ada post baru.
akuuu.... belom ada wkwkwkwk
Ngomong-ngomong si jaey udah bangkrut ya kok sekarang pakai iPhone, Jphonenya ke mana?
Endingnya tragis..hihihi
kasian banget sih mbak mandaa
Akhirnya ada juga cerita mas agus yg berbau horor romantis 😄
malam malam penuh tawa dan gairah
Apa gara-gara dia kebanyakan bergaul dengan hantu, jadinya pengen jadi hantu.
Penasaran, jadinya gimana? sutradaranya nggak telat bilang 'cut' kan?
Takutnya, kelamaan nunggu 'cut' si Jae beneran udah bawa kursi dan tambangnya, buat metikin buah mangga tetangga yang banyak wakakkakaka
Tapi over all, saya aslinya baper juga bacanya wakakakaka