Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kekasih dari alam kubur part delapan

 


Sementara itu di bagian lain desa Kaligangsa sebuah mobil pickup berjalan di tengah malam. Tidak satupun mereka menemui warga desa di jalan, padahal kalo dalam keadaan normal, lurah Agus yang sering jalan-jalan malam melihat satu dua warganya beraktivitas, baik sebagai pedagang malam seperti mie ayam atau hanya untuk begadang, tapi kini desa sunyi sepi. Apalagi penyebabnya kalo bukan karena ada kematian mengerikan di kampung mereka.

Kendaraan roda empat itupun berhenti di sebuah rumah bertingkat dua yang megah.

"Jaey, kamu temani aku malam ini ya, nanti aku kasih kamu hadiah sebagai carik." Rayu Agus pada orang disampingnya.

Walaupun agak tergiur oleh tawarannya tapi Jaenudin teringat dengan kejadian dibawah pohon beringin tadi, ia tidak mau mengalami nasib mengerikan seperti tiga anak buah kepala desa itu." Maaf pak kades, aku permisi dulu ada keperluan penting."

Tanpa menunggu jawabannya ia langsung tancap gas meninggalkan rumah kepala desa itu.

Tentu saja hal tersebut membuat Agus geram. Jika dalam keadaan biasa tentu saja ia sudah mencaci maki bahkan mungkin menyuruh anak buahnya untuk memberikan pelajaran tapi kini hanya pasrah saja.

"Mang Karyo, dimana kamu mang." Teriaknya ketika ia tidak melihat pembantu rumah tangganya di depan rumahnya. Biasanya orang tua itu langsung datang dan membukakan pagar besi tapi kini keadaan sunyi sepi. Ia mengulangi lagi teriakannya sambil melihat-lihat keadaan sekitar di halaman rumah tapi tidak ada sahutan sehingga diam-diam Agus merinding. Apakah setan Pratiwi sudah datang kesini dan membunuhnya karena tidak menemukannya.

"Mas sudah pulang." Seru sebuah suara dibelakangnya membuat Agus terkejut bukan main, hampir saja ia memaki kalo saja tidak sadar itu suara Sumiati istrinya.

"Sudah Sum. Kenapa kamu belum tidur?" Katanya lega, setidaknya ada seseorang yang mendampinginya di saat seperti ini.

"Suamiku pergi larut malam, mana mungkin sebagai seorang istri aku bisa tidur nyenyak apalagi banyak kejadian aneh belakangan ini, syukurlah mas Agus sudah pulang dan tidak ada apapun." Ujarnya lega.

Mendengar perkataannya maka Agus pun trenyuh. Iapun segera memeluknya." Makasih sayang, mas tidak apa-apa kok. Mari masuk."

Tapi lelaki itu tidak langsung masuk tapi lebih dulu pergi ke rumah sebelahnya, yang berjarak sekitar 20 meter." Mang Kardi, buka pintunya mang."

Agak lama orang yang dipanggil mang Kardi kemudian muncul dari balik pintu. Tentu saja ia terkejut yang memanggilnya ternyata pak kades." Oh pak kades, ada apakah bapak memanggilku." Ujarnya biarpun secara umur sebenarnya mang Kardi lebih pantas menjadi bapaknya.

Agus lega karena ada juga orang yang muncul." Begini mang Kardi, mamang malam ini tidur di rumahku ya. Tidak ada yang jaga rumahku, nanti aku bayar kamu uang yang banyak."

Orang tua itu terkejut." Aduh pak kades, mohon maaf badanku lagi agak meriang. Bukankah udah ada mang Kardi."

"Orang tua sialan itu entah pergi kemana. Kalo dia berani menampakkan batang hidungnya akan langsung aku pecat." Jawabnya emosi.

Jawaban itu tentu saja menambah rasa malas Kardi. Karyo yang sudah mengabdi lama padanya saja tidak dihargai apalagi dirinya." Maaf pak kades, aku beneran tidak sehat, tidak bisa jaga."

Ingin sekali Agus menempeleng orang didepannya itu, tapi ia sadar kalo hal ini dilakukan malah bisa berbahaya, akhirnya ia melunak." Baiklah mang, tapi misalnya ada bahaya di rumahku, mang Kardi mau menolong bukan."

"Oh tentu pak kades, kalo ada sesuatu bapak tinggal teriak saja, aku pasti akan datang."

Agus tidak putus asa, ia coba ke rumah sebelahnya lagi." Ujang, buka pintunya Jang."

Seorang perempuan berusia tiga puluhan muncul dari balik pintu." Oh pak lurah, aku kira siapa."

"Ujang mana Saodah?"

Wanita yang dipanggil Saodah menjawab." Aduh maaf pak lurah, mas Ujang lagi jaga anak soalnya sedang sakit."

Tentu saja Agus terkejut sekaligus dongkol. Jelas sudah kalo dia juga tidak berani, padahal biasanya ia yang menjadi hansip kalo ada hajatan, tapi kini juga meringkuk ketakutan. Sepertinya meminta bantuan orang lain juga sama." Tolong bilang pada suamimu, kalo misalnya ada apa-apa di rumahku segara lekas kesana atau ia akan kupecat menjadi hansip." 

Begitulah, akhirnya Agus pun masuk kedalam bersama istrinya dan ia lupa pesan kyai Syahroni agar sholat malam tanpa ia sadari kalo dari kejauhan beberapa tubuh kaku berjalan perlahan-lahan menuju rumahnya.

Baca cerita sebelumnya: Kekasih dari alam kubur part tujuh

Sementara itu Jaenudin membawa mobilnya dengan sedikit kencang agar bisa segera keluar dari desanya sendiri. Akhir-akhir ini ia memang ngeri berada di tanah kelahirannya karena kejadian menggemparkan sejak jatuhnya Herman di jurang, mayatnya yang dilemparkan saat tahlilan dan matinya Bayu secara mengerikan. Bahkan tadi di bawah pohon beringin samar-samar ia melihat begundal pak lurah yang bernama Satria juga kondisinya menakutkan.

Tapi yang utama, sebenarnya ia tidak betah di kampungnya karena ingin dekat dengan Ningrum, janda muda tanpa anak yang berasal dari desa Kalimati, dua desa dari Sawojajar. Laki-laki itu mengenalnya saat mengantarkan sayuran di pasar induk Brebes, karena sering ketemu maka Jaey pun mencoba mendekati dan sepertinya janda itu menerimanya walaupun tidak berterus terang.

Sebaiknya aku kesana saja, tidur di rumahnya, siapa tahu dia juga kangen kepadaku, syukur-syukur kalo mau diajak asyik-asyik di ranjang pikirnya mulai kotor.

Akhirnya ia berhasil keluar juga dari desanya dan menuju jalan raya. Suasana sunyi sepi tapi lelaki itu agak tenang karena sudah cukup jauh dari tempat yang ia takut. Sepanjang perjalanan Jaey berpikir bagaimana caranya agar ia bisa menginap di rumah wanita single itu. Apalagi ia hanya sendirian di rumahnya, yang mana warisan peninggalan suaminya yang mati. Ningrum sendiri sebelumnya menjadi simpanannya dan mendapatkan rumah tersebut.

Tiba-tiba ia merasa perutnya tak enak karena ingin kencing. Ah sial, pasti karena hawanya dingin. Segera saja ia menghentikan mobilnya dan mencari sebuah pohon untuk buang air kecil.

Saat kembali ke kendaraan miliknya, Jaey kaget ketika melihat seorang wanita muda tampak sudah ada di samping mobilnya.

"Ningrum, kau disini?" Katanya heran.

Wanita muda yang manis itu tersenyum.

* * *

Sementara itu lurah Agus sedang rebahan di tempat tidur tapi sayangnya ia tidak bisa tidur. Jangankan tidur, memejamkan mata saja susah. Banyak kejadian akhir-akhir ini yang menyita pikirannya terutama kejadian barusan. Ia agak kesal dengan istrinya karena sepertinya ia sudah tidur, terlihat dari bunyi dengkurnya.

Tiba-tiba terdengar bunyi keras di luar rumah. Agus tegang karena itu bunyi pagar besi rumahnya yang sepertinya hendak didobrak paksa.

Keadaan makin menegangkan ketika terdengar pagar roboh dan menimbulkan bunyi keras. Kepala desa itu berupaya kabur tapi segera teringat dengan istrinya dan juga calon buah hatinya.

"Sumi, cepat bangun. Lekas kita pergi dari sini." Teriaknya sambil mengguncangkan badan istrinya. Sumiati terbangun lalu bertanya ada apakah. Agus hendak menjelaskan tapi diluar rumah suara keras makin terdengar.

"Apa.. apa itu mas Agus?" Tanyanya tak mengerti tapi juga merasa takut.

"Aku tidak tahu, mungkin perampok jahat. Lekas kita ke belakang lalu kabur." Katanya. Di bagian belakang memang ada motor Vespa yang biasa ia gunakan sehari-hari. Mobil hanya digunakan kalo ada keperluan penting.

Wanita itu mengerti. Ia segera saja bangkit lalu menuju ke ruang belakang. Agus tiba-tiba berhenti.

"Kenapa mas?"

"Aku akan ambil pistol di lemari untuk jaga-jaga." Katanya lalu tanpa banyak bicara ia langsung kembali ke ruang tengah dimana ia menyimpan senjata api yang ia peroleh dengan ijin yang susah payah.

Tapi baru ia membuka laci lemari untuk mengambil pistol, sebuah jeritan keras dari belakang membuatnya gugup karena itu adalah jeritan Sumiati.  Segera saja kepala desa itu mengambil senjata andalannya itu lalu lari ke belakang.

Begitu sampai di belakang ia malah jadi terpaku kakinya. Sumiati istrinya masih ada disana tapi tergeletak di lantai. Wanita itu tampaknya pingsan ketika melihat dua sosok yang sudah ada di belakang karena pintunya tidak dikunci. Sosok itu adalah Herman dan Satria yang sosoknya menyeramkan karena belepotan darah dan itulah yang menyebabkan istri kepala desa Kaligangsa itu jatuh tak sadarkan diri.

Belum habis rasa terkejutnya, dari ruang depan tiba-tiba pintunya terdobrak dan Bayu muncul bersama dengan sosok khanif di belakangnya. Sosok mereka berdua juga tidak kalah menyeramkan, Bayu mukanya rusak sebelah dengan khanif kepalanya pecah, mengeluarkan cairan menjijikkan dari tubuhnya. Keduanya perlahan tapi pasti menuju tempat kepala desa itu berada.

Walaupun shock dan takut luar biasa tapi lurah Agus masih bisa berpikir." Pergi kalian dari rumahku atau akan ku tembak kalian." Katanya sambil mengacungkan pistolnya.

"Tolong.. tolong.. Kardiii... Ujanggg tolong aku." Teriaknya keras sekali pada dua tetangganya itu. Teriakannya memang membawa hasil, suaranya di dengar bukan hanya oleh Ujang dan Kardi tapi juga beberapa tetangga lainnya, tapi sayangnya tidak ada satupun dari penduduk yang datang menolongnya, mereka malah meringkuk ketakutan di bawah kolong ranjang sambil membayangkan kematian mengerikan seperti apa yang akan menimpa kepala desa itu.

Duar.. duar.. dua peluru keluar dari pistol ketika Agus melihat kedua mantan anak buahnya yaitu Herman dan Satria hendak menjamah istrinya yang tergeletak di lantai. Satu peluru telak kena badannya Herman membuat mayat hidup itu tertegun sedangkan satunya lagi yang menuju satria meleset tidak kena sasaran, mungkin karena ketakutan.

Duar duar, Agus kembali memuntahkan peluru nya ketika melihat ia balik badan dan melihat mayat khanif dan Bayu menuju dirinya. Beberapa peluru tepat mengenai tubuh kedua mayat hidup itu tapi sayangnya tidak membuatnya tumbang. 

Anehnya mayat khanif maupun Bayu tidak menyentuhnya ketika mereka melewatinya tapi malah menuju Sumiati berada.

"Ayo kita bawa perempuan itu di kasur untuk kita gagahi." Begitu suara sember keluar mulutnya Bayu.

"Betul, ini perintah majikan kita. Ayo kita bawa kesana, pasti tubuhnya empuk dan enak. Setelah itu tinggal kita bunuh agar majikan kita tidak khawatir." Herman dan Satria lalu membawa Sumiati yang pingsan ke kasur yang ada di kamar.

Agus tentu saja hendak pingsan melihat semua kejadian itu tapi anehnya ia tetap terjaga. Ia coba memalingkan kepalanya agar tidak melihat adegan yang mengerikan itu, istrinya hendak diperkosa oleh tiga mayat hidup bekas anak buahnya tapi lehernya kaku tidak bisa digerakkan. Wajahnya tetap tertuju kepada tiga orang itu yang sudah membaringkan tubuh Sumiati di ranjang.

"Hahaha, mereka hanya melaksanakan perintah mu tuan muda. Bukankah dulu kamu yang menyuruh mereka untuk memperkosaku." Sebuah suara tahu-tahu muncul di hadapan nya dan Agus melihat seorang wanita muda cantik sedang duduk manis di sebuah kursi tak jauh dari ranjang tersebut. Wanita itu sangat dikenalnya karena dulu sangat dekat dengannya, siapa lagi kalo bukan Pratiwi.

"Pratiwi, ku.. kumohon bunuh saja aku dari pada ku melihat perbuatan keji ini."

"Perbuatan keji." Wanita itu mencemooh." Apakah kamu pikir perbuatan mu mulia ketika menyuruh mereka memperkosaku dan membunuhku."

"Aku.. aku tidak menyuruh mereka memperkosa mu, aku hanya aku hanya..." Agus tidak bisa melanjutkan perkataannya apalagi dilihatnya pakaian Sumiati di bagian bawah sudah ditarik oleh Herman.

"Kamu pikir kamu bisa menipuku tuan muda. Sekarang kamu lihatlah wanita yang kamu cintai itu akan mendapatkan penistaan seperti dulu kamu menistakan ku."

Ketiga mayat hidup itu menyeringai dan mereka siap memperkosa tubuh Sumiati yang diam tak bergerak, entah mati atau masih hidup.

Beruntung sebelum kejadian mengerikan itu terjadi sebuah suara datang menyelamatkan." Hentikan semua ini Larasati."

Agus tentu saja gembira apalagi ia mengenal suara itu milik kyai Syahroni. Benar saja, ulama kharismatik itu datang tepat waktu.

"Kamu kembali tua bangka, kali ini tidak ada ampun bagimu. Bunuh orang tua keparat itu." Teriak Larasati yang meminjam roh Pratiwi untuk melancarkan aksinya.

Herman, Satria, Bayu, dan khanif langsung bergerak. Jika sebelumnya gerakan mereka kaku dan lambat kali ini cukup cepat seperti manusia normal. Kyai Syahroni sampai terkejut karena tidak menyangka. Beruntung ia di waktu muda pernah mendalami bela diri dan di usia sepuh masih sering melatihnya sekedar agar tubuhnya tidak kaku. Ia berhasil loncat ke belakang.

"Pergilah roh jahat, pulanglah kalian ke asalnya, Allahu Akbar..." Teriak orang tua itu sambil menaburkan garam yang dibawanya yang sebelumnya sudah ia bacakan doa. Hasilnya segera terlihat. Mayat Herman, Bayu dan khanif yang terkena garam itu menjerit keras lalu roboh tidak bergerak lagi sementara mayat Satria berhasil loncat sehingga tidak terkena percikan garam. Ia menggereng antara marah dan ketakutan tapi tidak berani menyerang.

"Pergilah ke asalmu Larasati. Bukan disini tempatmu." Bentaknya pada sosok yang masih duduk di kursi dekat ranjang.

Yang dibentak tertawa sinis. " Jangan lupakan pak tua, penduduk desa Kaligangsa dulu membunuh suamiku karena hasutan kepala desa."

"Dendam mu salah alamat, sudah seratus tahun lebih waktu itu berlalu. Semua penduduk yang membunuh suamimu sudah mati sedangkan mereka yang disini tidak memiliki salah kepadamu. Aku harap kamu mengerti." Kyai Syahroni kini mulai memelankan nada bicaranya, berharap dengan bicara lembut bisa melunakkan roh tersebut agar pergi dan kembali ke alamnya 

"Mereka harus menebus dosa leluhur mereka tua bangka, jangan kau pikir aku takut padamu. Makanlah ini." Habis berkata seperti itu perempuan itu menggerakkan tangannya. 

Kyai Syahroni terkejut ketika kursi dan meja yang ada di depannya terangkat dan ketika Larasati menggerakkan tangannya kedua benda itu menuju ke arahnya.

"Allahu Akbar. Pulanglah ke asalmu Larasati." Orang tua itu langsung menghindar lalu melempar garam dapur yang ada di genggaman tangannya menuju arwah dari masa lampau itu. Wanita itu menggerakkan tangannya dan sebuah sprei yang sebelumnya ada di ranjang langsung terbang membentang ke depannya sehingga garam tersebut tidak ada yang mengenainya.

Ulama itu tercekat. Ia berusaha membaca ayat Al-Qur'an tapi sayangnya perabot rumah tangga yang ada di kamar tersebut beterbangan kearahnya seakan digerakkan oleh tangan raksasa tak terlihat. Terpaksa orang tua itu menghindar ke samping tapi tak urung sebuah kursi dari kayu mengenai kakinya sehingga ia terjatuh dan mental ke tembok.

Belum hilang rasa sakitnya, matanya melihat sebuah guci yang cukup besar melayang menuju dirinya.

Celaka batinnya, orang tua itu berusaha menghindar biarpun ia tidak yakin karena benda itu cepat sekali menuju dirinya. Larasati tersenyum puas karena kali ini ia yakin orang tua itu tidak akan bisa mengelak, kalaupun guci itu tidak membunuhnya, setidaknya bisa membuat luka berat.

Dor dor dor beberapa butir peluru bersarang tepat mengenai tubuhnya. Ternyata Agus yang menembaknya dengan peluru cadangan yang disimpannya. Ia sebenarnya ingin kabur saat itu tapi malu kalo melakukan nya, meninggalkan orang tua yang sudah menolongnya.

"Keparat." Teriaknya. Arwah Larasati yang memakai tubuh Pratiwi segera menggerakkan tangannya. Kepala desa itu histeris ketika tubuhnya tahu-tahu terangkat dan ia terlempar keluar rumah lewat jendela yang hancur berantakan. Beberapa kaca mengenai tubuhnya sehingga berdarah, untungnya hanya luka luar sehingga Agus tidak sampai mati. Tapi biarpun begitu tak urung ia mengerang kesakitan.

Tertatih-tatih ia mencoba bangun untuk menuju ke dalam menolong istrinya untuk dibawa ke rumah tetangga sebelah sambil mengutuk dalam hati karena tidak ada satupun tetangganya yang datang.

Tapi kakinya berhenti ketika melihat cahaya di kejauhan. Hatinya lega karena mengenali mobil pickup itu milik Jaenudin. Tapi ia ternganga ketika melihat kendaraan roda empat itu tidak berhenti tapi tetap ngebut ke arahnya berdiri untuk menabraknya.

Bersambung : Kekasih dari alam kubur episode terakhir


Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

20 komentar untuk "Kekasih dari alam kubur part delapan"

  1. ahirnya pak lurah mati di tabrak jaenudin wkwkwk :D.. baca cerita ini kayak nonton film susana jaman dulu ya, feel ala ala balas dendamnya dapet banget :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dih mas khanif seneng amat kalo lurah Agus sampai mati. -_-

      Kayaknya biar dapat jandanya nih.😂

      Hapus
  2. Wkwk kirain mobil bergoyang ternyata mobil ngebut, sepertinya di setir oleh Ningrum ya soalnya Ningrum ini sepertinya sakti juga 😅

    Wah itu zombie sudah jadi zombie masih aja mau menggagahi, btw itu kasian Herman sdh mati eh kena garam jadi mati lagi, 2x mati 😅

    Kyai Syahroni sepertinya kalah juga ya dan warga tak ada yg menolong, akankah Kades selamat?

    Ayo Tiwi lawan Larasati karena dia akan menghabisi Kades yg semasa hidupmu pernah kau cintai 🤣🏃‍♂️🏃‍♂️

    Khanif belum dikasi garam? 🤣🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa nyangkanya mobil bergoyang kang, apa mungkin di dalamnya lagi goyang bang jali.😅

      Itulah enaknya jadi zombie, bisa goyang bang jali juga.🤣

      Khanif belum dikasih garam karena ia tidak mau jadi asinan kang.😂

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Maaf ya mbul, Tiwi hanya peran tempelan tapi Jaenudin jadi peran utama biarpun cuma muncul di dua episode saja dan hanya sekelebatan saja. Soalnya kemarin sudah transfer pulsa satu juta tapi nol nya ilang semua.🤣

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    5. Tetap Tiwi pemeran utamanya, semua kejadiannya kan berhubungan dgn Tiwi, poster filmnya juga bergambar Tiwi pakai gaun putih, merek gaunnya apa itu Rabani kah 🤣

      Hapus

    6. 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

      Hapus
    7. Biarpun semua berhubungan dengan Tiwi tapi tokoh utamanya tetap Jaey soalnya katanya mau transfer pulsa satu juta.🤣

      Hapus
    8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  3. Kasian juga sumiati keroyok 3 hntu diatas kasur hehe gara2 dosa suaminya...
    Saya jd bayangin gimana serunya pertarungan kyai sama larasati.. Aku puas karena larasati hantu yg kuat, kirain dia bakal seceoat itu kalah kalo di bacain ayat suci...

    BalasHapus

  4. Seru juga yee cerita yang ke 8 ini, Berasa nonton Film Horor.👍👍👍


    Ternyata bukan hanya lintah saja yang takut sama garam yee kang, Zombie atau mayat hiduppun takut sama garam.😁😁


    Seharusnya kyai syahroni jangan bawa garam saja, Tetapi bawa juga gula merah, Cabai, bawang, Buah2han jadi tinggal bikin rujak pasti si Larasati langsung manut karena ia dulu hobinya ngerujak.🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Astagaaaa kok bisa-bisanya jadi rujak ya, wakakakaka

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  5. semakin seru ... oh, begitu manfaat garam ya....

    Thank you for sharing

    BalasHapus
  6. wkwkwkwwkwk antara ngeri sama mau ngakak dengan garam, jadi membayangkan ular, meski ya sebenarnya ular juga ga mempan dikasih garam wakakkakaka.

    Tapi seru sih, apalagi langsung bisa baca lanjutan part akhirnya :D

    BalasHapus
  7. Aku malah inget Ama siput Rey, kalo kena garam mati 🤣🤣🤣. Duuuh makin seruuu. Ini si Agus dari TD selamat Mulu Yaaa😅. Nyawanya 9 kayanya...aku JD ragu dia bakal mati 😁

    BalasHapus
  8. Selain siput, ada yang bisa mati karena garam mba Fan. Lintah...
    Daaan, ternyata udah di episode 8 ini si Agus blm juga koid🤣

    Aku sengaja langsung ke part 8 pengin nyaho kabar si Agus.....

    BalasHapus
  9. Apakah pak lurah akan mati? Wah penasaran ini.

    Keren juga story Telling pertarungan Kyai Syahroni vs Larasati Bang, adegannya seru dan apik.

    BalasHapus