Makan mie ayam di warung yang rame
Catatan: ini hanya cerita fiksi saja ya, jangan dianggap serius.
"Nita, ayo makan yuk." Ajak temanku Widya selesai pulang kuliah.
"Ke tempatku, ada warung mie ayam yang enak banget."
Aku melihat jam tanganku, masih pukul tiga sore.
"Ayok."
Aku lalu bonceng motor Vario miliknya. Tak sampai setengah jam kemudian kami sampai di tempat yang dituju. Sejujurnya aku baru pertama kali kesini biarpun Widya sering mengajak ke tempat kostnya.
"Kok berhenti disini?" Tanya ku ketika motor berhenti di pertigaan jalan yang ada minimarket berwarna biru.
"Kita bareng temanku nanti, biar rame-rame."
Benar juga, tak lama kemudian dua motor berhenti. Mereka teman SMA Widya, yang satu begitu lulus SMA langsung kerja, sedangkan dua lainnya masih kuliah sepertiku, cuma beda kampus.
Kami semua lalu langsung cabut ke tempat tujuan.
Warung mie ayam yang kami tuju letaknya di pinggir jalan raya. Tempatnya rame puooll, terlihat dari banyaknya motor yang parkir, bahkan ada dua atau tiga mobil yang parkir di pinggir jalan sehingga agak mengganggu.
Begitu masuk aku agak kecewa karena warungnya agak sempit, singup dan juga agak gerah padahal empat kipas angin menyala semua. Aku celingak-celinguk mencari tempat yang kosong.
Tiba-tiba mataku beradu pandang dengan bapak pemilik tempat makan itu. Entah kenapa ia memelototi ku.
Aneh banget, baru juga kenal kok ia langsung melotot. Mau makan juga baru kali ini, emangnya aku punya hutang apa.
"Nita, ayo sini." Ajak Widya ke pojok salah satu ruangan yang masih kosong mejanya setelah memesan makanan.
Aku mengangguk.
Saat ku coba mengedarkan pandangan mataku agak terbelalak ketika melihat sesosok penampakan di ruangan lainnya.
Sosok itu adalah sebuah pocong dengan kain kafan yang lusuh. Gila, kok bisa ada pocong di sebuah warung makan sih, mana masih sore lagi pikirku.
Aku lalu duduk semeja dengan temanku, sedangkan dia temannya duduk di hadapan kami.
Seorang pelayan datang lalu meletakkan mie ayam dan es teh pesanan kami.
Tiba-tiba pocong lusuh itu datang di meja kami dan tanpa ba-bi-bu langsung meludahi mie ayam itu.
Aku tentu saja melotot, pocong itu juga sepertinya kaget aku bisa melihatnya. Aku melotot karena marah, makanan kok diludahi. Pengin tak pites kepalanya. Jahat banget sih kamu batinku.
Saat itu aku belum tahu kalo ludah pocong itulah yang bikin mie ayam terasa enak banget dan bikin ketagihan.
Pocong itu seperti tahu kata hatiku. Ia melototi ku. Dasar bandel, Aku juga tak mau kalah dong, ikutan melotot juga.
Kalau ada orang yang memperhatikan dan bisa lihat pocong itu, kami seperti orang pacaran, saling bertatapan dan saling pandang. Udah gitu musik dangdut A Rafiq tiba-tiba mengalun.
Pandangan pertama awal aku berjumpa.
Seolah-olah hanya impian yang berlalu.
Pocong itu juga sepertinya bingung, kenapa ada orang yang tidak takut dengannya bahkan balas melototi. Entah berapa lama waktu berjalan.
Setan itu tiba-tiba hilang. Aku tentu saja senang, berarti ia kalah dengan ku.
Tapi ternyata dugaan ku salah. Pocong itu muncul lagi dan nongol di meja agak jauh dimana ada pesanan baru. Ia langsung meludahi makanan di meja tersebut.
Wah, buruh yang berdedikasi juga nih setan pikirku. Selalu patuh pada majikannya.
"Lho, kok mie ayam nya tidak dimakan?" Tanya Widya ketika melihat makanan ku masih utuh.
"Maaf aku lupa bilang kalo hari ini aku lagi puasa. Aku bungkus saja ya buat buka." Jawabku berbohong, kebetulan hari ini hari kamis.
Orang di meja sebelahku tiba-tiba menyeletuk, tentu saja bukan pada ku.
"Pak Bambang, kok mie ayam ini tumben ngga enak seperti biasanya ya."
"Iya." Menyahut temannya yang satu meja.
Bambang, pemilik warung makan itu entah menjawab apa, aku hanya melihat ia malah mendelik kepadaku . Oh, pasti karena tidak diludahi pikirku mulai menerka.
Widya lalu meminta pada pelayan untuk membungkus mie ayam ku. Ia lalu menuju pak Bambang dan membayar.
Aku dan teman teman pun pulang. Sebelum keluar warung mata batinku sempat mendengar pemilik rumah makan ini memarahi pocong tersebut karena lalai meludahi mie ayam orang yang protes tadi.
Dasar manusia serakah, hanya karena satu kali salah saja babu nya dimarahi.
Yang sabar ya cong.
TAMAT
1. Itu lho masa pasrah pas mie nya diludahi pocong, minimal geser kek mangkoknya, atau tutupi pake apa gitu biar ga diludahi, atau jgn2 pocongnya tampan ya sehingga Nita dan Widya terpana, hihi..
2. Harusnya yg diludahi itunya aja, itu tempat masaknya, jadi cukup sekali ludahi langsung enak semuanya, hihi.. tolong sampaikan saran ini ke pocong itu 😜
Beneran pocong nggak ada harga diri😄
Kalau penuturan dia sih, memang makanan itu diludahi dulu sebelum disajikan.
Saya jadi curiga sama Mas nih, sepertinya Nita itu adalah Mas sendiri ya???
Salam,
Bersyukur banget saya dulu kerja beberapa tahun, bisa dikatakan nggak pernah kena marah, sekali kena marah langsung nangis dan kabor dah.
Btw, bersyukur juga ya kita nggak bisa liat hantu, jadinya ke mana-mana aman.
Cuman akoh penasaran, kalau ada pocong gitu di tempat makan, tapi kita makannya baca doa, masa pocongnya nggak kabur? :D
# Padahal orang mau datang ke warung tidak hanya karena enak menunya........ tapi, terkadang karena "ramahnya" pemilik warung.....
Aku ada temen yg bosa melihat makhluk gini juga mas. Dan kalo jalan Ama dia, suka ngasih tau mana yg beneran enak, mana yg ga 🤣. Sayangnya udh jauh dia skr. JD aku ga bisa tahu lagi trmpat2 yg bener. Salah satu dulu ada Deket kantorku. Tapi memang dr awal kalo beli di sana, aku tuh ga pernah suka rasanya. Cuma suami doyan bgt 🤣🤣. Apa ke aku ga mempan Krn aku selalu takeaway yaa. 🤭
Jangan-jangan yang makan mie di situ ngga ada yang baca doa?