Kenakalan saat SMA
Aku sedang sibuk menulis ketika teman sekelas ku datang dan berbisik.
"Khanif, aku sudah nyolong kertas ulangan matematika untuk Minggu depan. Bisa kamu bikin jawabannya." Kata Agus, teman yang jaraknya tiga bangku di belakang ku.
Saat itu pak Herman, guru kelas yang mengajar seperti biasa setelah menulis soal di papan tulis keluar kelas entah kemana, makanya Agus berani ke bangku ku. Teman yang lain hanya memperhatikan, karena memang sudah biasa kalo tak ada guru ya agak bebas.
"100 ribu." Jawabku enteng.
"Gila lu, temen sendiri di porotin. Lu kan juga enak sudah tahu soalnya." Agus tentu saja tak terima, mana ia punya uang sebanyak itu.
"Lha kamu sendiri kan tahu Gus, aku ini biarpun tidak lihat soal juga untuk dapat nilai 80 bisalah, memang siapa lagi yang pintar matematika selain aku disini."
Bukannya sombong, tapi memang aku selalu juara matematika dan fisika dari kelas 10 sampai kelas 12. Jika yang lain entah kenapa susah banget untuk dapat nilai 6 padahal sudah belajar mati-matian, sementara aku bisa main PS tak belajar sama sekali tapi herannya nilai ku tak pernah kurang dari 7.
Temanku menarik nafas panjang.
"Woi teman-teman, kalian mau dapat kunci jawaban ulangan matematika Minggu depan ngga, ayo sumbangan biar khanif bikin kunci jawaban."
Agus lalu keliling kelas, ada yang menyumbang 5 ribu, tapi kebanyakan hanya ngasih 2 ribu, cuma karena jumlah muridnya banyak, maka terkumpul 70 ribuan.
70 ribu ini banyak banget, bisa untuk sewa PS satu mingguan, karena satu jam paling 2500 saja. (Catatan: cerita setting tahun 2000an)
Aku lalu ambil kertas ulangan yang dikasihnya lalu kelas kembali sepi karena pak Herman sudah datang lagi.
Sore harinya setelah puas main PS aku balik ke rumah dan melihat soal ulangan yang dikasih temanku. Aku mengernyit dahi karena ternyata soal yang diambil Agus adalah soal untuk kelas 10 atau kelas 1 SMA.
Kampret batinku. Mau menghubungi Agus ya ngga punya hape, lagipula dia juga belum tentu punya juga telepon rumah. Mau ke rumahnya juga malas soalnya jauh. Akhirnya aku biarkan saja, toh bukan salahku.
Habis isya aku lalu mengajar les privat untuk anak SD. Aku memang ngajar les agar dapat duit tambahan 10-20 ribuan seminggu, lumayan buat main PS hihihi.
Saat mengajar itu, salah satu anak yang aku ajar bertanya.
"Kakak, tolong kasih tahu kunci jawaban ini dong."
Aku lalu melihat kertas itu, ternyata itu soal ujian untuk anak kelas empat SD.
"Dapat dari mana Ahmad?"
Ahmad jadi agak malu." Ngambil di sekolah kak."
Kok kelakuannya sama dengan si Agus ya batinku.
Tiba-tiba aku dapat ide. "Ahmad, kakak bisa bikin jawaban untuk ulangan ini, tapi besok ya. Kertas nya tinggal disini agar kakak baca dulu soalnya."
Tentu saja Ahmad senang bukan main.
Aku lalu menyuruh empat anak les ku untuk segera pulang. Setelah rumah sepi aku lalu memotong kop bagian atas soal itu lalu menempelkan kertasnya di soal ulangan untuk kelas ku.
Setelah itu buru-buru aku ke tempat fotokopi untuk memperbanyak kertas ulangan tersebut.
"Berapa mas?"
"50 lembar saja."
Setelah membayar 5.000 aku lalu pulang.
Esok harinya setelah sholat subuh aku langsung ngacir naik motor menuju sekolah yang untungnya cukup dekat dengan rumah ku. Sekolah tentu saja masih sepi mana hari masih gelap.
Setelah otak-atik kunci gembok sebentar akhirnya aku bisa masuk ke dalam ruang guru. Dengan senter kecil aku cari amplop coklat besar untuk ulangan pelajaran matematika.
Aku sobek hati-hati kertasnya, lalu aku keluarkan semua kertas dan masukkan hasil fotokopi semalam. Setelah itu aku lem kembali dengan hati-hati. Sedangkan kertas ujian aslinya aku ambil lalu aku buang di tempat sampah jauh dari sekolah.
Siang harinya teman-teman ku langsung menagih kunci jawaban.
"Udah tenang saja, yang jelas soalnya nanti kalian bisa. Gampang kok."
* * *
Akhirnya hari ujian datang juga. Walaupun ku bilang gampang tapi aku deg-degan juga, bagaimana kalo rencana ku gagal.
Pak guru Herman mengeluarkan amplop coklat lalu tanpa melihat lagi membagikan kertas ujian.
"Anak-anak kerjakan ya, awas jangan menyontek."
Ia lalu duduk di meja depan mengawasi sambil minum kopi.
Beberapa anak-anak senyum-senyum ketika melihat soal yang dibagikan memang gampang. Lha, gimana tidak, soal untuk anak kelas empat SD ya jelas mudah untuk anak kelas tiga SMA.
Pak Herman sebenarnya melihat beberapa anak muridnya tertawa kecil tapi karena tidak paham ia duduk saja.
Waktu pun berlalu.
"Anak-anak, waktu sudah habis, kumpul kan soalnya." Memang pak Herman membuat aturan, baik yang sudah selesai mengerjakan soal tidak boleh keluar dulu, semuanya harus sama.
"Iya pak." Anak-anak langsung menyambut ceria lalu mengumpulkan semua kertas.
Melihat anak didiknya kok pada senang padahal biasanya pada tegang maka gurunya curiga. Ia lalu mengambil salah satu kertas ulangan.
Tentu saja ia kaget bukan main. Soal untuk anak kelas 12 kok masih penjumlahan, KPK (kelipatan persekutuan terkecil) dan FPB (Faktor persekutuan terbesar). Harusnya trigonometri lanjutan.
Perlu diketahui kalo sekolah tempat pak Herman bekerja itu untuk SD, SMP dan SMA, ia sendiri selain sebagai guru SMA juga mengajar SD.
Ah, pasti ia salah ambil soal. Mau membatalkan ulangan juga sudah tak ada waktu.
"Anak-anak, bapak salah ambil soal tapi ngga apa-apa. Tolong jangan sampai bapak kepala sekolah tahu ya."
Hore, tentu saja anak-anak senang. Untuk pertama kalinya semua anak bisa mendapatkan nilai matematika diatas 80 bahkan beberapa ada yang dapat 100 termasuk tentu saja aku.
Setelah pak Herman keluar teman-teman langsung mengerubungi aku.
"Khanif, tolong ubah juga dong soal untuk fisika."
"Boleh, 100 ribu ya."
Huuu.... Aku langsung dilempari kertas.
TAMAT
Oh jadi si Khanif sengaja ya mengganti soal ujian dengan soal ujian anak SD ...pantesan mereka pada senyum sumringah , tapi jangan di tiru ya adek" kelakuan si Khanif, ini gara-gara si Agus lagi..Gus..Gus..🙆
BalasHapusDuh, Agus lagi yang salah.😑
Hapus😁😁😁
HapusAgus sedih, Agus bingung, kenapa semua orang ngga suka Agus.😂😂😂
HapusJadi inget Agus yang ono 😆
HapusAgus 1,5 M.😁
HapusJenius benar khanif, sudah bisa mengerjakan matematika plus bisa kasih solusinya saat soalnya salah. Dua jempol untuknya.👍👍
BalasHapusKhanif gitu lho, konon jeniusnya sama dengan Tony Stark pencipta iron Man.😁
Hapusjenius lagi yang bikin cerita :D
HapusEh ada mas khanif, sungkem mas biar dapat kunci jawaban fisika.😅
Hapusbayar 100k dulu mas 🤣
HapusNih bayar 5 ribu dulu, 95 ribu nya yang lain.😁
Hapushehehe.... yang penting nilai tinggi..... kalau perlu 200.....😁😁
BalasHapusIya pak, yang penting asik dapat duit kata khanif.😁
HapusHahaha...kreatif juga nih Khanif. Pokoknya gimana cara dapat duit...
BalasHapusPintar, kreatif tapi ya itu negatif...
Lumayan seger baca ceritanya, diiringi hujan deras dan kopi hitam panas...
Salam,
Negatif berarti hal nakal ya pak.😅
Hapusbetul nakal la mas dulu ye...harap sekarang tidak macam tu lagi
BalasHapusNamanya masih remaja ya kadang nakal.😅
Hapusgak nyangka idenya Khanif gila juga, kok berani ya, duh udh nyrempet kriminal itu mah :D
BalasHapuskalo kata orang sunda mah, "kagok edan" namanya :D
HapusWaduh, berarti bisa masuk penjara kalo masuknya kriminal ya? 😱
HapusNakal amat khanif sampai berani tukar kertas ujian, kalo ketahuan kayaknya bisa di keluarin kali ya.😬
BalasHapusKurang tahu kalo itu, tapi kayaknya paling dipanggil guru BK
HapusKayak ketahuan merokok aja ya, dipanggil guru BK
Hapusjadi keinget masa sekolah, memang kalo soal pelajaran matematika, bukan juga ikutan sombong, saya juga kadang heran, kok orang orang kayak kerepotan yah padahal matematika itu pelajaran yang isian pasti. jadi kalo kita hapal rumusnya, ga bakalan tuh salah hehe .. malah menurutku lebih susah pelajaran lain yang kudu banyak menghapal kayak sejarah dll
BalasHapusNah, hafal rumusnya ini yang ngga semua anak bisa. Mungkin kang Dibyo kayak khanif bisa hafal puluhan rumus MTK.😄
HapusSaya curiga, jangan-jangan si Ahmad ini ponakan si Agus, nakalnya sama..wkwkwk.
BalasHapusSoal kelas empat SD dikasih ke anak kelas tiga SMA..dapat seratus semua itu eh tapi kalau si Agus kayaknya ngga yakin bakal dapat seratus..wkwkwk.
Kayaknya dapat nilai 80 Agus malam nya langsung slametan sama si Ahmad.😂
HapusSebelas dua belas sama si Agus...😁
HapusBukan sebelas dua belas tapi dua belas dua belas.. wkwkw
HapusBerarti Agus dan Ahmad kembar dong.😂
Hapusaku mempertanyakan keamanan di ruang gurunya hahahahaha.. perasaan zaman aku sekolah, masuk ke ruang guru aja susaaah ;p.
BalasHapusWaktu itu Agus nyamar jadi tukang sapu makanya bisa masuk ruang guru.😁
HapusWkwkwk kocak juga, ngumpulin uang dari temen satu kelas buat dapetin kunci jawaban 😂 tulisannya bagus bangg kehidupan yg ada relatenya iniii
BalasHapusNakal nya kelewatan itu mah, bahaya kalo ketahuan guru.
BalasHapus