Tangis membawa sengsara
Mira bertengkar hebat dengan khanif suaminya masalah rumah tangga. Ia ingin menangis tapi bingung. Kalo di rumahnya ia tidak enak dengan mertuanya.
Sedangkan jika pulang ke rumah ortunya juga gengsi karena dulu bapak dan ibunya tidak setuju ia menikah dengan lelaki pilihannya.
Akhirnya wanita itu dapat ide.
Bagaimana kalo ia menangis di rumah duka saja, ia bisa menangis sepuasnya tanpa ada yang merasa aneh. Kebetulan ada sebuah rumah duka tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Segera saja Mira menuju kesana.
Kebetulan disana ada seorang bapak-bapak yang baru meninggal dan ditunggui oleh dua orang wanita paruh baya.
Begitu sampai ia langsung berlutut agak jauh di belakang dua wanita dan menangis kencang sepuasnya. Tentunya tangis itu bukan karena kehilangan bapak itu tapi karena ia bertengkar dengan suaminya.
Di dekat jenazah, dua wanita itu saling pandang dan cemberut. Dasar bajingan, ternyata masih ada wanita simpanan ketiga, begitu umpat mereka berdua dengan lirih.
Kedua wanita itu saling berbisik-bisik selama beberapa saat. Akhirnya keduanya lalu menuju dirinya.
Salah satu yang seumuran dengan ibunya lalu memapahnya berdiri. Ia lalu berkata dengan lembut.
"Adek, aku lihat kamu sedih sekali. Pasti kamu sangat kehilangan. Tadi kami berdua sudah bermusyawarah mengenai keluarga kita terutama mengenai bapak."
Wanita itu berhenti lalu melirik temannya. Temannya yang seumuran lalu bicara. Mira yang sebenarnya tidak tahu menahu tentang hal tersebut hanya bisa diam mendengarkan. Tangisnya mulai reda.
"Perlu adek ketahui, bapak memiliki hutang 300 juta dimana dicicil 5 juta per bulan selama 5 tahun. Kami berdua sepakat kalo akan membayar masing-masing 1 juta karena kami memiliki anak yang banyak sehingga banyak keperluan, sedangkan sisa 3 juta kamu nanti yang bayar ya."
Mira tentu saja pingsan mendengar nya.
TAMAT