Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rencana pajak sembako adalah bukti cinta pemerintah pada rakyatnya

 


Sore itu seperti biasa kalo pulang kerja dari sawah maka Agus langsung ke dapur untuk makan, maklum lapar. Begitu ke meja ia kaget kok nasinya tinggal sedikit, telor ceplok kesukaannya juga tidak ada, adanya telor rebus yang cuma dikukus, tidak di sambel atau diolah seperti biasanya.

"Dek, kok nasinya sedikit doang sih, telor nya juga kenapa tidak di rendang sih?"

Nita istrinya yang sedang nonton Drakor langsung ke belakang." Ini lho mas, katanya ada rencana sembako mau dikasih pajak, makanya mulai sekarang harus mulai ngirit dan makan sedikit, minyak juga salah satu sembako yang bakal kena pajak, jadinya mulai sekarang tidak usah goreng telor, cukup di rebus saja."

"Walah mana mungkin, sembako itu bahan kebutuhan pokok rakyat kecil, tidak mungkin akan kena pajak, beda dengan motor atau mobil yang kena pajak. Bilang saja aku disuruh kerja lebih keras." Agus bersungut-sungut.

"Terserah mas lah kalo tidak percaya." Istrinya kesal lalu keluar dan melanjutkan nonton TV.

Agus hanya geleng-geleng kepala saja melihatnya, karena jadi malas makan akhirnya ia ke warung kopi. Dilihatnya hanya ada Herman saja, sedangkan Satria belum nongol, mungkin masih kerja.

"Nah, kebetulan kamu datang mas Agus. Ada berita heboh nih." Kata Herman ketika melihat temannya datang.

Agus sendiri memesan kopi goodday dulu baru menyahut. Paling pikirnya berita heboh biasa, artis tertangkap narkoba atau prostitusi online atau mungkin berita korona kali ya yang akhir akhir ini makin gawat.

"Memang ada berita heboh apa mas Herman, kok kayaknya kamu gempar." Agus duduk di sebelahnya lalu mencomot sebuah rongdo royal atau biasa disebut tape goreng yang masih hangat.

"Ini lho mas Agus, ada wacana pemerintah mau memungut pajak pada sembako. Wah, apa ini enggak kebangetan, padahal hidup sekarang juga masih susah gara-gara korona."

Agus tentu saja kaget, kirain istrinya salah ngomong. " Ah hoax kali, mana mungkin sembako ada pajaknya. Makanya kalo baca berita jangan langsung percaya."

Bu Heni yang sedang memasak juga kaget." Ah masa sih Herman." Maklum, sebagai pemilik warung makan tentu saja kenaikan harga sembako akan membuat pengeluaran nya makin banyak.

"Hoax apanya." Ujar temannya sewot." Ini dari website besar dan tentunya sudah terjamin beritanya."

Agus coba melihat berita yang disodorkan temannya itu. Benar saja, itu dari situs besar yang juga menjual koran sejak lama dan sudah beroperasi puluhan tahun jadinya tidak mungkin berita bohong. 

"Lha kok bisa ya, orang keadaan sekarang lagi susah kok pemerintah tega mau menerapkan pajak pada sembako. Apa ngga mikir rakyat kecil bakal makin sengsara. Sekarang saja aku beli beras cuma yang biasa, itu juga kadang ngutang. Kalo kena pajak, bisa-bisa nanti makan singkong karena tidak kuat beli beras." Gerutu Agus karena sudah membayangkan.

"Kamu itu kalo baca berita itu yang full, semuanya dibaca gitu lho Gus jangan judul nya saja, biar tidak salah paham." Entah sejak kapan, tahu-tahu Satria sudah ada dibelakang mereka dan langsung ikut nimbrung.

Agus tentu saja kaget. Ia lalu membaca kembali berita di hape milik Herman. Ternyata yang akan dikenakan pajak oleh pemerintah adalah sembako golongan atas, misalnya beras yang harganya 50 ribu per kilogram. Begitu juga dengan daging, khusus yang premium harganya sejuta keatas baru kena pajak.

Agus manggut-manggut, tapi Bu Heni tetap protes." Satria kayak tidak tahu saja, mungkin sekarang memang untuk beras yang sekilo 50 ribu kena pajak, tapi siapa yang menjamin kalo beras yang murah tidak akan kena pajak. Begitu juga dengan barang lain seperti telor, minyak dll. Sekarang minyak saja harganya mahal. Sembako itu barang kebutuhan wajib, tidak boleh kena pajak." Katanya berapi-api, seperti kompor gas miliknya.

Satria tenang saja diprotes pemilik warung. Setelah meneguk kopi goodday milik Agus barulah ia menimpali." Tenang saja Bu , kalo pemerintah benar menerapkan pajak pada semua sembako, baik yang mahal ataupun murah, itu justru tanda cinta pemerintah pada rakyatnya."

Tentu saja Agus, Herman dan Bu Heni kaget. Kalo sembako biasa kena pajak itukan berarti harganya makin mahal, kok dibilang tanda cinta pemerintah sama wong cilik." Gundul mu kang, kalo beras biasa kena pajak, nanti harganya malah makin mahal tahu. Apanya yang tanda cinta, kalo pemerintah sayang sama rakyat kecil harusnya mahal di murahin, bukannya tambah mahal."

Yang diprotes tenang saja, ia mencomot sebuah goresan bakwan jagung yang baru matang." Gini lho Agus dan Herman, kalo kena pajak dan harganya jadi mahal itu lihatnya jangan sederhana begitu, harus dilihat dengan pandangan yang lebih luas lho.

"Maksudnya apa kang?" Kata Herman.

"Gini lho teman-teman. Jika pemerintah beneran mau menerapkan pajak pada semua sembako, itu artinya pemerintah sedang menempa rakyatnya agar kuat, apalagi ekonomi global itu makin tidak menentu karena pandemi korona ini. Jika rakyat sudah biasa hidup susah karena sembako saja mahal, nanti kalo ada krisis ekonomi lagi, rakyat sudah biasa karena sudah digembleng untuk susah. Nah, kurang cinta bagaimana coba."

Tentu saja Agus dan Herman jadi melongo mendengar penjelasannya.

"Kalian tahu kan, jika pemerintah lembek maka kalo ada krisis ekonomi rakyat minta subsidi terus, keuangan pemerintah pasti akan terkuras dan ujung-ujungnya hutang luar negeri, ini berbahaya buat negara karena kita bisa di dikte negara luar. Tapi jika ada pajak sejak dari sembako, sekolah, bahkan kesehatan maka uang pemerintah pasti banyak. Kita tidak perlu hutang luar negeri bahkan kalo perlu negara kita yang kasih hutang ke negara lain, Indonesia akan dipandang sebagai negara hebat."

"Ini seperti dalam cerita cerita silat. Ingat, Wiro Sableng sejak kecil digembleng dengan keras oleh gurunya Sinto Gendeng hingga akhirnya ia menjadi pendekar hebat pilih tanding. Coba kalo Sinto Gendeng memanjakan Wiro Sableng sejak kecil, pasti ia tidak akan jadi ksatria sakti, tapi mungkin YouTubers. Ini semua berkat gemblengan keras, sama seperti pemerintah juga harus menggembleng keras rakyatnya agar kuat. Ini jadi tanda cinta pemerintah pada rakyatnya bukan. Coba kurang baik apalagi pemerintah kita."

Herman dan Agus agak sedikit tercerahkan.

" Tapi kang, bagaimana kalo duit pajaknya nanti di korupsi."

"Tenang saja, siapa yang korupsi pasti di penjara. Biarpun nanti hukumannya dikurangi atau dipotong, dari 10 tahun jadi cuma tiga tahun misalnya ya tidak apa-apa. Yang penting sudah dihukum. Biarpun KPK dilemahkan tidak apa-apa, yang penting pemerintah jangan lemah. Pemerintah boleh lemah kepada para anggota dewan, tapi harus keras dan tegas kepada rakyat kecil agar rakyat kuat." Ujar Satria

Agus dan Herman langsung tepuk tangan mendengar penjelasan yang menakjubkan dari temannya." Wah, luar biasa kang, tapi bagaimana jika rakyat sudah digembleng keras tapi Indonesia tidak menjadi negara kuat?"

"Soal Indonesia akan menjadi negara kuat dan maju atau tetap begini-begini saja itu mah urusan belakangan." Jawab satria yang merupakan salah satu calon komisaris di salah satu BUMN.

TAMAT

Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

63 komentar untuk "Rencana pajak sembako adalah bukti cinta pemerintah pada rakyatnya"

  1. sungkem dulu sama kang satria :D.. yang udah panjang lebar jelasin sama trio wekwek, agus, herman dan bu heni :D

    seperti biasanya ya mas, sekilas info yang di balut cerpen, mantab sih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau bikin cerpen dengan gaya podcast soalnya ngga bisa, takutnya pendengarnya baru lima enam detik udah pada kabur karena suaranya jelek.😂

      Hapus
    2. jhahaha suaraku juga jelek banget mas, mirip suara doraemon :D.. kalo suara mas agus mungkin bagus kayak suaranya aril peterpen :D

      Hapus
    3. Maaf mas khanif, recehannya sudah habis.😂

      Hapus

  2. Apaan Gw calon Komisaris BUMN....Perasaan nggak pernah minat kesana gw..🤣🤣🤣🤣🤣 Kaga ade orang dalem..😁😁😁

    Mau cinta atau nggak sama rakyat..Untuk 2 tahun kedepan sepertinya Pemerintah harus tetap banyak berbena diri..😁🤣🤣🤣 Meski terkadang hal itu juga pasti ada pro dan kontranya.😊😊

    Jadi memang mending Jual Rondo Royal saja, Alias Tape Goreng.😆😆🤣🤣🤣🙄🙄 Karena itu nggak bakal kena pajak. Kata bu Heni, Yang juga memang sudah jadi Rondo.😁😁😆😆😆🤣🤣🤣

    Gw baru tahu Rondo Royal itu adalah Tape Goreng...😆😆🤣🤣🤣


    Hebat juga yaa pendengaran Nita tanpa baca dan nonton berita langsung tahu, Padahal cuma Nonton Drakor doang kerjanya..😊😊😊🤣🤣

    Pasti Nita ini satu guru dengan Anggini Yaitu muridnya Dewa Thuak.🤣🤣🤣😂😂😂😂😆😆😆😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini calon komisarisnya datang.😆

      Yah, memang pemerintah harus banyak berbenah apalagi di saat pandemi seperti ini, harus gerak cepat dan tepat, jangan cuma asal saja.

      Rongdo royal lama-lama kayaknya kena pajak juga kang, kayak sembako.😂

      Mungkin Nita punya Indra keenam sehingga tahu sembako bakal kena pajak.🤭

      Hapus
    2. kagak nonton drakor doang keleus, malah aslinya babar blas ga suka hahhahahahha


      Nita tuh pinter masak, bersih bersih rumah, ngurus ini itu, pinter mijit, tapi jarang aja pencitraan, sueeee luh kang satria hahahhahahhahahahhahahahah

      ya ya, mas agus, nita memang kayak kucing yang pendengarannya tajam #kucing persia...🐱(๑ↀᆺↀ๑)

      kaboooorrrrr

      Hapus
    3. Oh iya lupa, Nita mah ngga suka nonton Drakor tapi sukanya baca Eny Arrow.🤭

      Wah multi talenta ya Nita, pintar bersih-bersih, bersihin rumah, bersihin halaman sampai bersihin isi dompet.😆

      Bukan kucing Persia kali tapi kucing garong. 🙄😆😂

      Hapus
    4. 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆

      Hapus
  3. Pas baca bagian pertengahan postingan ini: Oooh, jadi ini maksudnya dibalik penerapan pajak untuk sembako, hmmm, ya, ya, jadi makin tercerahkan saya.
    Pas baca kalimat terakhir postingan ini: Oalah, yang njelasin ternyata komisaris BUMN! Tutup kuping aja, deh! 😝

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha...
      Udah baca dengan serius ternyata yang jelasin komisaris BUMN ya mbak.😆

      Hapus
  4. perasaan aku ga suka drakor deh, mending juga matun bantuin suamiku di sawah nebar benih, kan ntar dikenal sebagai petani cewe yang demplond, putih dan sintal hahhahahhahahahhaha #plaaaaaakkk...#mulai nglawak kan si Mbul hmm

    kalau ga nanem cabe deh biar bisa masakin telur balado wkwkwkkwk

    tumben cerpennya rada berat...maklum aku wong cilik buta berita ipoleksosbud hankam, jadi rada harus konsentrasi tinggi bacanya, iya sih kemaren liatnya di tipi mah yang kena pajak yang premium ya (kalau ga salah), tapi tetep aja sih kalau ngematin tiap tahun ga yang premium atau yang kelas di bawahnya merata naik semua....ya kita sebagai rakyat kecil memang bisa apa sih selain nrimo nrimo dan nrimo...hahhahaha...#rakyat kecil kudu kuadddddddd, setrong!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kalo mbul sukanya matun di sawah nanam cabe, beda dengan Nita yang suka di depan tivi nonton opa opa.😆

      Kalo berat dilemparin saja ke kang satria.😂
      Sebenarnya maksud tulisan ini bukan itu sih, bukan rakyat harus kuat tapi......

      Tetttt, nantikan jawabannya setelah pesan-pesan berikut ini.😁

      Hapus
    2. ya....scriptnya kudunya diedit nih...tapi ga bisa ya, uda terlanjur tayang ama mas sutradara hahahha...timbang nonton drakor si Nita mending ngrewangi Mas Agus sebar benih di sawah. Biar nanti kalau ada lintah yang gigit ada yang nulungin hahhahaha...lalu Nitanya manut nrimo gitu dikasih jatah berapapun disyukuri. Kayaknya malah ga tega masakin telur rebus doang wkwkwkw...Ntar tanem cabe aja di pot biar bisa bikin balado yessssssss, wkwkkwk......

      itu gooddaynya mas agus kok diminum satria yaaa 🤭

      三三ᕕ( ᐛ )ᕗ

      Hapus
    3. Kayaknya bisa di edit sih kalo ada transferan satu juta masuk.🤭

      Entahlah, calon komisaris kok ngga kuat bayar kopi.😬😬

      Hapus
    4. harusnya diriku yang dikasih 1 juta laaaaa 🙄

      Hapus
  5. Kalau cuma jualan baju kayak saya yang harganya cuma seratus ribuan engga bakal kena pajak kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kurang tahu juga mbak, semoga saja tidak kena pajak

      Hapus
  6. Ternyata ada udang di balik batu(?) Wkwkwk
    Satria ini mulutnya manis banget tapi ternyata ada maksud terselubung(?)
    Tapi aku setuju soal baca berita jangan cuma headlinenya aja, soalnya sering kena jebakan betmen gara-gara baca headline doang 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah, calon komisaris memang harus pintar meyakinkan orang agar bisa dapat kursi empuk.🤭

      Betul, sekarang judul berita dibuat bombastis agar pembaca penasaran. Tahu-tahu giliran dibaca zonk.😂

      Hapus
  7. Apa pajak? wong gaji ga naik-naik malah di kenai pajak lagi. Hadehh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti ada wacana kalo gaji karyawan yang UMR juga akan kena pajak.😂

      Hapus
  8. masalahnya, yang golongan atas itu," kemudian membeli sembako untuk golongan menengah bawah yang tanpa pajak.....

    bagaimana?.....

    Lebih ruwet lagi, golongan menengah atas sekarang banyak yang jatuh miskin....

    bagaimana pula?.......

    😁😃😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus itu kang, biar sekali-kali masyarakat kelas atas bisa menikmati enaknya raskin.😁

      Hapus
  9. He he .... Kuat dan tegas kepada rakyat. Supaya rakyat menjadi kuat? Huawa ha ..... selamat malam, Mas Agus. Terima kasih cerpen kocaknya. Terima kasih telah berbagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwk, biar rakyat kuat memang harus ditempa yang keras, kuat menghadapi kenyataan hidup.😁

      Hapus
  10. Ah baru rencana, santai aja, walau sudah terjadi juga santai aja, toh cuma cerpen bukan kisah nyata, wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali ya kang, santai saja kayak di pantai.😆

      Hapus
  11. Hahaha.. ini sih niat terselubung..
    Tapi most of it. Setuju si kalau baca berita jangan hanya narik kesimpulan dari headlinenya saja. Apalagi smpe kesebar. Kan jadi rame ya. 😁😊

    Seandainya dari awal media nulisin headlinenya "Bahan Pangan Premium akan dikenakan Pajak" mngkin nggk akan seviral ini. Hehe. Tapi ya gitu. Clickbait lebih menjanjikan bagi dunia media. Iya Nggak si, Mas? Apalagi portal berita. Secara mereka butuh trafik buat ngedapetin uang 😊.

    Kalau soal Bahan Premium kena pajak. Sepertinya ini dilakukan buat melindungi produk dalam negeri karena kebanyakan bahan premium sumbernya dari Impor.. sama kaya Hape yg dibeli diluar negeri yg kena beacukai, ini biar agak maksa produsen hape luar negeri bikin pabrik disini dengan aturan TKDN 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas Bayu, sebenarnya pajak untuk barang impor mah oke saja bahkan harus agar produk lokal bisa bersaing, tapi yang ditakutkan bagaimana kalo produk lokal juga kena pajak

      Hapus
  12. Emang bener sih Om, rakyat harus ditempa yang keras biar kuat menghadapi kenyataan hidup😁
    Dan emang nggak ada yang bisa jamin juga kalau beras murah nggak kena pajak.

    Kayak vaksin kan, bilangnya gratis... sekarang Kimia Farma malah terang2an jual 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah pak guru setuju nih kalo rakyat perlu ditempa yang keras bahkan kalo perlu tegas agar kuat, kuat menghadapi kenyataan hidup.😆

      Hapus
  13. Padahal semua produk (bukan hanya sembako) di mini / supermarket udah lama kena pajak 10% hehehe.. Aku habis lebaran kemarin iseng belanja di minimarket lebah dan kaget lihat struk belanja karena pajaknya 40ribu.. ngenes banget duit segitu bisa buat beli beras.. Ini karena aku udah lama banget gak belanja di tempat begituan, belanjanya kalo gak di pasar ya di warung kecil dekat rumah, hitung2 sedikit membantu supaya usaha pemilik warung tetap lancar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh itu mah lain, kalo ini semua sembako, baik yang dijual di toko kelontong ataupun pasar akan kena pajak juga.

      Kalo minimarket atau mall memang sudah sejak dulu kena pajak 10%, aturannya memang begitu. :)

      Hapus
    2. Iya Mas, ngerti. Maksudku, aku lihat struk belanja ada pajaknya aja meringis, apalagi ntar kalo belanja di pasar trus dipajakin juga, bisa garuk2 tembok. Hidup udah susah jadi makin susah, kasian rakyat kecil semakin terhimpit keadaan, pejabatnya enak nikmatin uang korupsi *eh gak ada tukang bakso bawa HT kan?

      Hapus
    3. Oh ternyata mbak Naia sudah tahu, sungkem suhu

      Hapus
  14. Numpang ketawa ah, hahahaha, dah gitu aza😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha kok cuma numpang ketawa, ngga ngasih pulsa nih mbak.😂

      Hapus
  15. Tuh, dengerin kata mas Satria, tuh, mas Agus...
    Jangan nyalah2in pemerintah. Pemerintah tak pernah salah, selalu ada niat baik di setiap keputusannya. Dukung terus pemerintah, siapa tau ikutan diangkat jadi komisaris BUMN, kan... XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo mbak dukung pemerintah, dengan ketik Reg pemerintah.

      Eh tapi kirimnya kemana ya? 😆

      Hapus
    2. Kirim ke rekeningku aja ya..🤣🤣😂

      Hapus
  16. Tapi emang miris juga sih kalo liat berita pemerintahan sekrang. Berharap kedepanya makin membaik.

    Selamat pagi mba, maap ya baru bisa berkunjung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho, apanya yang miris, pemerintah kita ini baik baik saja, tidak ada yang mengkhawatirkan kok.

      Yang mengkhawatirkan itu masyarakat kecilnya.😂

      Hapus
    2. Mbak...🙄🙄😳😳😳😳

      Sejak kapan luh ganti kelamin Gus..😆😆😆🤣🤣🤣🤣

      Apa ada rencana mamgkal bareng dilamer sama Herman dan Jaey..😆😆🤣🤣🤣🤣🏃🏃💨

      Hapus
    3. Mungkin lihat nama blognya kang.🤭

      Hapus
  17. Cerpennya ini beneran yah kalo sembako bkal kena pajak

    Kalo pajak sembako adalah bukti cinta pemerintah pada rakyatnya berarti cinta pemerintah ke rakyatnya itu cinta palsu....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Husss, ngga boleh gitu Lul, ini cinta murni pemerintah pada rakyatnya, semurni susu beruang yang sekarang langka di timbun.😆

      Hapus
  18. Saya nonton video ada bapak bapak berdiri di hadapan layar hape dan berkata dengan sepenuh hati:

    "Kepada bapak walikota dan aparat pemerintahan, saya ucapkan terimakasih atas sembako yang sangat bermanfaat bagi kami sekeluarga ...sekali lagi kami mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya..."

    Di akhir ucapan bapak tersebut lalu ada yang nyeletuk:

    "Emang sudah dapat?"

    Si bapak langsung menjawab atau menukas dengan cepat:

    "Belum! Ini baru latihan mengucapkan..."

    WKKK

    BalasHapus
    Balasan
    1. Latihan dulu agar tidak grogi saat terima bansos kang.😂

      Hapus
  19. Ternyata yang ngomong komisaris BUMN.😂😂😂😂😂😂😂😂😂

    BalasHapus
  20. Kemaren sempat ramai isu ini sich, cuma saya kurang mengikuti karena sedang fokus pemulihan sekeluarga. Lalu saya dapat e-mail dari DJP atau direktorat jenderal pajak. Dikira teguran karena SPT ternyata info klarifikasi terkait isu ini. Apapun itu, saya berdoa semoga kita bersama bisa makin kuat menghadapi berbagai cobaan ini. Salam kenal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga kang, semoga korona cepat berlalu ya . 😀

      Hapus
  21. aminnnn, aku bantu doa supaya jalan satria untuk jadi komisaris tercapai, biar bisa kasih kebijakan kebijakan yang t.o.p begete buat negara ini
    nahh aku kapan hari baca berita juga soal insentif pajak untuk umkm. Awalnya bingung apaan lagi ini, ternyata kalau baca berita ga full pasti dapet infonya separuh separuh gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tuh, kang satria di doakan mbak Ainun supaya jadi komisaris dan dapat kartu kredit yang limitnya miliaran, lumayan buat belanja plastik.😄

      Hapus
  22. aku nemu kosakata baru. Rondo royal.... haha baru nemu loh aku tape digoreng. Biasanya dibikin jadi es campur gituuu ato dimakan pake sirop...

    Ya kalo soal subsidi-subsidi terus setuju juga sih... Bikin utang negara makin gede.. Cuma ya itu, uang pajak dari rakyat kebanyakan masuk ke kantong pejabat sendiri nih... Jadi negaranya ga keliatan ada kemajuannya huhuhu Coba kalo para petinggi ini jalanin tugasnya dengan jujur, berintegritas, anti korupsi-korupsi club. Harusnya uang negara bisa kembali lagi untuk mensejahterakan rakyat kan...

    BalasHapus
  23. Ooooh gitu ya Mas Agus? AKu belakangan lagi malas ngeh berita2 sembako dan semacamnya sih wkwkwkwk. Tapi bisa jadi awalnya yang kena pajak produk2 premium, lama2 ke produk rakyat jelata trus duitnya dikorup juga weleh2, ga bisa ini hhmmm :D Horang kayak juga suka 'jajan' barang2 murah kok hihihi...

    BalasHapus
  24. Pajak dimana mana, suka tidak suka, memang begini lah kondisi negara kita saat ini om..
    Semoga nannti suatu saat aku ygjadi presiden, pajak kita hapuskan aja hehehee

    BalasHapus
  25. Sebagai warga negara yang baik, kita berusaha agar taat pajak. Tapi yang bikin peraturan mestinya juga mikir mana yg mesti kena pajak, mana yang tidak. Pajak itu sejatinya untuk meringankan rakyat, bukan untuk membebankan.

    BalasHapus
  26. Jadi ingat mojok, Mas. Beberapa waktu yang lalu aku baca artikel kayak gini juga di mojok dan penulisnya mengangkat topik yang sama: pemerintah rencana mengenai pajak untuk sembako karena sayang rakyatnya. Dan tentu aja isinya sarkas semua. 😂

    Kalau aku sendiri, gakpapa sih kalau sembako kena pajak, mas. Asalkan pejabatnya gak ada yang korup. Please deh, kita bayar pajak buat bangun negara bukan buat mempertebal kantong pejabat 🙈. Kalau pejabatnya masih aja banyak yang korup, ya mana bisa legowo kita-kita rakyat kecil buat bayar pajak. 😬

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah mbak Roem baru datang, kemana saja nih.😄

      Kalo aku sembako murah ngga mau kena pajak, karena budaya korupsi sudah parah, mau diapakan juga tetap saja dicolong.

      Hapus