Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dendam Dari Liang Kubur

 


Kuburan Krapyak yang ada di timur kota Brebes biasanya sepi. Maklum, letaknya yang ada di kaki bukit memang membuat orang malas menjamahnya biarpun letaknya di pinggir jalan utama kecamatan. Belum lagi pemakaman umum itu kabarnya agak angker, tapi rata-rata kuburan memang angker bukan.

Tapi sore hari ini kuburan Krapyak agak ramai. Maklum, ada yang akan berbaring selamanya di tempat itu. 

Seorang wanita muda berparas ayu tampak memperhatikan semua kegiatan dari bawah pohon beringin besar yang ada di pojok kuburan. Telinganya yang tajam membuat ia bisa mendengar beberapa percakapan yang diucapkan oleh orang-orang yang ikut mengantar ke pemakaman umum itu biarpun tidak ikut masuk, mungkin malas atau sudah kecapaian, soalnya letak pekuburan itu memang terpencil dan agak jauh dari desa.

"Kasihan Amira, padahal kemarin aku masih ngobrol dengannya lho. Tapi umur siapa yang tahu." Ucap seorang lelaki berumur 30 ke temannya yang sedang asyik menghisap rokok.

"Mungkin sudah jatah umurnya segini, tapi memang sangat disayangkan apalagi Mira anak baik." Jawabnya sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

"Eh, kenapa Mira mati?" Tanya seorang pemuda berwajah agak gagah yang ada di sebelah orang yang merokok.

"Katanya keracunan Jaey, kalo tidak salah keracunan makanan dari berita yang aku dengar."

"Hah, masa sih dia bisa mati karena keracunan, ia biasanya suka kebersihan. Rasanya kok agak meragukan." Ujar Jaey yang dulunya merupakan mantan kekasih dari almarhumah yang hendak dikubur.

Lelaki yang memberi tahu memberengut mulutnya." Itu kabar yang aku tahu dari ibunya Mira, ia juga ikut keracunan cuma beruntung tidak sampai mati. Anaknya Gono juga kena, kalo tidak percaya, coba tanya saja sono."

"Ah, mang Agus mah cepat marahan, aku hanya tanya mang karena penasaran." Jawabnya lalu mengalihkan pandangannya ke tengah kuburan dimana pemakaman gadis bernama Windi Amira Sari sedang dilakukan.

"Eh mang Agus, itu kan khanif pacar nya Mira, kenapa ia tidak ikut membantu penguburan tapi malah memandang saja dari jauh ya." Kata Jaey sambil pandangan matanya menuju ke suatu tempat di mana seorang pemuda tampak berdiri memperhatikan tengah pemakaman di bawah pohon waru di pinggir jalan.

Orang yang dipanggil mang Agus menengok lalu mengangkat bahunya." Entahlah, mungkin anak itu shock depan kematian pacarnya, apalagi kabarnya khanif mau melamar Mira setelah lebaran nanti setelah ia diterima kerja di kantor. Kamu sendiri kenapa tidak membantu ke sana tapi malah ngobrol disini."

Jaey hanya nyengir." Aku ngga enak sama mereka mang, tahu lah aku putus dengan Mira karena ketahuan aku punya pacar baru."

Mang Agus manggut-manggut, ia memang sudah dengar kabar itu. Matanya kembali ke tengah kuburan ketika mendengar suara orang menangis.

Tangisan itu berasal dari seorang wanita yang memeluk papan nisan Windi Amira Sari yang masih baru. Beberapa orang menghiburnya.

"Sudahlah Bu Maya, tidak baik menangis di kuburan seperti ini."

"Iya Bu, relakanlah kepergian Amira." Bujuk yang lain. Tapi biarpun begitu tetap saja perempuan berusia 30 tahunan itu menangis. Akhirnya seorang pria separuh baya yang juga mukanya murung mendatangi. Ia adalah Satria, bapak dari gadis yang barusan dikuburkan atau suami Maya.

"Sudah Bu, jangan terlalu banyak menangis, kasihan anakku nanti di alam kubur." Katanya dengan suara serak.

"Tapi.. Tapi pak..." Katanya dengan suara sesenggukan. Melihat hal itu suaminya luluh dan meluncur air mata yang dari tadi ditahannya dan kembali kuburan itu penuh dengan isak tangis.

Pemuda bernama khanif yang ada di pinggir jalan juga ikut menangis. Ia ingin menangis di depan kuburan kekasihnya tapi apa gunanya toh wanita yang dicintainya sudah mati. Gagal sudah rencananya membawa kekasihnya ke pelaminan setelah lebaran nanti.

Ia akhirnya pergi, karena harus ada yang dikerjakan untuk malam nanti untuk menuntaskan rasa penasarannya.

* * *

Bulan purnama tampak menggantung di langit ketika sesosok manusia datang ke kuburan Krapyak pada tengah malam. Siapa lagi kalo bukan khanif. Di tangan kanan ia membawa senter sedangkan satunya memegang sekop. Beruntung pekuburan itu letaknya jauh dari rumah penduduk sehingga ia tidak terlalu khawatir bakal ada memergoki, lagipula siapa pula yang berani ke kuburan terpencil tengah malam. sedangkan kuncen penjaga menurut kabar yang ia terima sedang pergi ke suatu tempat, tidak menjaga pemakaman umum malam ini.

Setelah dua kali kakinya terantuk papan nisan biarpun tangannya memegang senter. Akhirnya pemuda itu sampai juga di sebuah makam yang masih baru, siapa lagi kalo bukan kuburan Windi Amiraa Sari. Cahaya bulan yang terang menyinari papan nisan yang masih bersih itu. Kalo dalam keadaan biasa ia pasti sudah kabur dari pemakaman umum tersebut, tapi karena ia memiliki tekad untuk memecahkan misteri kematian kekasih nya maka rasa takut itu hilang.

Pemuda itu segera berlutut di makam kekasihnya. Maafkan aku sayang, aku terpaksa membongkar kuburan mu, hanya dengan cara ini aku bisa mengetahui penyebab pasti kematian mu, katanya pelan, dengan sedikit air mata mengucur.

Setelah mengusap air matanya, tangan khanif segera bekerja. Ia meletakkan senternya lalu pemuda itu mulai menggali tanah gundukan yang masih baru itu.

Tapi baru beberapa saat ia menggali sebuah suara terdengar di belakangnya, membuatnya langsung melompat kaget dan menghentikan kegiatannya. Apakah ada warga desa yang tahu, ataukah jangan-jangan arwah kekasihnya tidak terima kuburannya di bongkar. Ia segera mengambil senternya.

Di bawah pohon Kamboja yang tidak jauh dari tempatnya berdiri tampak seseorang disana, dilihat dari bentuk tubuhnya ia jelas perempuan. Tubuhnya makin menggigil, apakah arwah penasaran benar-benar ada, apakah Mira marah kepadanya.

Sosok itu melangkah ke depan dan dibawah sinar bulan terlihat sosoknya. Khanif menarik nafas lega karena ia bukan pacarnya. 

Ia seorang wanita muda yang kecantikannya tidak kalah dengan kekasihnya bahkan mungkin lebih cantik. Kulitnya kuning Langsat dan anehnya ia memakai pakaian kebaya seperti zaman dahulu, yang pemuda itu sering lihat pada sinetron kolosal atau film silat. Biarpun begitu, hal tersebut malah menambah kecantikannya.

"Si.. siapa kamu."

Gadis ayu itu tersenyum." Mengapa kamu mengganggu ketenangan tidur kekasihmu, apakah kamu tahu hal itu bisa menyebabkan malapetaka di alam kubur." 

"Tenang?" Khanif meradang marah." Aku yakin Amira tidak tenang di alam kubur, baru kemarin kami berbincang-bincang tentang hubungan kami berdua, dan tahu-tahu dia mati. Aku yakin dia mati dibunuh, bukan meninggal secara wajar."

"Oh ya." Mata perempuan itu sedikit bersinar, seperti tertarik." Lalu apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku akan membawanya ke rumah sakit untuk diotopsi. Aku ingin tahu penyebab pasti kematiannya. Aku yakin ini pasti ada sesuatu, tak mungkin ia mati keracunan seperti kata keluarganya. Aku kenal betul, ia suka kebersihan, tak mungkin keracunan." Ujar khanif berapi-api. Pemuda yang kulitnya sedikit hitam itu memang sangat penasaran dengan kematian kekasihnya.

Gadis yang memakai pakaian kebaya zaman dahulu itu tersenyum." Mengapa kita tidak bertanya saja kepada kekasihmu untuk tahu apa penyebabnya."

Kalo saja dalam keadaan biasa pasti khanif tertawa dan menyangka wanita cantik di hadapannya itu bergurau atau malah meledeknya, mungkin juga disangka gila. Tapi melihat ia muncul secara misterius, mana di tengah kuburan umum lagi, apalagi ketika ia melihat matanya, ada sesuatu atau kekuatan yang menyebabkan ia segan atau malah takut.

Gadis itu seperti tahu apa yang ada di pikirannya. Ia pun kembali tersenyum." Aku tahu kamu tidak percaya, biarlah kamu mendengar sendiri penjelasan kekasihmu. Menyingkirlah dari kuburnya."

"Appaa.. apa..." Hanya itu ucapan yang keluar.

Mata wanita itu bersinar dan entah bagaimana khanif menurut dan ia agak menjauh dari kuburan yang baru sedikit dibongkarnya.

Perempuan itu mengangkat tangannya dan sebuah sinar kemerahan keluar dari tangannya dan langsung melesat masuk kedalam kuburan. Pemuda itu hanya bengong saja melihatnya, apakah ia sedang bermimpi.

Auuunggggg, suara lolongan anjing di kejauhan menyentak dan membuat ia terkejut. Burung hantu yang bertengger di pohon Kamboja mengeluarkan suara keras lantas terbang menjauh dan menghilang di kegelapan malam, membuat pemuda itu makin bergidik ketakutan, apakah wanita di hadapannya itu roh penunggu kuburan Krapyak, tak terasa dengkulnya gemetaran, belum lagi angin tiba-tiba berhembus membuat hawa makin dingin dan mencekam.

Belum hilang suasana mencekam nya, kuburan yang masih baru tiba-tiba bergetar dan sebuah tangan berkulit putih pucat tampak keluar membuat khanif langsung jatuh terduduk. Tak lama kemudian tangan lainnya muncul dari dalam tanah, selanjutnya tampak sesosok wanita dengan hanya berbalut kain putih tampak keluar dari dalam kubur. Siapa lagi kalo bukan penghuninya yaitu Amira. Ia melayang menuju perempuan yang memakai kain kebaya itu.

"Siapa kamu, mengapa kamu membangunkan ku." Suara gadis itu terdengar memantul seperti gema biarpun cukup jelas didengar, mungkin karena malam yang sunyi. Tubuhnya sendiri tampak seperti bayang-bayang mengambang di udara, antara ada dan tiada.

Yang ditanya tersenyum." Ada seseorang yang ingin tahu, apa penyebab kematian mu."

"Siapakah dia..."

Khanif yang mendengar perkataan itu ingin menyahut, tapi entah bagaimana suaranya tidak bisa keluar. Ia masih menggigil, antara ketakutan dan tidak percaya. Oh, apakah itu benar-benar Mira ataukah ini cuma mimpi buruk yang seperti nyata.

Gadis itu hanya tersenyum dan melihat ke samping dimana pemuda itu berada. Otomatis arwah tersebut menengok dan melihat nya.

"Mas.. khanif..." Katanya dengan suara yang mendesis seperti semilir angin.

"Mira, benarkah kau... Kau ini."

"Iya mas..." Suaranya tetap seperti gema yang memantul.

Khanif diam-diam mencubit lengannya. Sakit, berarti ia tidak bermimpi. Rasa takut yang tadi sempat muncul kini sirna teringat ia dengan kematian orang yang dicintainya." Mira.. benarkah kau mati keracunan."

"Siapa yang bilang aku mati keracunan mas?"

"Ibumu, Maya."

Wajah roh yang tadinya pucat itu jadi berubah. Matanya langsung memancarkan sinar kemarahan." Justru wanita busuk itulah yang jadi penyebab kematianku."

Tentu saja pemuda itu terkejut bukan main." Apa, bagaimana mungkin. Ia yang paling terpukul dan sedih dengan kematian mu ."

Hahaha... Suara tertawa roh halus itu terdengar di kegelapan malam sehingga membuat suasana makin mencekam. Beberapa orang yang rumahnya tinggal dekat kuburan umum itu langsung meringkuk dalam selimut, bahkan Bi Saodah yang tadinya hendak kebelakang untuk kencing pun kembali kedalam dan langsung memeluk suaminya.

"Mana mungkin ia sedih. Justru ia kini sedang tertawa kegirangan dalam hati biarpun air matanya palsunya mungkin bisa menipu. Setelah aku mati maka rohku yang gentayangan tahu kalo ternyata ia sudah menyiapkan semua ini. Pertama ia menyiapkan jamur beracun untuk membunuhku yang dicampur dengan jamur biasa. Kamu tahukan kalo aku suka makan jamur mas khanif."

Pemuda itu hanya mengangguk.

"Pertama ia memasak jamur biasa yang sudah dicampur dengan jamur beracun untukku. Agar aku dan juga orang orang tidak curiga maka ia iku makan juga tapi hanya sedikit sekali, hanya membuatnya muntah-muntah saja, sedangkan aku yang makan semangkok penuh tentu saja langsung mati karena jamur itu sangat beracun." Katanya dengan berapi-api.

Jahanam, tangan khanif langsung terkepal." Aku akan kesana sekarang juga, akan ku seret ibu tirimu itu ke kantor polisi. Ia harus membayar perbuatannya membunuhmu."

"Lalu apa bukti yang akan kau bawakan pada polisi anak muda ?" wanita bergaun kebaya lama yang dari tadi diam saja ikut bicara.

Bingung juga khanif menjawabnya. Ia memang bisa berkata kalo Amira dibunuh dengan racun, tapi ibu tirinya bisa berkelit kalo mereka juga keracunan sehingga itu hanya kecelakaan. Mau bilang kalo roh nya sendiri yang bilang jelas ia akan ditertawakan, belum lagi kalo ia disangka sudah tidak waras.

Roh yang mati penasaran itu berkata pada gadis berpakaian kebaya itu." Aku tahu kamu bisa membalaskan dendam ku. Karena kamu bisa membangkitkan ku tolong berikan aku kekuatan agar aku bisa balas dendam dan roh ku tenang."

Perempuan yang diajak bicara tersenyum." Tidak usah khawatir, kekuatan ku masih ada padamu, kamu bisa membalas dendam padanya. Balas dendam memang harus dilakukan, lakukanlah sesuka hatimu."

Wajah Mira yang pucat tampak senang." Terima kasih nona, tapi tempat kediaman ku cukup jauh dari sini. Aku khawatir waktuku tidak cukup untuk kembali ke kuburku."

"Tidak usah khawatir, kekuatanku membuatmu bisa berlari secepat angin, kamu juga bisa kembali kesini dalam sekejap. Tapi ingat, kamu harus sudah kesini sebelum fajar terbit."

"Kalo aku tidak kembali?"

"Roh mu akan terbakar matahari dan itu akan sangat menyiksa. Kamu akan terkatung-katung sampai kiamat tiba."

"Oh tidak..." Arwah gadis itu menjerit melengking sehingga para penduduk

"Kalau begitu tunggu apalagi, lekas pergi balaskan dendam mu."

Arwah Mira mengangguk, ia melihat sekilas pada pacarnya khanif, setelah itu ia melesat terbang seperti angin menuju kampung.

Pemuda itu sendiri sekarang bingung, mau tinggal disini ia juga agak ngeri karena kuburan umum, tapi mau ke rumahnya Amira untuk melihat pembalasan dendamnya juga agak jauh. Saat ia melihat gadis yang memiliki kekuatan gaib itu untuk meminta saran, betapa kagetnya ia ternyata gadis itu juga sudah tidak ada.

Bersambung part 2

Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

8 komentar untuk "Dendam Dari Liang Kubur "

  1. Ayo Nif kita terbang juga menyusul Amira ke part 2, Amira sama2 pacar kita kan Nif, wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kirain terbang ke pulau tengkorak nemuin suto sinting kang.🤣

      Hapus
  2. Setelah Amirah menghilang akhirnya Khanif dijuluki jadi pendekar Penguasa Arwah... Dan saat itu pula Rondo2 yang pada bergentayangan datang menyatakan cinta pada Khanif.🤣🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin salah satu rongdo yang datang itu namanya Amanda kali ya kang.😅

      Hapus