Pengalaman sebagai supir ambulans jenazah
Sudah 8 bulan Herman bekerja sebagai supir baru setelah ia kena PHK akibat pabrik permen cicak tempat ia bekerja sebelumnya bangkrut karena kalah bersaing. Beruntung ia memiliki keahlian khusus yaitu bisa menyetir mobil sebagai supir sehingga ia bisa cepat mendapatkan pekerjaan.
Awalnya ia memang tidak mau bekerja sebagai supir kali ini karena sebelumnya ia adalah supir mobil yang mengantar barang produksi pabrik ke beberapa toko agen tapi karena kebutuhan hidup terus mendesak ditambah mencari pekerjaan lain semakin susah akhirnya ia mau juga kembali menyetir mobil.
Jika sebelumnya ia mengendarai truk maka kali ini lebih spesial karena ia mengendarai mobil... Jenazah.
Iya, mobil jenazah yang biasa buat memgantar orang mati, kalo mengantar orang hidup mah namanya angkot bro.
Beruntung awal kerja ia memiliki jadwal shift pagi sampai sore sehingga tidak terlalu seram. Lebih beruntung lagi karena tiap ia mengantarkan jenazah pasti ada keluarga almarhum yang ikut, tentu saja sebagai penunjuk jalan, biarpun zaman makin canggih berkat google maps dan internet, tapi lebih enak diantar langsung bukan.
Tapi sejak temannya yang satunya lagi mengundurkan diri sebagai sopir terpaksa ia kadang bekerja larut malam. Alhamdulillah tidak ada gangguan apapun sih, semua aman saja tidak seperti yang diceritakan oleh orang lain atau sangkaan orang.
Sebagai sopir ia sudah sering mengantar jenazah ke berbagai kota di pulau Jawa, seperti kali ini, Herman kembali mengantarkan jenazah ke kota Pekalongan Jawa tengah.
Sudah beberapa kali ia lewat kota tersebut seperti hendak ke Semarang atau Surabaya jadi tidak terlalu asing. Jadi ia slow saja mengantar.
Seperti biasanya maka ada beberapa keluarga almarhum yang ikut. Isak tangis mengiringi perjalanan Herman dari Jakarta ke kota batik Pekalongan itu apalagi ia dapat kabar kalo almarhum meninggal karena bunuh diri akibat ditinggal kekasihnya.
Herman sendiri seperti biasa ikut mengucapkan belasungkawa dan menghibur keluarga almarhum.
Tak ada yang aneh dengan perjalanan ini , lancar saja seperti biasa. Mobil jenazah yang dikemudikan dirinya sampai di kota Pekalongan jam 10 malam tapi rumahnya masih agak jauh ke selatan.
Akhirnya setelah melewati hutan kecil dan perbukitan sampai juga mereka di tempat tujuan jam 11 malam lewat. Ia segera memarkirkan mobilnya di depan rumah keluarga almarhum agar lebih leluasa mengangkat jenazah.
Begitu sampai di rumah, keluarga almarhum langsung disambut Isak tangis oleh keluarga lainnya. Walaupun sudah biasa melihat pemandangan seperti itu tapi hatinya trenyuh juga.
Ia lalu duduk di kursi yang sepertinya sudah dipersiapkan untuk pelayat atau tamu.
Seorang lelaki paruh baya datang kepadanya." Bapak sudah dapat minum belum pak?"
Herman memperhatikan orang yang menyapanya, umurnya tampak lebih tua darinya sehingga agak sungkan juga ia dipanggil pak." Belum mas."
"Mau kopi atau teh hangat pak?"
"Apa saja pak, yang penting hangat untuk menyegarkan badan."
Ia segera berlalu kedalam dan tak lama kemudian datang kembali sambil membawa segelas kopi dan sebungkus rokok."Monggo diminum."
Setelah mengucapkan terima kasih Herman lalu minum beberapa teguk." Maaf bapak siapa ya, apakah keluarga almarhum?"
"Oh bukan pak, saya Dahlan, ketua RT disini." Jawab lelaki separuh baya berumur 50 tahunan itu.
"Kalo boleh tahu, kenapa almarhum meninggal ya pak, apa ia kena penyakit?" Tanyanya, sementara isak tangis masih terdengar dari dalam rumah. Seorang wanita tua tampak pingsan, mungkin ibunya.
Ketua RT itu menghela nafasnya." Dudung meninggal bukan karena sakit tapi..."
Herman jadi tidak enak hati jadinya.
Akhirnya setelah menghabiskan kopi dan rokoknya ia pun permisi karena sudah lewat tengah malam. Tak lupa ia titip salam kepada keluarga almarhum agar diberikan ketabahan dalam menghadapi ujian tersebut.
Setelah permisi dan tak lupa menerima amplop yang agak sungkan ia terima akhirnya iapun pergi.
Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari ketika Herman pulang. Ia lalu memacu mobilnya dengan sedikit pelan karena keadaan gelap gulita, takutnya nyasar masuk jurang kan gawat, soalnya daerah perbukitan.
Awalnya ia merasa biasa saja sampai ia merasa aneh. Dalam keadaan sepi dan gelap gulita ia merasa agak sedikit janggal.
Mobil miliknya terasa membawa sesuatu. Dugaan itu dipikirkan karena saat ia melewati sebuah tanjakan mobil terasa agak berat, harusnya jika kosong maka lancar saja tapi kok ini agak beda. Memang tidak berat sekali tapikan tetap mempengaruhi padahal bagian belakang kosong, tidak ada penumpang, hanya dirinya sendiri.
Tapi karena tidak terlalu mengganggu maka ia acuhkan saja, mungkin hanya perasaannya saja batinnya.
Di sebuah belokan jalan maka ia memutar mobilnya agak cepat. Tiba-tiba terdengar suara dari belakang.
Gubrak.
Tentu saja ia kaget bukan main. Sontoloyo, suara apa sih dibelakang batinnya dalam hati.
Ia mencoba melihat ke belakang lewat kaca spion tengah. Nihil, tak tampak sesuatu kecuali ranjang tempat jenazah yang kosong.
Maka Herman kembali tenang. Mobil kembali belok kanan di daerah hutan jati. Kembali terdengar suara gubrak dari belakang.
Herman langsung tegang, tak mungkin jika tidak ada sesuatu di belakang maka ada suara. Entah mengapa ia jadi serem sendiri, teringat dia dengan obrolan dengan pak RT Dahlan tentang mayat Dudung yang katanya ditemukan dengan mata melotot dan lidah menjulur di kontrakan dengan leher terikat tali tambang.
"Ampun Dung, aku hanya mengantarkan jenazah mu saja, tidak ada sangkut pautnya dengan kamu, aku hanya menjalankan tugas saja." Katanya lirih tapi karena keadaan sunyi sepi jadinya terdengar jelas di telinga Herman.
Seakan mengerti omongan Herman, dari arah belakang kembali terdengar suara glodak.
Melihat hal itu pecah juga nyalinya. Sambil membaca doa sebisanya ia larikan mobil colt diesel itu dengan kecepatan tinggi.
Suara kembali terdengar dari arah belakang bahkan kali ini bunyi glodak glodak terdengar kencang sehingga membuat Herman makin ngeri. Tak salah lagi, memang ada sesuatu di belakang yang ikut membonceng mobilnya.
Sial baginya, jalanan yang ia lalui itu daerah yang sepi karena sudah masuk dini hari, mana hutan lagi sehingga tidak bertemu dengan kendaraan lain. Kegelapan makin mencekam, ia kini tidak berani lagi melihat ke belakang lewat spion tengah.
Ia ngebut makin kencang, tujuannya adalah agar ia sampai di desa terdekat. Akhirnya di kejauhan tampak lampu, ia pun lega.
Sementara itu di desa sekelompok pemuda tampak sedang main gaple di pos ronda, ada satu dua yang tidak main gaple tapi lebih asyik bermain hape.
Satria, pemuda ceking berkulit hitam karena kerja di sawah berkata sambil membanting kartunya." Kalian tahu tidak, aku dan Agus beberapa malam yang lalu melihat hantu. Benar kan Gus?"
Agus, pemuda yang agak kurus mengangguk.
Melihat hal itu yang lain jadi penasaran. Khanif, pemuda yang suka keluyuran malam hari langsung bicara." Mana ada hantu di jaman sekarang. Aku sering nyari belut dan ikan di sawah tengah malam tapi belum pernah melihat hantu. Kalo ketemu begal sih kadang kadang ada."
"Wah berani juga kamu nif, terus kamu tangkap perampok itu?"
Anak muda yang ditanya itu hanya nyengir." Ya enggak dong mas, aku hanya melihat orang dengan pakaian seperti ninja lewat sambil membawa karung, sepertinya barang hasil rampokan. Ia juga melihatku tapi acuh saja. Aku juga diam saja sih, soalnya dia bawa golok."
"Hu... Dasar." Teriak Agus dan Satria.
Pemuda bernama jaey yang tadi bertanya pada khanif bicara pada satria." Memang kalian lihat hantu apa kemarin?"
Agus kini yang bicara." Jadi lima hari yang lalu aku sama mas Satria jalan jalan ke daerah sono. Saat itu malam Selasa habis isya. Aku lalu pesan sate blengong karena lapar, begitu juga mas Satria. Saat sedang asyik makan itulah sebuah ambulans lewat dan berhenti tidak jauh dari tempat kami makan, sekitar 50 meteran lah. Melihat mobil itu, tukang sate itu langsung pucat, tanpa basi basi ia pergi meninggalkan dagangannya. Aku dan Satria saling pandang, akhirnya kami berdua.."
Agus sengaja berhenti dulu.
Melihat hal itu, Sudibyo, pemuda yang sebelumnya bermain hape jadi penasaran." Lalu gimana mas Agus?"
"Bagi dulu rokokmu kang Dibyo?"
Uh, terpaksa Sudibyo mengeluarkan rokok 234 miliknya, masih utuh dan segelan. Agus lalu mengambil sebatang, tapi belum sempat ia kembalikan beberapa tangan lain langsung menyambar. Ketika kembali ke pemiliknya, rokok itu sudah kosong melompong, hanya tinggal bungkusnya saja.
"Bangzaattt..." Maki Sudibyo sambil meremas bungkusnya lalu membuang keluar pos ronda. Yang lain jadi tertawa.
"Terus bagaimana lanjutannya Gus?"
Yang ditanya menghembuskan rokoknya dulu baru menjawab." Akhirnya karena penasaran kami berdua lalu coba menengok ambulans itu, tak ada siapapun didalamnya, jadi bagaimana caranya mobil jenazah itu bisa bergerak lewat tadi."
"Ah, masa sih." Beberapa teriakan terdengar.
"Ih ngga percaya, tanya saja tuh mas Satria."
Yang lain langsung memandang satria, mereka sudah tidak ingat sedang bermain gaple." Agus ngga bohong. Sumpah, aku kalo tidak melihat sendiri juga tidak akan percaya. Katanya itu ambulans hantu, begitu kata tukang sate itu."
"Ambulans hantu?"
Satria lalu melanjutkan ceritanya." Melihat tidak ada seorangpun didalam mobil, mana hawanya serem aku dan Agus lalu langsung kabur. Kami lalu ketemu tukang sate itu, katanya dulu di daerah itu ada rumah milik keluarga kaya, sayangnya mereka sekeluarga tewas kecelakaan saat sedang jalan-jalan. Mobil ambulans yang mengantar jenazah mereka kabarnya sering balik lagi sendiri ke rumah tersebut. Oleh saudara nya, rumah itu akhirnya di robohkan karena katanya angker tapi mobil ambulans tersebut kadang-kadang masih sesekali kesana, seperti yang kemarin."
Suasana tampak hening setelah Satria menyelesaikan ceritanya, semua yang sedang jaga tampak terdiam. Belum sempat bertanya, tiba-tiba muncul sebuah mobil jenazah, berhenti tepat di depan pos ronda.
Melihat hal itu, Agus dan Satria langsung pucat, tanpa di komando lagi mereka berdua langsung lari. Melihat kedua temannya kabur, tentu saja yang lain ikut-ikutan kabur. Dalam sekejap pos kamling yang tadinya ramai jadi sunyi sepi.
Herman sendiri heran bukan main. Tadinya ia senang akhirnya bertemu juga dengan orang lain tapi ketika melihat mereka berlarian kabur setelah mobilnya berhenti, rasa senangnya berubah menjadi takut, tak mungkin para warga itu lari kalo tidak ada sesuatu. Mungkinkah mereka juga melihat makhluk yang menerornya dibelakang tadi.
Tak salah lagi, memang ada setan di mobilnya. Segera saja ia keluar mobil lalu menyusul mereka, tapi baru beberapa langkah ia lari sebuah mobil patroli menghentikannya.
Sebelumnya Briptu Himawan sedang berpatroli keliling kampung yang menjadi tugasnya ketika ia melihat beberapa orang berlarian.
Naluri polisinya segera saja muncul, tak mungkin mereka lari jika tidak ada sesuatu, jika ada kecelakaan lalu lintas sepertinya tidak akan seperti itu, mungkinkah ada perampok bersenjata api pikirnya.
Segera saja ia menghentikan mobilnya." Selamat malam, ada apakah gerangan hingga kalian lari seperti dikejar setan?" Tanyanya ramah.
Melihat polisi yang menegur mereka, Agus, Satria, dan lainnya jadi lega. Mereka lalu ribut bercerita kalo tadi muncul sebuah ambulans hantu.
"Ambulans hantu?" Tanya polisi itu dengan kening berkerut. Sebagai petugas yang jaga malam ia memang sudah asing dengan perampokan atau pencurian malam hari, tapi kalo kasus bertemu ambulans hantu bahkan sampai membuat orang orang lari ketakutan baru kali ini dialaminya.
Akhirnya karena tidak ada yang mau menunjukkan tempatnya maka ia sendiri akhirnya memutuskan untuk kesana. Baru beberapa saat ia melihat ada seseorang yang menuju arahnya.
Briptu Himawan agak tertarik karena berbeda dengan para pemuda kampung itu, orang yang terakhir lari ini memakai pakaian dinas dari rumah sakit. Ia tahu karena kadang kadang bertemu orang orang seperti itu dalam tugasnya.
"Selamat malam pak, ada apakah bapak lari?" Tanyanya ramah.
Melihat yang bertanya padanya adalah polisi maka Herman jadi lega. Walaupun begitu ia agak sangsi juga, diliriknya ke bawah, sepatunya menapak ke tanah.
"Malam pak, kebetulan bapak datang. Tolong saya pak, tadi saya ditakuti oleh hantu?"
"Hantu?" Tanyanya dengan kening berkerut." Apakah ambulans hantu itu yang menakuti bapak?"
Herman yang berusia tiga puluhan jadi bingung." Itu bukan ambulans hantu pak, tapi kendaraan dinasku. Aku tadi sedang bertugas mengantarkan jenazah ke desa sana. Tapi dalam perjalanan pulang diganggu oleh setan di belakang."
"Memangnya bapak melihat langsung hantunya?"
"Ya tidak lihat langsung sih, cuma waktu nyetir tiba-tiba terdengar suara glodak glodak berisik dari belakang, padahal tidak ada siapapun disana. Pasti itu ulah hantu Dudung, jenazah yang tadi aku antar."
Himawan agak tertarik walaupun ada rasa tegang juga. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menuju mobil tersebut berada. Herman sendiri tidak mungkin meninggalkan kendaraan dinasnya, bisa dipecat ia kalo kembali ke Jakarta tanpa mobilnya.
Akhirnya mereka sampai juga di mana mobil jenazah itu. Ditemani oleh Himawan yang memegang lampu senter akhirnya Herman berani juga membuka pintu belakang. Ia langsung menjerit karena melihat ada seorang manusia berpakaian putih putih di lantai mobil.
Setelah ia perhatikan dengan teliti, ternyata itu bukan manusia tapi jenazah.
Iya, jenazah Dudung yang ternyata belum diturunkan dari mobil. Mungkin karena sedih atau capek perjalanan dari Jakarta maka keluarga nya lupa menurunkan jenazahnya tadi.
Herman sendiri shock karena keadaan Dudung berantakan sekali, semua tali pengikat tubuhnya copot, mungkin terlepas ketika ia jatuh dari ranjang atau mungkin karena dibawa ugal-ugalan tadi saat ia ngebut.
"Oalah sontoloyo tenan, sedih sih sedih tapi mbok ya almarhum dibawa turun juga dong. Akhirnya kan jadi pekerjaan dua kali."
Akhirnya dengan terpaksa ia merapikan kembali jenazahnya. Setelah selesai ia lalu menuju ke Briptu Himawan.
"Pak polisi, temani aku ke rumah almarhum dong."
"Maaf pak, tadi ada panggilan dari pos, aku harus kembali kesana." Jawabnya lalu segera berlalu pergi.
Kampret.
TAMAT
BTW triglesirida itu kolestrol jahat Mas
Kasian Sudibyo rokoknya dikeroyokin 🤣
kukira tadi itu hantu seperti biasanya mas wkwk
Apik iki critane, mas Agus.
Ada serem ada juga kocak2nya 😁.
Auto kebayang gimana sangarnya pak Himawan pakai seragam polisi.
Briptu Himawan pinter ngelesnya, padahal ngeri itu ga berani antar 😄
Kok sampai lupa itu jenazah diturunkan
Wah semelekete tenan
sudah terlanjur pak RT nya baik hati pula
Tapi kalau dipikir-pikir, salah Herman juga. Harusnya dia bantu nurunin jenazahnya juga, jadi gak bakalan ada kejadian jenazah ketinggalan 🙈. Tapi untung di tengah jalan ketahuan. Kalau sudah sampai rumah sakit lagi baru ketahuan, gimana.. 🤣🤣🤣
Btw, bapak mertuaku juga sopir mobil jenasah loh, tp beliau ga pernah mau crita tentang kejadian apapun selama bekerja, hahahha
Btw, sa ae itu briptu himawan bilang ada panggilan bos. Bilang aja dia jg takut mau nemenin 😆
baca awal-awal serius dan tegang, ini nanti hantu apaan dah eh ternyata endingnyaaa wkwk
tapi ini pemerannya kok aku kenal semua yaa, wkwk. Kayaknya kalo mas agus jadi sutradara yang sering komentar di sini bakal keangkut nih..
Tapi, btw pas sampai di lokasi, tuan rumah berarti nggak keinget sama jenazahnya yaa, atau ngga diharapkan sampe lupa diturunin? wkwk kocak bangt sih. aku sekarang kalau baca nggak mau bikin ekspektasi, karena suka belok dari dugaanku.
Keren-keren mas agus ceritanyaa..
Siapa ya kira2 yg menang, yg duluan bikin posting akan kalah..
Ayo semangat vakum 🤣🤣🤣
Mimpi apa semalam su Herman.kasihan..
Endingnya malah jadi kasian sama jenazahnya
Hihihi
Baru baca ambulance :D
Ya ampun Mas, kok bisa2nya yang penting malah kelupaan. Itu keluarganya Dudung gimana kali yah.. hahaha Kocak-kocak..
Mas Agus gimana kabarnya?? Sehat kah? Sudah lama kita tidak bersapa.. heheh
good luck
Memang yaaa, polisi Hima juga jagoannya, walopun ga mau nemenin balik :p. Piye toh jenazahnya malah kelupaan :p.
Mampir di lapak saya yak
ditunggu
Terima kasih
Btw, nama-nama karakter dalam ceritanya kayak kenal. Pernah lihat di beberapa blog. Semoga kemiripan nama hanya kebetulan belaka, sebab kalau benar nama mereka dipakai, wajib bayar royalti lho. Hehe.
Sehat-sehat ya mas, supaya bisa bikin banyak cerita lagi.
Semoga mas herman diberi ketenangan di sana.
Amin...
pak polisi himawan ternyata takut hantu juga ya
Untung bacanya siang, dan bikin ngakak.
Padahal, baca judulnya aja udah seram, sampai awalnya nggak berani baca endingnya, ternyata malah ngakak :D