Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kekasih dari alam kubur part enam

 


Adu kekuatan sedang terjadi di desa Padasugih antara Ki Joko dan Pratiwi.

Pratiwi mengedipkan matanya dan keris pusaka itu seperti dipelintir dan pecah menjadi beberapa bagian lalu jatuh ke bawah. Gadis itu berubah wujud menjadi Lastri seperti semula, perlahan-lahan sebuah bayangan seorang gadis keluar dari tubuhnya lalu menembus tembok dan menghilang di kegelapan malam. Tubuh Lastri sendiri langsung merosot jatuh kelantai, entah hidup atau sudah mati.

Di Sawojajar Ki Joko mental dan menabrak dinding rumahnya yang terbuat dari bambu hingga mental keluar rumah. Ia bangun lalu mengeluarkan darah segar dari mulutnya tapi ia tidak hiraukan itu lalu kembali semedi dan konsentrasi, lengah sedikit nyawa melayang.

Aku belum kalah roh jahanam keparat batinnya.

Saat sedang memusatkan pikiran telinganya mendengar langkah kaki manusia. Ia membuka matanya dan kaget melihat Ahmad sudah ada di depannya. Bukannya ia tadi sudah disuruh pulang.

"Untuk apa kau kau kesini nak, cepat pulang, bahaya disini." Katanya lalu ia batuk-batuk, kalo saja orang tua itu sedang dalam keadaan biasa mungkin ia bisa melihat ada yang aneh dalam diri pemuda tanggung itu. Anak itu diam saja tiba-tiba ia mengeluarkan pisau panjang dan langsung menusuk perutnya.

Aakhhh selain kesakitan Ki Joko tentu saja terkejut sekali. Saat kritis itulah barulah ia sadar kalo pemuda tanggung itu dikuasai oleh sesuatu. Sadarlah ia kalo dirinya bukan tandingan roh tersebut, jika suatu makhluk bisa merasuki dua manusia hidup atau lebih itu berarti ilmunya sangat tinggi.

Tapi sayangnya kelengahan sebentar itu berakibat fatal, tusukan pisau kembali datang, lagi dan lagi, sampai akhirnya orang tua itu terjerembab jatuh berkubang darahnya sendiri.

Baca episodenya sebelumnya: Kekasih dari alam kubur part lima

Sementara itu di desa Padasugih Satria akhirnya bisa juga mengumpulkan tenaganya dan dengan tertatih-tatih ia juga keluar rumah setelah mengenakan baju sekedarnya. Ia tidak perduli lagi dengan Lastri yang masih tergeletak bahkan malah takut kalau nanti istrinya itu malah bangun dan menerkamnya kembali.

Setelah susah payah menyalakan mobil akhirnya jalan juga. Ia duduk dengan badan gemetar, sementara dari bawah perutnya darah masih mengucur. Ia sendiri tidak berani melihat apa yang hilang dari barangnya itu.

Dukun bangsat, ternyata kamu tidak becus makinya pada Ki Joko. Laki-laki itu sendiri kini hanya punya satu tujuan yaitu pulang ke desa Kaligangsa lalu minta ampun pada kyai Syahroni agar ulama desa itu mau menolongnya. Kalaupun nanti ia disuruh bertaubat akan dilakukannya, yang penting ia bisa bebas dari teror roh jahat tersebut.

"Mobil keparat, kenapa jalanmu seperti siput begini." Makinya sambil memukul-mukul dashboard kendaraan roda empat milik lurah Agus itu. 

Mobil kijang super itu lalu melaju kencang di kegelapan malam dan hampir menabrak seorang tukang becak di perempatan jalan.

"Setan, mata kau kemana." Teriak tukang becak itu sambil mengacungkan tinju di kejauhan. Kalo dalam keadaan biasa mungkin Satria akan meladeni turun dari mobil bahkan kalo perlu menghadiahkan beberapa pukulan pada yang berani memakinya itu tapi kini tidak ia gubris.

Akhirnya ia melewati juga kebun tebu dan akan tiba di jalan raya, tinggal belok kanan maka tak lama kemudian menyusuri jalan perbukitan akan sampai di desanya.

Sampai juga ia di jalan besar. Jalan raya malam itu sunyi sepi, hanya ada beberapa truk yang melaju.

"Apa kau pikir kau bisa kabur dariku Satria." Terdengar suara mengejek di belakangnya.

Satria otomatis menengok ke belakang dan dilihatnya seorang wanita muda berparas cantik sudah ada di jok belakang dengan senyum misterius. Siapa lagi kalo bukan Pratiwi.

Tentu saja hal itu membuat pecah nyalinya. Ia langsung saja menghiba." Ampuni aku Tiwi, aku janji akan bertaubat dan tidak akan berbuat jahat lagi."

Arwah perempuan itu mengeluarkan suara mencemooh." Kau pikir bisa menipuku seperti dukun dari Sawojajar itu manusia keparat?"

"Tidak Tiwi, aku benar-benar sudah bertaubat. Aku janji akan memberi tahu penduduk hal yang sebenarnya agar pak lurah Agus mendapat hukuman setimpal, aku juga tidak akan menyakiti orang lagi, kumohon jangan bunuh aku." Lelaki yang biasanya galak itu kini merengek-rengek minta ampun.

Pratiwi hanya memperlihatkan senyum misterius lalu sosoknya perlahan-lahan menghilangkan." Selamat tinggal satria."

Tentu saja hal ini membuat laki-laki itu lega ketika ia melihat ke belakang arwah Pratiwi sudah tidak ada. Akhirnya pergi juga dia. Tapi sayangnya hal tersebut hanya sebentar karena tiba-tiba terdengar suara klakson sangat keras, ketika ia melihat ke depan betapa terkejutnya ketika cahaya lampu sudah berada tepat didepannya. Satria buru-buru mengindar tapi tak sempat.

Tabrakan maut itu tak terhindarkan dan mobil kijang itu terseret oleh truk barang besar yang melaju kencang itu dan baru berhenti ketika menabrak sebuah pohon besar di pinggir jalan.

Di desa Kaligangsa lurah Agus sedang minum kopi di teras rumah sambil melihat bulan. Dilihatnya jalan depan rumahnya sepi, hanya satu dua orang yang lewat padahal biasanya ramai. Kematian Herman dan Bayu yang mengerikan sudah cukup membuat orang bernyali kecil di desa ini meringkuk di tempat tidur dari pada kelayaban.

Mengingat dua kematian anak buahnya itu memang bikin kepala desa itu ciut tapi ia cukup percaya kalo orang yang disuruhnya untuk mengatasinya bisa berhasil, soalnya ia sebelumnya bisa mengusir andong setan.

Ah, kalo dipikir-pikir sebenarnya ini salahnya juga, terlalu terburu-buru mengambil keputusan dan akhirnya malah menjadi malapetaka. Coba kalo ia tidak menyuruh mereka membunuh Pratiwi, tentu semua bencana ini tidak tidak terjadi.

Heran, kenapa ia bisa ganas begitu, padahal Pratiwi yang ia kenal adalah gadis yang lembut.

Ingatan kepala desa itu lalu melayang ke waktu sepuluh tahun lalu. Agus sendiri adalah seorang calon sarjana yang liburan ke kampung halamannya di desa Kaligangsa setelah ujian semester. Ia memang kuliah di salah satu kampus terkenal ibukota.

Ia pertama kali bertemu dengan Pratiwi di sawah milik orang tuanya saat ia sedang jalan-jalan bersama tiga temannya Herman, Bayu dan Satria. Saat pertama bertemu tidak ada rasa apa-apa padanya, maklum Agus sudah punya kekasih di Jakarta, mana gadis itu kelihatannya masih lugu, sementara ia sendiri ingin pasangan yang lincah agar bisa memajukan desanya.

Jika Agus tidak punya rasa, lain halnya dengan Pratiwi. Begitu melihat Agus maka ia langsung terpesona, selain wajahnya yang gagah, sikap dan wibawanya itu juga membuatnya tertarik. Apalagi ketika ia bicara dengan khanif soal pemuda itu, yang katanya calon sarjana, ia makin kesengsem dan tidak mengindahkan peringatan khanif kalo anak pak lurah Dahlan itu sudah punya kekasih.

Sejak itu, gadis itu berusaha untuk bertemu kembali dengannya. Kebetulan sawah pak lurah itu agak dekat juga dengan sawah bapaknya, sebelahnya sawah milik orang tua khanif.

Agus sendiri akhirnya tahu dari gerak geriknya. Ia lalu bercerita kepada temannya, yang lebih mirip anak buahnya. Tentu saja hanya cerita sambil lalu saja.

"Wah, Tiwi ya den Agus, menurutku agak susah mendapatkannya Den. Biarpun ia gadis desa tapi pilih-pilih." Ujar Satria kepada anak pak kades Dahlan itu.

"Lha, memang kamu sudah mencoba?"

"Sudah, aku waktu itu habis pulang mancing ikan di danau sebelah lalu bertemu dia yang mau mengantarkan makanan untuk bapaknya di ladang. Aku hadang dia, dan bilang tak akan ku kasih lewat kecuali ia mau jadi pacarku. Eh, dia bilang mendingan jadi perawan tua daripada kawin dengan ku, kurang ajar bukan."

Agus hanya tertawa lalu pulang karena sudah sore.

Setelah itu Agus tidak bertemu dengan Pratiwi karena memang ia kembali ke Jakarta. Wajah gadis itu juga digantikan oleh Marlina, gadis ibukota yang satu kampus dengannya.

Pertemuan kembali terjadi ketika ia lulus kuliah dan pulang ke desa. Gadis muda itu kini semakin cantik dengan tubuh yang makin menggiurkan saat ia datang bersama pak Broto yang hendak menjual hasil panen pada pak lurah Dahlan. 

Biarpun Agus sudah punya Marlina tapi bagaimanapun ia tergoda juga, apalagi Pratiwi selalu tersenyum dan tingkahnya menggoda sedangkan kekasihnya masih di Jakarta karena belum lulus kuliah.

Godaan itu menjadi besar ketika suatu sore Agus kehujanan ketika sedang melihat sawah bapaknya. Hujan mengguyur sangat deras, ia yang sedang melihat-lihat tanaman padi buru-buru mencari tempat berteduh.

Dilihatnya di kejauhan ada sebuah dangau atau gubuk tengah sawah. Segera saja ia kesana dan betapa terkejutnya ketika dilihatnya ada seseorang disana.

"Tiwi.. Pratiwi."

Gadis yang disapanya terkejut dan ketika melihat siapa yang menyapa pipinya langsung bersemu merah.

"Mas Agus."

Agus melihat keadaan gadis itu yang basah kuyup, mungkin ia juga kehujanan. Pakaiannya yang basah membuat bentuk tubuhnya yang tinggi semampai jadi semakin menggiurkan.

Melihat pandangan pemuda yang disukai nya gadis itupun makin merah pipinya dan iapun menundukkan wajahnya. Ketika ia mendongak keatas betapa kagetnya ketika tahu-tahu anak pak lurah itu sudah ada di depannya dan langsung memeluknya.

Pratiwi hanya pasrah saja. Ia bahkan menyambut dengan mesra.

Hujan di luar turun dengan deras membuat hawa makin dingin, sementara di tengah danau hawa berubah menjadi panas oleh dua anak manusia berbeda jenis kelamin yang bermain cinta.

Begitulah, sejak saat itu Agus jadi rajin ke sawah, bukan untuk melihat hasil panen sawah pak lurah tapi untuk memadu kasih dengan Pratiwi. Kadang mereka melakukan nya di dangau kalau sepi, kadang juga di rumahnya saat pak Broto pergi.

Anak pak lurah Dahlan itu sendiri pernah iseng bicara dengan bapaknya bagaimana kalo ia mempersunting putri pak Broto itu. Ayahnya langsung naik pitam karena tidak mau punya menantu orang biasa. Untuk apa aku sekolah kan kamu tinggi tinggi ke Jakarta kalo cuma punya istri orang kampung. Kamu harus punya memiliki pasangan orang kota agar maju, agar bisa memajukan desa ini, syukur syukur nanti jadi kepala desa seperti dirinya atau malah camat atau bupati.

Agus hanya manggut-manggut saja karena memang dalam hati ia juga tidak terlalu mencintai Pratiwi, hanya ingin kehangatan tubuhnya saja.

Sayangnya lurah Dahlan tahu juga hubungan mereka. Ia lalu memarahinya dan mengirim anaknya ke Jakarta.

Tentu saja Tiwi terkejut sekali ketika Agus pamit hendak ke ibukota." Mengapa mas Agus."

"Ah, aku hanya sebentar saja disana, aku dititipkan pada pakdhe agar bisa mendapatkan pekerjaan."

"Aku ikut mas, jangan tinggalkan aku."

"Ah tak mungkin Tiwi, aku disana mungkin banyak kesibukan dan tidak bisa mengurusi mu."

Ingin gadis itu bilang kalo dirinya bisa mengurus diri sendiri, tapi takutnya nanti malah pemuda idamannya itu tambah marah." Kalo begitu, jangan lama-lama ya mas. Aku takut..."

"Takut apa Tiwi?" Tanyanya karena gadis itu sengaja menghentikan bicaranya.

"Aku.. aku sekarang sedang hamil tiga bulan mas." Katanya dengan wajah menunduk.

Tentu saja Agus terkejut luar biasa.

"Kok bisa Tiwi." Sentaknya dengan suara keras.

Ingin Tiwi menangis mendapatkan jawaban seperti itu." Tentu saja mas, bukankah kita sering berhubungan intim, apa anehnya kalo aku hamil."

Kepala anak pak lurah itu langsung pening." Gugurkan saja anak itu."

"Apa." Tentu saja wanita itu terkejut luar biasa mendengar perkataannya." Kau tega mas, ini anak darah dagingmu sendiri."

"Aku belum siap punya anak tahu." Bentaknya dengan suara keras. Gadis itu terkejut dan langsung menangis sesenggukan.

Melihat reaksinya maka Agus langsung saja pergi meninggalkan Pratiwi yang hanya bisa menangis. Hatinya makin sakit ketika Agus sebelum pergi meninggalkan sejumlah uang.

Malam harinya Agus sendiri langsung pergi ke ibukota diantar oleh pakdhe nya. Ia sendiri santai saja, ia yakin kalo kekasihnya itu akan menuruti perintah nya karena Pratiwi selama ini selalu menurut.

Sayangnya di Jakarta susah juga mendapatkan pekerjaan sesuai kemauan nya. Uang kiriman dari bapaknya sendiri malah lebih sering dihabiskan berfoya-foya dengan Clara, pacar barunya dan tak mengindahkan perkataan pakdhe nya.

Tentu saja pak lurah dahlan geram membaca telegram dari kakaknya itu dan langsung mengultimatum anaknya untuk pulang kampung dan memberikan dua pilihan. Menjadi pedagang di pasar Brebes atau mengikuti pemilihan kepala desa karena memang dia sudah tidak bisa mencalonkan diri lagi.

Agus berfikir, ia tidak bisa bisnis berdagang jadi akhirnya ia memilih untuk mengikuti pemilihan kepala desa. Iapun lalu pulang dijemput oleh bapaknya.

Betapa terkejutnya ia ketika melihat Pratiwi ternyata masih mengandung. Ia tentu saja marah besar apalagi ketika gadis itu masih tetap memintanya untuk menikahinya.

"Tak mungkin, aku tidak diijinkan menikah denganmu oleh bapakku."

"Kalo begitu, akan aku beritahu kepada warga desa kalo kamu yang menghamili ku." Ancamnya. Sebuah ancaman yang tentu saja bikin Agus marah. 

Akhirnya ia berbicara dengan ayahnya. Tentu saja Dahlan marah terhadap ulah anaknya. Akan kusuruh Satria mengawininya dengan hadiah uang banyak, dengan begitu kau selamat, dan juga kudengar ia juga menyukai anak sialan itu, begitu saran ayahnya.

Agus tidak terlalu setuju, sebabnya ia takut kalau-kalau nanti Tiwi tetap buka mulut sementara pemilihan kepala desa tinggal beberapa bulan lagi dan ia harus fokus memenangkan hati warga agar terpilih, ada cela dikit saja bisa dimanfaatkan lawan untuk menyingkirkan nya.

Selain itu belum tentu gadis itu mau dikawini oleh Satria karena gadis itu keras kepala, disuruh menggugurkan kandungan juga tidak mau. Kalo temannya itu sih sudah pasti girang.

Akhirnya atas inisiatifnya ia lalu meminta ketiga temannya Herman, Satria dan Bayu untuk menghabisi nyawanya. Agar aman ia lalu menyuruh seseorang untuk menawar hasil tani pak Broto agar keluar rumah, dengan tujuan ketiga anak buahnya itu bisa lancar melaksanakan aksinya.

Tugas memang bisa dilaksanakan dengan lancar, gadis itu kehilangan nyawanya dan tidak bisa buka mulut. Akhirnya Agus pun tenang dan akhirnya menang menjadi kepala desa. Ia sendiri akhirnya menikah dengan Sumiati, seorang gadis dari Jogja yang ditemuinya saat pelantikan dirinya sebagai kades di kantor bupati.

Cuma satu hal yang tidak disangkanya yaitu arwah gadis tersebut bangkit dan kini membalas dendam dengan mengerikan. Ataukah benar dugaan polisi desa kalo ada hewan buas yang memangsa Bayu, rasanya tak mungkin. Ia lebih condong pada dugaan pertama apalagi sejak kemunculan roh gadis itu di rumah Herman yang bikin gempar orang satu desa.

Semoga saja Satria bisa menyuruh dukun sakti dari Sawojajar itu untuk mengenyahkan roh nya.

"Selamat malam pak lurah." Sapa seseorang membuat lamunan Agus buyar. Ia melihat siapa yang menyapanya dan ternyata Soetikno, petugas polisi desa yang datang dengan dua orang yang juga berseragam sama.

"Malam juga Tikno. Ada apakah kamu kesini, apakah kamu akan keliling kampung untuk keamanan?"

"Pak lurah tak usah khawatir, ada dua petugas lain yang keliling. Aku kesini karena ada hal penting lain." Ujarnya hormat biarpun polisi itu sebenarnya kurang suka dengan kepala desa itu yang angkuh.

"Hal penting apa, apakah pembunuh Bayu sudah tertangkap."

"Kami minta maaf pak kades, sampai sekarang belum bisa menangkap pembunuhnya, bahkan siapa tersangkanya juga terus terang kami tidak tahu."

"Kalo begitu, tak ada gunanya kalian kesini." Sindirnya membuat Soetikno bungkam biarpun dalam hati tentu saja ia jengkel.

Melihat keadaan sepertinya akan makin ruwet maka salah seorang petugas maju ke depan." Selamat malam pak kades, kami dari polres Brebes, kami kesini hanya ingin memberitahukan bahwa mobil bapak terlibat kecelakaan di daerah kami."

Apa, tentu saja Agus terkejut sekali." Kalian tidak salah orang bukan?"

"Apakah mobil kijang dengan nomor polisi ini milik pak kades?" Tanya polisi itu sambil menyebutkan plat nomor kendaraan." Mungkin pak kades tahu kartu identitas penduduk ini milik siapa, kami menemukan ini di dompet milik korban yang mengemudikan mobil kijang itu."

Tentu saja lurah Agus makin terkejut melihat KTP itu atas nama satria, dan lebih shock lagi ketika petugas berseragam itu bilang kalo ia sudah meninggal karena kecelakaan lalu lintas.

"Mas mau kemana?" Sumiati istrinya muncul ketika Agus memberitahu ia akan pergi malam begini. Perutnya membesar karena ia sedang hamil tujuh bulan dan rencananya Minggu depan mau diadakan acara syukuran.

Ada perlu penting, begitu ujarnya lalu naik mobil pribadinya yang lain karena ia tidak mau ikut mobil patroli.

Ia hanya bisa terpaku saja ketika tiba di jalan raya Banjaranyar ketika melihat mobil kijang nya tampak ringsek berat berada di bawah pohon asem Londo. Bagian dashboard tampak remuk sampai ke kursi karena kuatnya tabrakan, darah tampak masih segar menetes tapi pengemudinya sudah tidak ada dan ia jelas tidak usah bertanya bagaimana kondisi anak buahnya itu. 

"Korban saat ini ada di rumah sakit Brebes pak kades." Ujar polisi yang membawanya.

"Bagaimana dengan pelakunya?"

"Ah, kondisinya tidak beda jauh dengan korban pak. Saat ini ia memang masih hidup di IGD tapi sepertinya nyawanya susah selamat karena kondisinya sangat parah. Dan mohon maaf pak lurah, melihat keadaan TKP jelas teman bapak itu masuk ke jalur kanan sehingga ia yang salah. Entah ia mabuk atau bagaimana."

Agus hanya diam dan termenung saja tidak mendengarkan penjelasan selanjutnya. Ia jelas terpukul, satu persatu teman temannya mati dengan mengenas, entah bagaimana ia mendapat hukuman.

"Aku letih letnan, aku harap kalo tidak ada hal penting lagi aku ingin pulang dan istirahat."

"Ah silahkan pak kades, untuk sementara semua data yang kami perlukan sudah bapak jawab, jika nanti ada sesuatu yang kurang aku harap bapak berkenan memberikan informasi. Aku juga hendak pergi."

"Pergi kemana letnan?" Tanyanya sambil lalu.

"Desa Sawojajar pak, ada sebuah pembunuhan terjadi disana. Seorang kakek-kakek dibunuh oleh seorang pemuda tanggung. Heran juga, konon kabarnya hubungan mereka baik apalagi kakek itu menurut kabar angin ia seorang dukun sakti yang sering menolongnya."

Detak jantung Agus langsung mengencang mendengar hal itu, berarti tugas yang diemban satria gagal, baik dia maupun dukun yang dihubunginya sama-sama mati. Tapi ia diam tak bicara lalu pergi. Letnan itu juga bergegas menuju ke mobil patrolinya dan melaju berlawanan arah dengan tujuan kepala desa Kaligangsa itu.

Di jalan pikiran Agus makin kalut sehingga ia menyupir kurang fokus, untungnya hari sudah jauh malam sehingga jalan raya itu sepi. Ia coba konsentrasi agar tidak terjadi hal yang buruk.

Akhirnya di pertigaan Krapyak ia belok kanan menuju desanya. Jalan penghubung Krapyak ke Kaligangsa sunyi sepi apalagi ini hampir tengah malam. Sepanjang jalan ia hanya berpapasan dengan dua orang pengendara motor saja.

Tiba-tiba mesin mobil kijang nya berhenti. Tentu saja ia heran. Agus coba menstarter mobilnya tapi gagal. Dicoba lagi dua tiga kali masih sama hasilnya.

Heran batinnya, bukannya bensin masih banyak, sebulan yang lalu juga baru di servis mesinnya tapi kok bisa mogok. Mana daerah sunyi lagi, tidak mungkin minta pertolongan penduduk untuk mendorong, lagian tengah malam dalam keadaan gelap gulita. Untungnya bulan purnama ada di langit menerangi dengan cahaya terangnya.

Ia buka kap mobilnya dan coba melihat-lihat dengan lampu senter. Tak ada yang aneh, semuanya tampak normal, tidak ada kabel yang putus atau apa.

Dengan kesal ia tutup kembali kap mobilnya dengan keras. Ia coba masuk ke dalam lagi, siapa tahu bisa menyala.

Saat hendak masuk mobilnya itulah ia mendengar suara jeritan menyayat seorang wanita minta tolong. Ia segera saja mengedarkan pandangannya mencari asal suara. Akhirnya ia bisa tahu juga, dibawah pohon beringin tampak tiga sosok sedang memegangi seorang gadis yang tergeletak dimana ia menjerit minta tolong.

Kalo saja pikiran Agus sedang jernih mungkin ia merasa aneh tapi karena ingin menolong maka ia langsung saja kesana. Betapa terkejutnya ia ketika melihat gadis yang meronta-ronta itu adalah Pratiwi.

A..apa, langkahnya langsung berhenti. Tiga orang itu menengok dan detak jantung kepala desa itu langsung berdetak kencang dan nyalinya menciut. Dibawah sinar bulan ia mengenali ketiganya sebagai anak buahnya tapi kini dengan kondisi mengerikan. 

Herman sekujur tubuhnya dibungkus kain kafan kecuali mukanya tampak sedikit berdarah akibat jatuh dari jurang. Bayu juga memakai kain kafan tapi lehernya tampak bolong, begitu juga mukanya rusak separuh, begitu juga salah satu matanya hilang. Yang paling mengerikan satria, tubuhnya tampak remuk dan darah masih menetes keluar dari tubuhnya.

Pratiwi tertawa nyaring, ia segera bangun dan langsung berdiri di depan ketiga mayat hidup itu. Ketiganya menyeringai seakan melihat sudah siap mencabik-cabik tubuh kepala desa itu.

Bersambung

Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

86 komentar untuk "Kekasih dari alam kubur part enam"

  1. Suuueeee Beneerrr!! Semua ini memang gara2 lurah sialan...Udah bikin hamil eehh malah dibunuh..😬😬

    Terus imbasnya gue kena getahnya...🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️ Terus lanjutannya gimana? Kalau tuh Lurah nggak mati kan suuueee banget..🙄😳😳😳

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin lurahnya habis berguru sama bapaknya pak Dahlan yang suka main rongdo.😂

      Hapus
    2. Ayo kang Sat bikin cerpen balasan 🤣🤣🏃‍♂️

      Hapus
    3. Biasanya atas saya ini hobi banget bikin cerpen begitu.🤣

      Hapus
    4. kalo aku kira lurah agus mungkin gak akan mati, karna dia yang buat cerita wkwkwk

      Hapus
    5. Makanya khanif buat cerpen sama Miranda Nif, biar bebas berduaan dengannya.😄

      Hapus
    6. Saya rasa mas khanif ngga bakalan berani bikin cerpen yang tokohnya dia sama Miranda, Mas.

      Hapus
    7. Setuju sama atas ane 😅😅

      Hapus
    8. Cie, tumben nih atas saya setuju.😅

      Hapus
    9. Habis dapat transfer 10k soalnya, dari higss_domino 🤣

      Hapus
    10. Masih main domino, kang?
      Terakhir saya main domino saldonya ada tiga puluh enam sekian, kang

      Hapus
    11. Wah, saldonya bisa diambil buat pulsa mas

      Hapus
    12. nah biasanya ada tuh yang bikin cwrpen tandingan tapi tokohnya agak dinganukan hahahahha

      三三ᕕ( ᐛ )ᕗ

      Hapus
    13. eh iya ya, yang bikin cerpen ini mau menyelamatkan biang keroknya, kabooorrrrr :D

      Hapus
  2. Mungkin akhirnya tuh Lurah mati, Dan Desa itu kembali damai karena telah diganti dengan Lurah yang baru yaitu Kembarannya Khanif.....Namanya Lurah Khana.🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa sih, sepertinya lurahnya bakal selamat karena salah satu tokoh utamanya.😄

      Hapus
  3. Akhirnya di part enam ini Satria mati juga tapi matinya enak banget tabrakan bukan diganyang Pratiwi.. wkwkwk.. tinggal biang keladinya, Agus. Akankah dia selamat dari ganyangan Pratiwi dan tiga anak buahnya yang sudah jadi arwah penasaran?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebaiknya kita tunggu episode selanjutnya

      Hapus
    2. Yang lebih enak lagi mah kalo matinya di ranjang lagi bergoyang mas.🤣

      Hapus
    3. Kayaknya bergoyang karena habis digoyang mas.😂

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  4. Surti remaja anak bapak kades dan si tejo jejaka baru aja mudik, mereka saling mencinta sejak lulus sd hingga kini beranjak gede.

    Mereka melapas rindu dipematang sawah hingga malam selimuti desa.

    Mirip demo memasak Tejo berakting didepan Surti.. pasang.. pasang.. lala.. Surti menjerit serentak menutup matanya.

    ***

    Telegram sudah ada kah dijaman itu 😅😅😅

    Hmm, kasian Satrio sdh mau tobat tapi tetap di habisi, Tiwi bner2 tak ber-kepri-hantuan 🤣🤣

    Aduh pliss Tiwi, lurahnya jgn dihabis juga, dibikin jadi orgil aja lurahnya, hihi.. bisa kan hantu membuat org jadi orgil, tuh matiin mesin mobil aja bisa, akinya suak disedot mahluk halus 😅😅

    Menarik gan, lanjut episode berikutnya. 🤣👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Telegram sudah ada sejak tahun 1920an , diciptakan oleh Samuel F.B. Morse, jadi tahun 1980an telegram sudah ada kang.😄

      Hapus
    2. Telegram Versi kertas...🤣🤣🤣🤣 Tapi akhirnya berguna juga era sekarang meski dengan sistem yang beda..😊😊

      Hapus
    3. Kang jaey mah ngga kenal telegram kertas yang biayanya per huruf kang.😂

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    5. Oh pengin reinkarnasi jadi Anita Mui ya, kirain aku pengin reinkarnasi jadi wafer nabati.🤣

      Hapus
    6. Boro2 tau telegram kertas, Aplikasi telegram aja saya taunya baru beberapa bulan ini 🤣

      Anita Mui, nama makanan kah.

      Hapus
    7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    8. Dulu kadang aku kirim telegram kertas biayanya satu huruf Rp 50 termasuk juga tanda Koma, titik, jadi kalo kirim 100 karakter kena 5ribu, padahal harga nasi sama telor itu cuma 500 rupiah.😂

      Anita yang kerja di MUI kang.😅

      Hapus
    9. Mbul, bukannya Anita memang masih hidup.🤔

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kalo suka kirim pulsa 50k mbul.🤣

      Kenapa suka part 1, 3 dan 6 mbul, apa ini nomor cantik buat kode togel.😅

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  6. Min, cuma mau nitip salam...salamin buat wanita cantik yang bajunya kebasahan (basah kuyup) karena keujanan di bale-bale sawah dan pipinya memerah seperti tomat itu ya Mas..

    (✪ω✪)/✌

    katakan aku padanyaaaaah # ??

    三三ᕕ( ᐛ )ᕗ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah siapa wanita cantik yang bajunya kebasahan itu? 🤔

      Oh Miranda ya, nitip salam sama mas khanif saja.😄

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. 🙄🙄🙄

      Kaboorrr 🚶🏃💨

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  7. Bentar mas ya, aku kerja dulu. hehe belum sempat baca. wait

    BalasHapus
  8. Kak, Sawojajar mana sih? Aku lho tinggal di dekat jl. Sawojajar. Haha... ngakak aku.
    Padahal, aku yakin sih, kita beda jauh. Tapi, kasihan ya dukun di desa Sawojajar dibunuh. Huhu...

    Cerita mistis pasti berawal dari hal-hal jelek gini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sawojajar mana ya? Sepertinya Sawojajar Jawa tengah mbak Shandy.😄

      Namanya cerita karangan mbak, kalo cerita mistis dari hal hala jelek, harusnya para koruptor sudah didatangi mbak Kunti ya.😂

      Hapus
  9. Si pratiwi ini sepertinya belum selesai urusan duniawinya, jadi semua jadi korban,..heem, akhir ceritanya bikin ngeri dah, kalau lagi makan sebaiknya jangan baca dulu, he-he,..good story mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi kalo urusan duniawi nya belum kelar si Tiwi tidak pulang-pulang koh, bagaimana kalo banyak hutangnya, gentayangan terus dong.😱

      Hapus
    2. kayaknya yang punya hutang pak lurah wkwkwkw

      Hapus
  10. judulnya saja menyeramkan....
    ada pula tentang pembunuhan ... serem...

    BalasHapus
  11. Hadiiirrr, tapi telat mas, udah part 6 ternyata. Kirain baru part 1 hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kang Andy baru kelihatan, kemana saja selama ini? 😃

      Hapus
  12. pokoknya di part 7 lurah agus harus koid, aku aja yang gak salah-salah apa ikutan koid, masa lurahnya enggak !! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha, pulsanya belum masuk maka request nya ditolak mas.🤣

      Hapus
  13. Ha ha .... Istri Pak Kades sedang hamil 7 bulan. Pantasan dia mau cepat2 pulang. Selamat malam minggu, Pak Kades. Salam literasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pak kadesnya lagi malam mingguan Bu haji.😄

      Hapus
  14. Ikutan nunggu eposide berikutnya barangkali pak lurah ko id di episode 7

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya rasa pak lurah ngga bakalan mati paling-paling pak lurahnya insyaf dan disuruh mangkal..hihihi

      Hapus
    2. Kalau di film barat biasanya bos penjahat yang jadi pahlawannya, bisa jadi Pak Lurah jadi pahlawan bagi warga karena berhasil mengusir roh jahat xixi

      Aku bela Pak Lurah karena dalam cerita, si Jaey satu2nya tokoh yg selamat wkwk!

      Hapus
    3. Di Part 7 masukin juga Budi mas Agus terus habisi juga dia 🤣🏃‍♂️🏃‍♂️

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    6. Nah lho, jangan bikin nangis anak orang kang jaey, soalnya permennya habis.😂

      Hapus
    7. Waduh, iya deh ganti jadi Roh manis dalam bis 🤣

      Hapus
    8. Roh manis dalam lift kali, kang..hihihi

      Hapus
    9. Bingung pilih roh manis dalam bis ataukah lift? 🤔

      Pilih rongdo sajalah yang aman.😂

      Hapus
    10. kalau gitu aku pilih rongdo juga, biar ditraktir wedang ronde 🤣

      Hapus
    11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    12. Emang mbul sekarang Rongdo??.😱

      Hapus
  15. Tebakanku, nanti si agus juga akan mati dibunuh pratiwi :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga penasaran, Agus nanti mati dicekek Pratiwi enggak ya? 😱

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  16. Selaluuuu deh pas sedang seru2nya 🤣. Aku curiga nih si pak lurah ga dihabisin di cerita :D.

    Cepetaaan bikin sambungannya mas. Jadi siapa kah yg bisa ngalahin Pratiwi 😁?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Waduh mencurigakan, kenapa ngasih kasih sayang...😱

      Hapus
  17. Semua ini karena Pak Lurah
    kasian si Tiwi jadi belum bisa tenang
    tapi si Sat udah tobat kasian juga si
    ini bukan sawojajar Malang kan latarnya haha

    BalasHapus
  18. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum selesai nulisnya mbul, mungkin bentar lagi karena sudah 50% jadi.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  19. Sengaja nggak mau ngintip part lanjutannya dulu, tapi jadi makin menebak-nebak, kira-kira endingnya gimana ya? :D

    Btw, ternyata si Pratiwi juga sih yang mau mau aja ama anak pak lurah, duh Tiwi... Tiwiii...
    Akhirnya kan kacau semuanya

    BalasHapus
  20. Pratiwi jahat bangett ya.. 🙃 "lahh kok malah Pratiwi yg dijahatin.. padahal kan dia korban, Bay??" yaa orang fia ngebunuh manusia tak bersalah juga gehh...

    Tapi ini semua karena Agus Kades sih.. wkwk 🤣🤣 maunya enaknya doang. Dikasih anak malah nyuruh digugurin.. ckckck

    Otw Part 7.. 🥳🥳

    BalasHapus
  21. Yaaaaah ki Jokonya matiiii... Kenapa dibunuh mas Aguuusss? why oh why

    BalasHapus