Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kekasih Dari Alam Kubur

 


Hari sudah hampir Maghrib ketika Herman hampir tiba di kampung halamannya. Ia baru pulang dari kota karena ada sebuah urusan penting. Ah sial, kalo saja bukan lurah Agus yang menyuruh, mana mungkin ia mau ke kota dan harus pisah sementara dengan Ningsih, janda muda incarannya. 

Semoga saja benar kepala desa itu mau ke rumah orang tua Ningsih untuk melamarnya untuknya. Karena iming-iming itulah ia mau ke kota, biarpun cuma sehari saja sih.

Memasuki daerah perkebunan ia menghentikan kendaraannya berupa motor Honda yang dikasih pak lurah. Entah kenapa ia pengin kencing, mungkin karena kebanyakan minum tadi waktu di kota.

Sebenarnya ia ingin segera pulang ke rumah lalu ke rumahnya Ningsih, tapi entah kenapa rasa ingin buang air kecil nya tidak bisa ditahan.

Segera saja ia melipir ke pinggir jalan lalu kencing sepuasnya di sebelah pohon beringin. Ia memandang ke depan, sebuah tanah yang agak menurun atau bisa juga disebut jurang, yang agak temaram karena matahari sudah turun di balik bukit sana. Desa Kaligangsa tempat tinggalnya memang berada di daerah agak tinggi sehingga ada beberapa tanah yang naik turun.

Agak lama juga kencing lelaki berusia 30 tahun itu. Sambil melihat pemandangan yang mulai gelap karena temaram, entah kenapa tiba-tiba ia teringat dengan kejadian sepuluh tahun lalu, dimana di tempat ini Herman berbuat sesuatu bersama dua temannya.

10 tahun lalu pada suatu malam ia bersama dengan dua temannya yaitu Satria dan Bayu disuruh ke rumah Agus, anak dari pak Dahlan, lurah desa tersebut. Mereka berempat memang cukup akrab karena dulu satu sekolah SD, cuma bedanya Agus saja yang bisa melanjutkan sekolah sampai kuliah dan mendapatkan gelar sarjana, beda dengan dirinya yang hanya sampai SMP. Satria dan Bayu malah cuma lulus SD saja.

Ternyata maksud Agus mengundang tiga temannya itu karena ada suatu pekerjaan yaitu agar mereka membunuh Pratiwi. Tentu saja Herman, Satria dan Bayu agak kaget karena mereka tahu kalo Tiwi adalah kekasihnya, kok malah mereka disuruh melenyapkan nyawanya.

"Sudah, kalian tidak usah banyak mulut. Ini uang untuk kalian, kalo berhasil nanti aku tambah satu lagi." Ujar Agus sambil melempar satu gepok uang 50 ribu.

Melihat tumpukan uang berwarna biru itu maka tanpa banyak cakap lagi mereka menyanggupi. Tapi Satria yang agak naksir Tiwi bertanya." Tapi Den Agus, bagaimana kalo sebelum ia dibunuh, bolehkah kami bersenang-senang dulu dengannya." Katanya dengan suara rendah, agak takut-takut, maklum majikan mudanya itu galak.

Agus melihat ketiga temannya, yang langsung mengkeret ketakutan terutama Satria. Ia menyeringai." Terserah kalian, yang penting ia mati dan tidak boleh ada saksi mata, mengerti!!!." Ujarnya lalu segera masuk kedalam rumah. Yang ditanya langsung mengangguk. Mereka tidak ada yang berani bertanya lagi.

Tentu saja mereka bertiga kegirangan. Ditengah kegelapan malam maka mereka segera bertindak.

"Man, menurutmu kenapa majikan kita itu ingin pacarnya itu mati sih. Sungguh sangat mengherankan." Kata Bayu membuka percakapan saat mereka bertiga berjalan di tengah sawah. Rumah target yang mereka tuju memang ada di pinggir sawah.

"Entahlah Bay, aku juga tidak tahu. Mungkin ia bosan dengan nya." Jawab yang ditanya sekenanya.

"Kalo bosan mana mungkin lah. Ia tinggal pergi seperti meninggalkan kekasih kekasihnya yang dulu." Kata Satria yang memang mengenal betul tabiat majikannya.

"Ah sudahlah, tak usah dipikirin. Uangnya kita bagi sekarang yuk." Kata bayu.

"Alah takut amat kamu Bay, memangnya aku akan kabur apa." Satria yang bawa uang melotot marah sehingga Bayu diam." Yang penting sebelum Tiwi dihabisi, aku dulu yang menggarapnya, setelah itu terserah kalian hehehe."

Sementara itu di pinggir sawah, di sebuah gubuk seorang gadis muda sedang termenung, siapa lagi kalo bukan Pratiwi. Ia sedang memikirkan pembicaraan dengan bapaknya tadi sore.

Tadi sore ia memang akhirnya berterus terang pada bapaknya kalo dirinya sudah hamil. Tentu saja bapaknya kaget bukan main dan juga marah. Lebih kaget lagi ketika ia tahu kalo bapak dari bayi yang ada dalam kandungan anaknya itu berasal dari orang yang disegani di desa tersebut.

"Aduh celaka nak. Kenapa kamu bisa hamil sama Agus. Kamu tahu, ia pasti tidak akan bertanggungjawab."

"Aku sudah mengancamnya pak, kalo ia tidak mau menikahi ku, maka akan aku sebarkan aibnya."

Tentu saja bapaknya tambah kaget." Aduh celaka nak, kenapa kami nekad begitu. Agus itu anaknya pak lurah, kepala desa Kaligangsa. Ia pasti tidak akan tinggal diam kalo nama baiknya tercemar, bapaknya juga pasti tidak sudi punya mantu orang melarat seperti kita. Besok kamu harus pergi ke rumah bibimu yang ada di kota, demi keselamatan mu."

"Memangnya kenapa pak."

"Ah sudahlah, yang jelas kenapa kamu begitu ceroboh, aku takut kamu kenapa-napa."

"Kenapa tidak lapor polisi saja pak."

Bapaknya menggelengkan kepalanya." Percuma nak, polisi juga pasti berpihak pada mereka. Sudah kamu jangan membantah, besok kamu segera pergi ke rumah bibimu di kota Brebes. Duh, kenapa kamu cari gara-gara sih."

Pratiwi hanya bisa diam saja. Sejak ibunya meninggal saat dirinya SMP memang hanya bapaknya itulah satu-satunya anggota keluarga. Ada bibinya tapi menikah dengan orang kota. Tapi bagaimana dengan kandungannya, pasti bibinya akan bertanya-tanya, bagaimana ia harus menjawab, batinnya gundah.

Kegundahan hatinya makin bertambah ketika habis Maghrib ada seorang pedagang yang datang menawarkan padi milik bapaknya. Terjadi tawar menawar dan bapaknya harus pergi sebentar dengannya. Jangan kemana-mana, begitu pesan bapaknya.

Karena dalam rumah bambu ia hanya sendirian maka Pratiwi lalu keluar ke dangau yang ada di pinggir rumah yang biasa dipakai bapaknya untuk berteduh atau istirahat. Sebenarnya ini salahnya juga, kalo saja ia tidak terpikat dengan tutur kata Agus dan sikapnya yang manis tentulah semua kegundahan ini tidak terjadi.

Bulan purnama yang terlihat di langit tidak mampu meredakan kegundahannya. Gadis itu mengelus-elus perutnya. Maafkan ibumu ini nak batinnya. 

Saat sedang melamun itulah dilihatnya di pinggir sawah ada orang yang menuju dangau tersebut. Apakah Agus, seperti dulu saat ia merayunya untuk berhubungan intim disini saat bapaknya pergi? Hatinya berdebar walaupun rasanya tidak mungkin setelah mereka bertengkar hebat tadi pagi.

Debaran hatinya makin kencang ketika ia melihat sosok itu bukan hanya seorang tapi beberapa orang. Segera saja ia berlari menuju ke rumah nya tapi tidak sosok itu yang tidak lain adalah Bayu, Herman dan satria langsung lari mengejarnya.

Tiwi berhasil masuk ke rumahnya lebih dulu. Ia segera mengunci pintu depan dengan kencang, terdengar sebuah suara tendangan keras. Beruntung pintu itu dibuat dari kayu yang kuat sehingga tidak jebol. Tapi sepertinya orang diluar tidak menyerah, mereka menendang-nendang lagi dan lagi.

Keadaan ini tentu saja membuat hatinya takut bukan main. Ya Allah, kenapa bapak lama sekali, bagaimana caranya aku bisa kabur. Berteriak minta tolong juga sepertinya percuma, rumah tetangga jauh dari sini, suaranya tidak akan terdengar.

Tiba-tiba gadis muda itu ingat. Segera saja ia berlari ke belakang untuk kabur lewat pintu belakang, tapi betapa terkejutnya ia ketika seseorang sudah ada disana. Ah, kenapa ia bisa masuk, apa mungkin bapaknya tadi lupa mengunci pintu.

"Halo sayang, akhirnya aku bisa mendapatkan mu juga." Pemuda didepannya yang bukan lain adalah Satria menyeringai. tentu saja ia girang, gadis yang diincarnya akhirnya bisa didapatkan nya.

"Mau, mau apa kamu mas satria." Katanya ketakutan. Melihat sikapnya jelas ia tidak bermaksud baik.

"Aku mau apa." Satria tertawa senang, apalagi mangsanya itu sudah ketakutan." Aku menginginkan dirimu sayang. Kalo kamu bisa memuaskan ku di ranjang maka mungkin aku akan membatalkan rencana ku semula."

"Kamu jangan macam-macam Satria, aku ini calon istrinya mas Agus." Gadis itu mencoba menggertak.

Pemuda itu tambah tertawa." Calon istrinya, hahaha, justru calon suami mu itu yang memintaku kesini untuk bersenang-senang dengan mu sayang."

Ya Allah, ternyata benar dugaan bapak. Mas Agus, tidak ku sangka hatimu kejam sekali, batinnya sambil menangis.

Satria segera menyergap gadis itu yang hanya bisa menjerit-jerit ketika ia menariknya ke atas ranjang. Satria hanya tertawa tawa ketika gadis itu memberontak menghujani tubuhnya yang kekar dengan pukulan, tapi tawanya berubah jadi jeritan ketika tendangan kaki gadis itu mampir di tengah selangkangan nya dengan keras.

Kesempatan ini segara dimanfaatkan oleh gadis itu untuk kabur dari pintu belakang. Tepat setelah gadis itu keluar, pintu depan akhirnya bisa didobrak oleh Herman dan Bayu.

Tapi sayangnya mereka berdua kecele, karena bukan gadis cantik itu yang mereka dapatkan, justru temannya satria yang kesakitan sambil memegangi bagian bawah perutnya.

"Kenapa hanya melihat saja, cepat kejar gadis itu sebelum jauh." Teriak satria ketika melihat temannya malah hanya melihatnya.

"Kenapa kamu tidak bilang mau lewat belakang, kan kami tidak perlu capek dobrak-dobrak pintu. Mau enaknya saja." Gerutu Herman yang sebenarnya ingin juga mencicipi gadis rupawan itu.

"Sudah, tidak usah bertengkar, yuk kita cari ia sebelum kabur jauh." Bayu menengahi. Herman setuju lalu segera keluar bersama Bayu, diikuti pula oleh Satria yang larinya tidak terlalu kencang. Maklum, perabotan bawah perutnya masih ngilu.

Tiwi lari secepat mungkin keluar dalam kegelapan malam, apalagi dari kejauhan tampak manusia-manusia durjana itu juga mengejarnya. Sayangnya karena panik, tujuannya ke rumah penduduk tapi malah ia semakin jauh. Hal ini disadarinya ketika di kejauhan ia melihat sebuah pohon beringin besar yang ada di pinggir jalan, pohon yang merupakan penanda kalo hendak keluar masuk Desa Kaligangsa.

Celaka batinnya. Maju terus juga tidak mungkin karena desa terdekat masih jauh, mana harus lewat kebun yang gelap, balik lagi berarti bertemu dengan tiga manusia yang ingin merusak kehormatan nya dan juga menginginkan nyawanya. Tak ada jalan lain karena kiri kanan tebing yang curam.

Akhirnya ia putuskan lari saja, tapi sayangnya para pengejarnya berhasil mengejarnya ketika sampai di bawah pohon beringin itu. Maklum mereka bertiga tidak mau kehilangan buruannya, yang berarti bisa menerima hukuman berat jika gagal.

"Bunuh saja aku, tapi tolong jangan rusak kehormatan ku." Teriaknya ditengah isak tangis sambil meronta-ronta tapi tampaknya percuma karena Herman dan Bayu sudah memegangnya dengan kencang.

Hahaha, Satria hanya tertawa." Tenang saja Tiwi sayang, aku tidak kalah jantan dari den Agus kekasihmu itu. Ayo Bayu dan Herman, kita bawa ke bawah pohon itu." Perintahnya pada dua temannya yang langsung mengangguk.

Begitulah, akhirnya tanpa berdaya ketiga manusia durjana itu memperkosa gadis yang sedang hamil muda itu secara bergiliran. Setelah puas melampiaskan nafsunya maka mereka lalu membunuhnya dengan cara melemparkan gadis itu ke tebing.

"Manusia-manusia keparat, aku pasti akan membalas dendam biarpun dari liang kubur." Teriakan Pratiwi menggema sebelum akhirnya hilang karena ia sudah mencapai dasar jurang.

Herman menggigil mengingat kejadian 10 tahun lalu itu. Ah, kalo saja ia tidak terburu nafsu mungkin ia tidak akan bertindak yang disesalinya sampai kini. Entah kenapa teriakan gadis itu kadang menghantuinya.

Ah persetan, tidak mungkin ada hantu di dunia ini batinnya lalu segera hendak ke sepeda motornya. Saat itulah baru ia sadar kalo dirinya masih kencing.

Astaga, bagaimana mungkin batinnya. Buru-buru ia hendak menghentikan kencingnya tapi sia-sia. Air kencingnya masih berhamburan dan kini malah bukan berwarna merah.

Darah, tidak mungkin batinnya antara takut dan terkejut. Ketakutannya makin besar ketika ia mendengar suara disampingnya. Suaranya seperti datang dari alam kubur.

Hermaannn...

Otomatis ia menoleh dan betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang gadis muda sedang duduk di motornya tepat di bawah pohon beringin.

Tiwi, Pratiwi... batinnya kaget.

Bagaimana mungkin, ia sendiri yang melempar gadis itu ke tebing bersama dengan dua temannya. Mayatnya juga ia lihat ketika keesokan harinya seorang pedagang yang kebetulan lewat melihat jenazah gadis itu di jurang lalu segera ke desa untuk memberi tahu. Herman yang melihatnya bersama penduduk desa pura-pura terkejut.

"Tidak mungkin. Kau, kau sudah mati." Desisnya ketakutan.

Gadis cantik itu tertawa nyaring tapi bikin bulu kuduk lelaki itu merinding." Aku masih hidup Herman, bukankah dulu disini kamu menggagahi ku dengan penuh nafsu. Hmmm, kini bahkan kamu sudah tidak sabaran ingin menggeluti ku lagi ya."

Barulah Herman sadar kalo ia masih kencing, yang mana airnya masih berwarna merah." Perempuan keparat, kau apakan aku." Teriaknya marah walaupun dalam hati ia sebenarnya ketakutan.

"Hihihi, kamu akan mati disini dengan berkubang air kencingmu sendiri yang berbau darah Herman." Desisnya penuh amarah.

Mendengar hal itu putus sudah nyalinya. Segara saja Herman berlari tanpa memperdulikan air kencingnya yang sudah membasahi celananya yang memang sengaja ia tutup.

Tapi baru beberapa langkah larinya, di depannya sudah muncul gadis itu menghadang di depannya. Nekad karena tidak ada jalan lain maka Herman menerkam ke depan dengan kedua tangannya ingin mencengkeram lehernya.

Tapi betapa kagetnya ia ketika gadis itu tiba-tiba menghilang. Jeritan segera keluar dari mulutnya karena ia ternyata menerjang masuk ke tebing yang ada di sampingnya.

Gadis itu tersenyum puas melihat kegelapan yang ada di bawah. Tubuhnya segera melayang ke pohon beringin. Ia memandang ke kejauhan dimana lampu-lampu rumah penduduk desa Kaligangsa berada.

"Mas Agus, Satria, Bayu, tunggulah pembalasanku."

Bersambung Part dua

Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

64 komentar untuk "Kekasih Dari Alam Kubur"

  1. Kirain saya, si Herman tokoh sentralnya ternyata cuma tokoh pendukung yang mati di episode awal.. hiks

    Semua gara-gara si Agus tapi untungnya si Satria memberitahu kalau dalangnya adalah Agus dan siap-siap aja Gus dapat labrakan dari Pratiwi..wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tenang, nanti Herman akan muncul lagi di episode selanjutnya, dengan syarat dikasih pulsa dulu 100k mas.🤭

      Ah, paling nanti Tiwi dikasih menyan sama kembang tujuh rupa oleh Agus udah manut.😆

      Hapus
    2. kecele ya mas her 🤭

      mas agus? lha memang mau dimandiin kembang tujuh rupa mas? 😳😱

      Hapus
    3. Tenang, Herman nanti tetap ada di part 2, soalnya pulsanya sudah masuk mbul.🤭

      Iya, Tiwi nya mau dimandiin sama Agus.😆

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas Agus makannya nasi uduk sama gorengan mbul.😋

      Eh iya ya, ini settingnya tahun 80an tapi kenapa ada duit 50 ribuan, mana segepok lagi, harusnya 10 ribuan saja yang gambarnya Kartini ya.😂

      Kurang tahu juga segepok 50 ribu ada berapa, tapi sekitar 200 ribu kali, soalnya tengahnya koran warna putih biar sama kayak duitnya.😆

      Wah si Agus keterlaluan ya, udah digoyang sekarang dibuang.😂

      #silahkan ke konter mbak kalo mau ngisi pulsa.😆

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Entah seminggu lagi atau lebih soalnya dikasih gorengan bakwan nya udah keras.😂

      Harusnya habis di goyang ya disayang, setelah disayang baru di buang eh ~

      Kaboorrr 🚶🏃💨

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    5. Kaciman Pratiwi dong...
      digoyang dulu, disayang...eh tetep dibuang 🥺😭

      harusnya disayang saklawaseeeee dong....disayang selama lama lama lama lamaa lamaaaa lamaaaaaaanya #ngomongnya pake nada suara spongebob

      "Sungguh terlaluuuuuuuh kamu Mas Agus." ujar Tiwi sambil mengelus dadanya dengan sabar kemudian perutnya dengan pelan...

      #malah nambahi dialog dewe aku hahahhaahaha

      Hapus
    6. Kok sekarang komentarnya dobel dobel.😂

      Coba jangan pakai WiFi mbak, mungkin itu sebabnya komentar masuk kotak spam.😀

      Hapus
    7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    8. Waduh jangan nangis, cup cup diem, ini permen 🍬🍬🍬

      Hapus
  3. Tiga orang itu jahaaat 😭😭 Kenapa sblm dibunuh harus ... ah sudahlah. Huhu.. Agus jg jahat sih, kan dia bayar buat menghabisi Pratiwi. Semoga dpt ganjaran setimpal deh mereka sama hantu penasarannya Pratiwi. Hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngga tahu tuh si Agus, habis manis sepah dibuang ya mbak.😂

      Hapus
  4. yaamplop.. Tega niaaan den Agus ini!!!! Sungguh terlaluuuu. Tiga temannya juga mau saja lagi nurutin perintah den Agus. Haduh haduhh... Tunggu saja pembalasan Tiwi yaaaa!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enaknya diapain ya tiga orang itu mbak Frisca, apa dijewer kupingnya.😆

      Hapus
    2. ga cukup mas Agus kalo cuma dijewer kupingyaaaa 😤

      Hapus
  5. kasian banget tiwi sudah hamil diperkosa terus dibunuh, pasti matinya gentayangan, jadi kuntilanak sundelbolong :D.. di tunggu episode selanjutnya mas agus :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Episode selanjutnya ada mas khanif juga lho. 😱🤣🤣

      Hapus
    2. wah mas nif jadi apa nih? kita tunggu saja episode selanjutnya 😃😊☺😄

      Hapus
    3. Aku kasih bocoran dikit deh khusus buat mbul, mas khanif nanti jadi tukang nasi uduk sama gorengan.😋

      Hapus
  6. Wih serem bikin begidik bacanya, sudah diperkosa, dibunuh, wanita hamil pula, saya jadi ikut takut juga sama 4 orang itu, hihi..

    Itu Herman pipisnya ga bisa berenti kah, berapa liter? 🤣

    Tiwi nya juga hebat, bisa bikin orang jadi terpipis2 ga brenti2 🤣

    Menarik, sisa 3 lagi penjahatnya, cara apalagi kah yg digunakan Tiwi untuk membalaskan dendamnya, apakah burung mereka dibikin sosis, hanya Tiwi yg tau 👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin Herman habis minum Amer jadinya pipisnya ngga berhenti.😂

      Kira-kira apa pembalasan dendam Tiwi ya, apa mereka bertiga disuruh mangkal.😆

      Hapus
    2. Betul, disuruh mangkal aja 🤣

      Hapus
    3. Apa mangkal di pulau Borneo ya.😂

      Hapus
  7. Waow ceritanya mantap huftt... Kasian tiwi udah di embat dibunuh lagi... Ditunggu kelanjutannya bang gus,, saya gak sabar pengen tau nasibnya tuh pria2 bejat....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sabar ya bang Alul, Minggu depan baru tayang.😄

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Waduh, maaf recehan habis mbul.😂

      Hapus
  8. Nenek tua ini jadi takut setelah membaca cerita horor begini, Rupanya Mas Agus spesialisnya cerita misteri. Ada saja bahan ceritanyua. Bagus dan mantap. Salam sukses di awal september.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngga misteri sih, genre komedi juga banyak kok Bu.😀

      Hapus
  9. Mantap bgt ceritanya, aku membayangkan sendiri setting tempat dan suasana 10 thn lalu itu, pastis erem bgt, tragis bgt nasibnya Pratiwi.

    Terus berarti selama 10 thn ini adem ayem aja gitu mas? Arwah Pratiwi baru menghatui Herman setelah 10 thn? Atau karna lokasinya yg pas bgt di TKP

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya juga ya, jadi 10 tahun ini arwah Tiwi kenapa diam saja ya, apa karena lagi sibuk berkarir dengan Tika T2 ya.😂

      Hapus
  10. Aku jadi terbawa brasa horornya...

    Ah, terlalu itu si Agus, jahat, jahaaaat..
    Tanganku gatel, jadi pengin nyakar2 satria n Agus🤣

    Kurang 3 lagi, kejar terus Tiwi..
    Jangan biarkan lolos👿

    Nih cerita mirip film horornya Taiwan..
    Semua laki yg perkosa akhirnya mati tragis....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha, kan Agus tidak merkosa mbak, kayaknya aman kalo Agus mah, paling satria sama Bayu nanti yang dikejar-kejar.😁

      Hapus
  11. Balasan
    1. Malah asyik bacanya malam Jumat kang, lebih syahdu.😄

      Hapus
  12. Wah, saya baca pas malam jumat pula. Moral cerita, Kalau kebelet kencing jangan di tengah perkebunan, sepi. Seru juga ceritanya. Salam sehat dan selamat beraktifitas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, kalo tidak di kebun lalu dimana dong.😱

      Hapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya sih tahu, Tiwi bahkan ngancem kalo ia akan beberkan rahasia itu pada warga desa, makanya Agus suruh tiga temannya untuk bunuh ia soalnya tidak mau nikahin Tiwi, tapi kalo digoyang mau.🤣

      Hapus
  14. Sereeeem, sadissss yaaa pembalasannya :D. Baguus nih mas Agus , horornya dapet :D. Ga sabar mau baca kelanjutannya. Pengen tahu pembalasan buat yg lain2nya gimanaa :).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tenang saja mbak Fanny, nanti akan muncul episode duanya setelah iklan iklan berikut ini.😆

      Hapus
  15. aku beri stand applause dulu
    selalu mas agus kalau buat cerpen aku jadi deg degan
    apalagi pas tiwinya mau kabur tapi ketangkep
    duh para pemuda durjana itu kudu disiksa disetrum tititnya
    eh wkwkwkkw

    tapi ngeri juga akhirna tiwi jadi hantu
    auto ingat suzzana akutu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya, kalo lihat arwah penasaran balas dendam kok ingatnya Suzanna terus. Mungkin karena ia yang paling legendaris dalam memerankan sundel bolong yang balas dendam.😄

      Hapus
  16. Sengaja bacanya siang-siang biar gak lari kayak Herman waktu ketemu Pratiwi. Berharapnya diakhir Herman terbangun dari mimpi gitu lho dan Pratiwi hanya tokoh khayalan si Herman, tapi kok tidak... duh, gak tega bacanya. Seperti menonton kasus pembunuhan, hiiiiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti Herman tukang ngayal ya Bu guru, begitu bangun tahu-tahu diatas kasur.😂

      Hapus
  17. Mas Agus, ini aku tak sekalian cerita disini aja ya.. 😁

    Aku tuh sebenernya udah baca part 1 ini dari kemarin malem sabtu mas. Pas mau tidur jam 11an malam. Baru smpe bagian Herman kencing keluar darah itu.. baru tak lanjut lagi skrang. Kemarin tuh bacaanku terhenti karena Caca di bawah ngeong2 nggak jelas gtu. Berhubung di rumah sndirian dan abis baca kisah pembunuhan sadis akhirnya tersugesti yang nggak2.. haha..
    Akhirnya Caca tak bawa naik.
    Terus tak lanjut tidur dehh .. wkwk 😁😆

    Btw seperti biasa cerita horrornya Top Markotop...
    Aku jelas dukung Pratiwi, balaskan dendammu Sistah.. jangan smpe ketiga orang bej*t itu lolos.. hahaha 🤣🤣 *ketawa jahat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwk kok bisa pas gitu ya, lagi baca cerpen horor kok ada kejadian horor, jangan jangan itu Caca yang dibawa itu bukan Caca asli.😱

      Hapus
  18. baca judulnya serem.... dan isinya bikin penasaran...

    # Mari kita baca lanjutannya... 😁👍

    BalasHapus
  19. Kok serem sih. Weleeh... sampai ke kegelapan. Tiwi... Namanya bagus lho. >,<

    BalasHapus
  20. Serem ih, beberapa ceritanya mulai horor nih mas Agus. Oke aku lanjut ke part dua. tungguin yak

    BalasHapus
  21. Kok merinding juga ya, jadi ingat Suzana, hehehe.
    Tapi kisah kayak gini sering ada dalam dunia nyata ya, pelakunya ya orang-orang kaya di desa, semena-mena terhadap orang biasa, akhirnya orang biasanya jadi luar biasa dengan jadi hantu hehehe.

    Btw, jadi pengen intip pohon mangga depan pagar, hiks, jadi takuttt hahahaha

    BalasHapus
  22. hadeh.baca pas malam2 nih, jd merinding jugaa...besok aja lanjutin ceritanya ah wwkwk

    BalasHapus
  23. hahaha.. seruuu..
    ku menangessss, jahat2 banget sih huhuhu..
    mang enak dihantui sama tiwi :D :D

    BalasHapus
  24. Wah sudah lama ga mampir, langsung ada cerbung misteri baru yang bikin baper sama Tiwi.. Hiks ga kebayang meninggal dalam keadaan hamil muda. Penyebabnya di bunuh atas suruhan pacar yang ga bertanggung jawab pula

    BalasHapus
  25. wowww untung bacanya sore begini, udah diniatin baca sore hehehe
    kayaknya dulu mas agus pernah nulis yang cewek dibuang dijurang, jangan jangan ini kayak semacam seri nya ya. Apa aku yang salah ingat

    BalasHapus
  26. Keren Bang, sungguh mengerikan pembalasan Tiwi pada Herman hehe

    Kecele itu apa ya Bang?

    BalasHapus
  27. Bismillah.. mulai baca dari bab pertama 😊😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tega banget... gegara uang segepok. Bisa sampe ngebunuh orang:((

      Apakah jangan jangan hal tersebut emang lazim di kehidupan nyata ya?

      Hapus