Cara mengetahui warung ramai pakai penglaris atau tidak untuk orang biasa (non indigo)
Sudah bukan rahasia lagi kalo warung bakso milik pak Ahmad yang ada di pojok jalan ramai sekali, biarpun baru buka jam 11 siang tapi kalo habis magrib dagangannya sudah habis. Padahal tempat makannya itu tidak terlalu bagus tapi anehnya selalu laris.
Tak heran kalo ada beberapa warga sekitar yang bicara kalo warungnya pak Ahmad itu pasti pakai pesugihan penglaris, salah satunya ya Khanif, yang kebetulan sedang kerja di proyek di timur ibukota Jakarta. Kontrakan nya sebenarnya tidak terlalu dekat dengan warung bakso itu tapi tiap pulang kerja proyek selalu lewat dan melihat beberapa pembeli antri sehingga bikin penasaran.
Sore ini pemuda itu sengaja ngobrol ke temannya Satria untuk membicarakan hal tersebut karena ia penasaran, mumpung kerjaan libur karena hari Minggu. Kebetulan temannya itu sedang nganggur leyeh-leyeh depan rumah kontrakan tempat dimana mereka tinggal sambil main hape dibawah pohon mangga ditemani semilir angin sore plus satu gelas kopi hitam.
Setelah basa basi sebentar tentang kerjaan di proyek plus disambung kandidat capres pemilu 2024 nanti, akhirnya Khanif berani ngomong hal tersebut yang mengganjal di hatinya.
"Kang Satria tahu warung bakso pak Ahmad tidak?"
"Ya tentu saja kenal Nif, biarpun aku tidak terlalu beli baksonya tapikan kita sering lewat warung. Tumben nih ngomongin itu, apa kamu mau traktir aku makan bakso ya?"
Khanif hanya nyengir." Enggak kang, aku juga tidak terlalu suka bakso."
"Lha, terus ngapain ngomongin warung itu?"
"Gini lho kang, menurut si Ruslan teman kerja kita di proyek yang merupakan warga sini. Katanya warung pak Ahmad itu pakai penglaris atau semacam pesugihan gitu lah, makanya usahanya bisa ramai sekali. Sehari bisa habis 400 mangkok, padahal harganya 15 ribu."
"Tahu dari mana kamu kalo habis 400 mangkok dalam sehari Nif? Emang kamu nongkrongin terus?"
"Saudara si Ruslan ada yang kerja di tempat itu kang, padahal tempat makannya biasa saja karena aku pernah ke sana, tapi herannya kok bisa ramai benar ya." Ujar pemuda itu penasaran.
"Lha, terus apa hubungannya sama aku Nif? Memangnya kau kira aku ini Dukun apa, bisa tahu hal gaib seperti itu?"
Pemuda itu kembali nyengir." Ya enggak kang, cuma kang Satria kan pintar, biasanya tahu segala macam. Nah, aku mau tanya, bisa tidak kang, orang awam atau biasa seperti saya ini tahu kalo suatu warung yang ramai itu pakai penglaris atau tidak."
"Aku rasa wajar kalo warung makan pakai penglaris agar dagangannya ramai, misalnya ke kyai atau ustad dengan doa dan air putih. Namanya juga usaha."
"Kalo itu mah aku tidak masalah kang. Yang aku maksud, itu warung yang pakai penglaris semacam pesugihan Buto Ijo agar warungnya ramai sekali. Nah, aku kan bukan indigo atau orang yang bisa melihat makhluk halus. Ada tidak caranya untuk orang awam tahu warung yang pakai pesugihan seperti itu?"
Yang ditanya manggut-manggut. "Punya rokok dua batang enggak Nif, tapi yang kretek ya."
"Oh, caranya biar tahu suatu warung itu menggunakan penglaris pakai rokok kretek ya kang, apa asapnya di tiup ke warung itu?" Seru Khanif antusias.
"Ya enggak, hanya mulutku asem dari tadi pulang kerja belum ngerokok."
Jancok makinya tapi ia keluarkan juga sebungkus rokok kretek 234 dari sakunya.
Setelah menghisap rokok dan menyemburkan asapnya barulah Satria yang merupakan teman sekolahnya khanif dulu itu bicara." Sebenarnya ada caranya Nif biar orang biasa tahu suatu rumah makan atau warung bakso pakai jimat atau tidak. Caranya ada tiga macam."
Lelaki muda itu kembali antusias." Caranya apa saja kang?"
"Pertama, jika rasa makanan yang di makan ditempat itu beda jauh dengan jika dibawa pulang ke rumah. Jadi kita misalnya makan bakso disana kok enak sekali bahkan pengin nambah, tapi begitu dibungkus dan dibawa pulang kok rasanya biasa atau malah tidak enak."
"Oh begitu ya"
"Tapi itu juga bukan hal mutlak sih, bisa saja rasa makanan berubah karena faktor lain yaitu karena dimasukkan ke plastik atau styrofoam rasanya memang sedikit berubah karena bahan pembungkusnya, jadi agak bau sedikit gitu. Bisa juga makanan itu jadi tidak enak karena bau-bau omongan tetangga tentang warung itu."
Hehehe, ia hanya tertawa saja disindir begitu.
"Terus cara kedua gimana?"
Teman karibnya itu menghisap rokoknya dulu baru melanjutkan." Yang kedua adalah dengan melihat dapurnya, apakah tertutup atau terbuka. Biasanya warung yang pakai penglaris itu selalu tertutup. Dapurnya hanya untuk pemilik warung saja bahkan pembantu atau pegawainya saja tidak boleh masuk."
"Wah mencurigakan ya kang, apa mungkin di dapur tertutup itu ada pocong atau pesugihannya yang sedang kerja agar makanan nya enak ya?" Tambah khanif.
"Ya enggak juga Nif. Siapa tahu dapurnya tertutup karena ada alasannya. Kamu tahu sendiri kan kalo dapur buat masak itu biasanya kotor dan berantakan, jadi sengaja ditutup agar pembeli tidak lihat sehingga nafsu makannya hilang."
"Lha, tapi itu kenapa pegawainya tidak boleh masuk dapur?"
"Kamu itu su'udzon melulu, siapa tahu itu agar tidak ada pegawainya yang melihat bumbu rahasia yang bikin makanan enak. Kamu tahu kan, kadang ada pegawai yang pengin tahu rahasia bumbunya apa, setelah tahu lalu bikin warung saingannya, dekat lagi. Jadi siapa tahu pak Ahmad sengaja merahasiakan nya agar warungnya tetap laris."
Mendengar penjelasannya pemuda itu jadi kecewa." Yah, kirain bisa tahu caranya."
Melihat sahabatnya itu kecewa maka Satria ketawa." Kan masih ada cara ketiga Nif, dan aku jamin cara ketiga ini manjur."
"Ah masa sih kang, jangan-jangan cara ketiga itu nyuruh aku jadi Indigo dulu agar bisa lihat makhluk gaib."
"Ya tidaklah Nif, kan ini tipsnya untuk orang awam. Lagian kalo kamu jadi indigo paling indigonya ingin digoda rongdo nya Miranda."
Khanif jadi tertawa mendengarnya." Tapi sayangnya cintaku ditolak kang."
"Yah, baru ditolak sekali saja sudah nyerah, Cemen amat. Pepet terus Nif, lama-lama ia akan mau juga, percaya deh."
"Memang cara ketiga apa kang? Awas beneran bisa untuk orang biasa dan manjur ya." Jawabnya mengalihkan perhatian temannya dari membicarakan janda muda yang disukainya.
"Oh iya." Ujar Satria." Cara ketiga dijamin ampuh Nif. Kamu bisa langsung praktek kalo sudah aku kasih tahu caranya."
Khanif makin antusias mendengarnya." Memang caranya apa kang?"
Satria menghabiskan rokoknya dulu barulah ia menjawab.
" Cara ketiga ini ialah dengan bertanya langsung pada pak Ahmad, apakah ia pakai pesugihan/penglaris atau tidak. Jika dia jawab iya berarti pakai, tapi kalo tidak ya kemungkinan enggak. Tapi kamu harus siap sedia, siapa tahu pak Ahmad bukannya menjawab pertanyaan mu tapi malah marah dan kamu disiram kuah panas dari dandang hahaha."
Jancoook~
TAMAT
Kalau tanya langsung si boleh aja mas
Kan namanya klarifikasi
Nanti sekalian endorsin yang punya warung
Ditulis gede
warung Ini Free Penglaris, Murni Usaha sendiri hehe
mas agus mbul masih ingat ini pasti keinspirasi dari postingan si khanif yang bahas nasgor ama kwetiaw rebus ฅ(^・ω・^ฅ)
tapi ngomongin makanan dibungkus pake styrofoam mbul ga gitu suka mas...iya ew rasanya jadi lain kayak pas abis diciduk dari kualinyah..tapi ada pula yang mbul ga sreg yaitu kalau modelan kuah misal mie ayam atau baco yang dibungkus tapi kok pake kresek...kresek pink sih atau yang putih...tapi bayangan mbul kalau kresek ntuh lain ama plastik yang buah bungkus makanan langsung...
etapi mbul jadi kepengen maem bakso mas...yang kuahnya kentel..dikrutin saos kecap n sambel ampe banjirrrr hwaaaa..ntabh buah ujan ujan n dingin dingin mendung
ฅ(=චᆽච=ฅ)
Tapi betul juga tuh, cara jitu ya tanya langsung, sambil goyun mungkin bertanyanya "Rame bener pak, pake penglaris yee?" 😅 tapi sebelum bertanya siapin tameng dulu atau pake baju IronMan biar pas disiram kuah panas bisa menangkis, atau tanya lewat WA biar aman, wkwk
Tips nya Mas Satria masuk akal banget, nih. Tentunya yang paling simpel dan dijamin keakuratannya adalah dengan pakai cara ketiga... dengan resiko teraniaya. 🤣🤣🤣🤣
😁😁😁
nice posting
ya meskipun ada yg pakai penglaris, yg gk pakai tapi tetp laris jadi sering dianggap pakai pelaris.
Pernah juga denger cara yang pertama, tapi seperti Satria bilang, berubahnya rasa makanan bisa jadi ada faktor lain, tapi pastinya ngga akan jauh-jauh amat.
Klo rasanya beda dibungkus dan bawa pulang, susah jg klo skrng jaman udah orang senengnya nge gofood n grabfood ya, yg ada ntr malah ga laku 😁
Kalau menurut saya mungkin karena kalau makan di tempat kan masih segar dan panas, kalau dibawa pulang udah dingin, beda rasanya.
Belom lagi kalau dibungkus kan mesti terkontaminasi rasanya dengan bungkusannya ya.
Paling mudah memang tanya langsung, sambil siapin payung sebelom diguyur air bakso wakakakakaka
Btw aku sbnrnya penasaran juga cara membedakan nya gimana mas. Kalo dulu aku ada asisten yg bisa melihat. Dia bisa tahu tuh mana yg pake penglaris mana yg ga. Tp udh resign orangnya. Asisten 1 lagi ga bisa melihat. Jadi kalo skr sih, aku based on feeling ajalah 😄. Kalo memang enak, ya sudah anggab aja bener hahahah
astagahhh "jancok" dijawabnya
tapi emang bertanya adalah salah satu cara paling manjur, dimana aja pokoknya, mau pinter ya nanya ke guru, mau nanya arah jalan ya nanya ke warga sekitar. The power of nanya
kalau di kotaku, dulu sempet rame bakso laris bukan karena isu pesugihan, tapi karena emang enak dan terakhir-terakhirnya katanya pake daging tikus, hyaaaaaaa
langsung drop pengunjungnya, waktu itu memang agak gimana gitu untuk pembuktiannya, warga umum kayak aku yang taunya cuman dari cerita orang-orang aja, tanpa melihat langsung proses dibelakang layarnya
Warung pinggir jalan, punya banyak karyawan dan gajinya gede untuk ukuran pelayan.
Di sini juga suka muncul desas desus mengenai pesgihan pada satu tempat makan yang rame. Allahualam.... yg penting kita sih kalau makan jgn lupa baca Bismillah ya. Hehehe
Salam hangat selalu Mas...
Sumpah luar biasa ceritanya ��
yang ada ditempeleng sama pak ahmadnya.. :D
pake tamplet apa kak, comel banget