Dilema sebuah cinta
Daftar Isi
Eny menggelengkan kepala." Maaf, hari Minggu aku ada keperluan. Lagipula tempatnya jauh."
"Oh ya sudah, kirain kamu mau menemaniku kesana, soalnya teman-teman lain juga tak mau, jauh katanya." Katanya. Setelah basa-basi sebentar ia pun pergi.
Setelah temannya pergi, Eny segera mengambil kartu undangan tersebut. Ia tak percaya, ia mencoba mengusap matanya beberapa kali, berharap itu salah tapi nama yang tertera tetap nama Ardi Nata dan Diana.
Teganya kau kang Nata, bisik hatinya hancur. Tak terasa air matanya pun jatuh meluncur deras.
Air yang meluncur deras pula yang menjadi awal perkenalan Eny dan Nata. Saat itu sedang hujan dan sialnya karena terburu-buru berangkat kuliah tadi pagi ia lupa membawa payung. Sudah lama ia berteduh tapi hujan masih belum reda juga hingga ia menjadi agak menggigil kena angin dingin.
"Hai, mau kuantar." Sapa seseorang. Eny menoleh dan ia mengenalnya. Dia dalah Ardi Nata, kakak kelasnya dari jurusan keuangan di kampus yang sama. Ia membawa payung.
"Ah tidak. Tak usah, makasih Kang Nata." Jawabnya.
"Tak usah takut. Saat ini sudah pulang semua kok yang lain." Sahutnya." Kulihat kamu sudah dari tadi berteduh saja."
Karena kang Nata agak memaksa, maka dengan berat hati Eny menerima. Mereka berdua pun pulang bersama dibawah guyuran hujan dengan sebuah payung.
Tak ada yang spesial dari kejadian itu baginya. Tapi sejak kejadian itu Ardi Nata dan Eny jadi sering bertemu dan dekat, terutama disaat Eny sedang galau karena putus dengan Herman, maka ia mencurahkan isi hatinya pada kang Nata. Entah mengapa ia merasa nyaman, apalagi kang Nata pandai merayu dengan kata-kata manis dan juga humoris, beda dengan Herman, kekasih sebelumnya.
Eny tahu kalo kang Nata sudah punya kekasih. Kang Nata sendiri terus terang kalo ia sudah memiliki pacar, tapi saat ini mereka sedang tidak bersama, ia berada di Jakarta sedangkan Diana, pacarnya berada di Yogyakarta untuk kuliah juga.
Sejak saat itu mereka diam-diam menjalin hubungan spesial, tentu dengan sembunyi-sembunyi karena Eny takut disangka merebut pacar orang. Hubungan itu terjalin hingga mereka hampir lulus kuliah.
Pernah suatu waktu ia mendesak agar kang Nata memutuskan Diana agar bisa serius dengannya. Kang Nata hanya tersenyum saja. Eny tak berani mendesaknya karena takut ditinggalkan olehnya.
Hingga suatu waktu kang Nata memberi kabar ia akan pulang kampung ke Jawa tengah. Ada keperluan keluarga dan mungkin agak lama, katanya lewat pesan WhatsApp. Eny hanya mengiyakan dan berpesan hati-hati di jalan. Ada sekitar dua Minggu ia pulang dan ketika datang ia memberikan kabar mengejutkan.
Orang tuaku mendesak harus menikahi Diana sehabis wisuda nanti, katanya. Eny tentu saja merasa dunia runtuh dan menangis sejadi-jadinya, apalagi saat kang Nata memberi tahu kalo sebenarnya Kang Nata dan Diana sudah bertunangan sejak lama.
Melihat Eny menangis tersedu-sedu tentu saja Kang Nata merasa bersalah. Segera ia memeluknya dan membujuk dengan kata-kata manis. Bujukan itu akhirnya berhasil dan ia bahkan pasrah saja ketika kang Nata menciumnya dan membuka pakaiannya, dan....
Sejak saat itu mereka berdua makin intens bertemu, tentunya masih dengan diam-diam. Beruntung bagi Eny akibat hubungan terlarangnya dengan kang Nata tidak sampai membuat ia berbadan dua sehingga tidak mengganggu aktivitas kuliahnya hingga dia selesai di wisuda. Tapi biarpun lulus kuliah tapi Eny merasa hampa karena sebentar lagi ia akan kehilangan orang yang ia cintai. Ingin ia bisa menghentikan waktu agar ia bisa terus bersama dengannya. Tapi sayangnya itu tak mungkin, hingga datanglah surat undangan pernikahan kang Nata yang dikirim oleh temannya.
Setelah temannya pergi, Eny segera mengambil kartu undangan tersebut. Ia tak percaya, ia mencoba mengusap matanya beberapa kali, berharap itu salah tapi nama yang tertera tetap nama Ardi Nata dan Diana.
Teganya kau kang Nata, bisik hatinya hancur. Tak terasa air matanya pun jatuh meluncur deras.
Air yang meluncur deras pula yang menjadi awal perkenalan Eny dan Nata. Saat itu sedang hujan dan sialnya karena terburu-buru berangkat kuliah tadi pagi ia lupa membawa payung. Sudah lama ia berteduh tapi hujan masih belum reda juga hingga ia menjadi agak menggigil kena angin dingin.
"Hai, mau kuantar." Sapa seseorang. Eny menoleh dan ia mengenalnya. Dia dalah Ardi Nata, kakak kelasnya dari jurusan keuangan di kampus yang sama. Ia membawa payung.
"Ah tidak. Tak usah, makasih Kang Nata." Jawabnya.
"Tak usah takut. Saat ini sudah pulang semua kok yang lain." Sahutnya." Kulihat kamu sudah dari tadi berteduh saja."
Karena kang Nata agak memaksa, maka dengan berat hati Eny menerima. Mereka berdua pun pulang bersama dibawah guyuran hujan dengan sebuah payung.
Tak ada yang spesial dari kejadian itu baginya. Tapi sejak kejadian itu Ardi Nata dan Eny jadi sering bertemu dan dekat, terutama disaat Eny sedang galau karena putus dengan Herman, maka ia mencurahkan isi hatinya pada kang Nata. Entah mengapa ia merasa nyaman, apalagi kang Nata pandai merayu dengan kata-kata manis dan juga humoris, beda dengan Herman, kekasih sebelumnya.
Eny tahu kalo kang Nata sudah punya kekasih. Kang Nata sendiri terus terang kalo ia sudah memiliki pacar, tapi saat ini mereka sedang tidak bersama, ia berada di Jakarta sedangkan Diana, pacarnya berada di Yogyakarta untuk kuliah juga.
Sejak saat itu mereka diam-diam menjalin hubungan spesial, tentu dengan sembunyi-sembunyi karena Eny takut disangka merebut pacar orang. Hubungan itu terjalin hingga mereka hampir lulus kuliah.
Pernah suatu waktu ia mendesak agar kang Nata memutuskan Diana agar bisa serius dengannya. Kang Nata hanya tersenyum saja. Eny tak berani mendesaknya karena takut ditinggalkan olehnya.
Hingga suatu waktu kang Nata memberi kabar ia akan pulang kampung ke Jawa tengah. Ada keperluan keluarga dan mungkin agak lama, katanya lewat pesan WhatsApp. Eny hanya mengiyakan dan berpesan hati-hati di jalan. Ada sekitar dua Minggu ia pulang dan ketika datang ia memberikan kabar mengejutkan.
Orang tuaku mendesak harus menikahi Diana sehabis wisuda nanti, katanya. Eny tentu saja merasa dunia runtuh dan menangis sejadi-jadinya, apalagi saat kang Nata memberi tahu kalo sebenarnya Kang Nata dan Diana sudah bertunangan sejak lama.
Melihat Eny menangis tersedu-sedu tentu saja Kang Nata merasa bersalah. Segera ia memeluknya dan membujuk dengan kata-kata manis. Bujukan itu akhirnya berhasil dan ia bahkan pasrah saja ketika kang Nata menciumnya dan membuka pakaiannya, dan....
Sejak saat itu mereka berdua makin intens bertemu, tentunya masih dengan diam-diam. Beruntung bagi Eny akibat hubungan terlarangnya dengan kang Nata tidak sampai membuat ia berbadan dua sehingga tidak mengganggu aktivitas kuliahnya hingga dia selesai di wisuda. Tapi biarpun lulus kuliah tapi Eny merasa hampa karena sebentar lagi ia akan kehilangan orang yang ia cintai. Ingin ia bisa menghentikan waktu agar ia bisa terus bersama dengannya. Tapi sayangnya itu tak mungkin, hingga datanglah surat undangan pernikahan kang Nata yang dikirim oleh temannya.
* * *
Tiga tahun sudah sejak ia ditinggal oleh Nata. Walaupun awalnya perih dan sulit tapi akhirnya Eny bisa menjalani hidup dengan baik. Untuk mengobati sakit hatinya ia menerima Budi, salah satu teman akrabnya ditempat dimana ia bekerja sekarang. Walaupun Budi tidak seromantis Nata tapi ia baik hati dan selalu setia mengantar dan menjemput ia bekerja. Walau sejujurnya hatinya masih belum bisa melupakan Nata. Apalagi ia mendapat kabar dari temannya kalo Nata dan istrinya sekarang sudah membuka sebuah usaha restoran, dimodali oleh mertuanya, Tentu mereka sudah bahagia.
Hingga sebuah pagi datang sebuah pesan WhatsApp.
Tumben mas Budi pagi-pagi sudah chat, batin Eny sambil mengambil handphonenya.
Selamat pagi my love, begitu isi chat itu. Deg, langsung bergetar hatinya ketika membaca pesan itu. Ia mencoba melihat pengirim pesan itu dan tak salah lagi memang dari kang Nata. Memang itu kebiasaan dia sejak dulu dan itu yang membuat ia sulit melupakan dirinya.
Ada apa. balasnya.
Awalnya ia meminta maaf telah menyakiti hatinya. Selanjutnya ia berkata ingin menjalin hubungan sebagai teman. Eny hanya diam tak membalas. Tak lama kemudian ia malah mengirim chat romantis dan rayuan gombal nya.
Ingat kang, kamu sudah beristri. Jawab Eny sengit lantas segera menutup chat, bahkan segera memblokirnya. Ia masih sakit hati karena ditinggal pergi.
Tapi ternyata ia masih datang lagi. Saat itu Eny telah membuka blokir nomernya dan melihat-lihat chat mereka yang dulu. Ada rasa bahagia ketika ia membacanya, terutama kalo setelah chat, tiba-tiba ia datang diam-diam.
Ting tong, bel dirumahnya berbunyi.
Siapa sih, kok tumben malam-malam ada yang bertamu, batinnya.
Dan betapa terkejutnya ia ketika membuka pintu. Kang Nata ada didepannya, lengkap dengan bunga mawar di tangan kanan, adapun tangan kirinya dibelakang, tentunya dengan sebuah coklat seperti biasanya.
Awalnya Eny mengingatkan kalo sekarang sudah malam dan tak sopan bertamu di sebuah rumah perempuan sendirian walaupun dalam hati sebenarnya ia berdebar-debar senang. Kang Nata berkata kalo ia hanya mau bicara 10 menit saja, dan kalo lebih dari 10 menit ia boleh mengusir nya.
Dan seperti sudah diduga, ia kembali merayu. Aku sebenarnya tidak bisa melupakanmu, begitu rayunya dan macam-macam kata manis lainnya. Eny yang sebenarnya masih mencintainya akhirnya kalah dan menyerah.
Sejak saat itu mereka lebih sering bertemu, tentu tanpa setahu Budi dan juga Diana, istrinya. Ternyata kang Nata hendak membuka cabang restoran di kota tempatnya berada. Aku memilih kota ini agar bisa dekat denganmu my love, bisiknya yang membuat hatinya makin berbunga-bunga.
Tentu saja situasi ini membuat hatinya bingung. Di satu sisi ia merasa bersalah pada Budi dan tentunya istrinya Kang Nata, tapi disisi lain tak dipungkiri kalo ia sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan kang Nata. Apakah ia harus mengakhiri hubungan ini ataukah???
Hingga sebuah pagi datang sebuah pesan WhatsApp.
Tumben mas Budi pagi-pagi sudah chat, batin Eny sambil mengambil handphonenya.
Selamat pagi my love, begitu isi chat itu. Deg, langsung bergetar hatinya ketika membaca pesan itu. Ia mencoba melihat pengirim pesan itu dan tak salah lagi memang dari kang Nata. Memang itu kebiasaan dia sejak dulu dan itu yang membuat ia sulit melupakan dirinya.
Ada apa. balasnya.
Awalnya ia meminta maaf telah menyakiti hatinya. Selanjutnya ia berkata ingin menjalin hubungan sebagai teman. Eny hanya diam tak membalas. Tak lama kemudian ia malah mengirim chat romantis dan rayuan gombal nya.
Ingat kang, kamu sudah beristri. Jawab Eny sengit lantas segera menutup chat, bahkan segera memblokirnya. Ia masih sakit hati karena ditinggal pergi.
Tapi ternyata ia masih datang lagi. Saat itu Eny telah membuka blokir nomernya dan melihat-lihat chat mereka yang dulu. Ada rasa bahagia ketika ia membacanya, terutama kalo setelah chat, tiba-tiba ia datang diam-diam.
Ting tong, bel dirumahnya berbunyi.
Siapa sih, kok tumben malam-malam ada yang bertamu, batinnya.
Dan betapa terkejutnya ia ketika membuka pintu. Kang Nata ada didepannya, lengkap dengan bunga mawar di tangan kanan, adapun tangan kirinya dibelakang, tentunya dengan sebuah coklat seperti biasanya.
Awalnya Eny mengingatkan kalo sekarang sudah malam dan tak sopan bertamu di sebuah rumah perempuan sendirian walaupun dalam hati sebenarnya ia berdebar-debar senang. Kang Nata berkata kalo ia hanya mau bicara 10 menit saja, dan kalo lebih dari 10 menit ia boleh mengusir nya.
Dan seperti sudah diduga, ia kembali merayu. Aku sebenarnya tidak bisa melupakanmu, begitu rayunya dan macam-macam kata manis lainnya. Eny yang sebenarnya masih mencintainya akhirnya kalah dan menyerah.
Sejak saat itu mereka lebih sering bertemu, tentu tanpa setahu Budi dan juga Diana, istrinya. Ternyata kang Nata hendak membuka cabang restoran di kota tempatnya berada. Aku memilih kota ini agar bisa dekat denganmu my love, bisiknya yang membuat hatinya makin berbunga-bunga.
Tentu saja situasi ini membuat hatinya bingung. Di satu sisi ia merasa bersalah pada Budi dan tentunya istrinya Kang Nata, tapi disisi lain tak dipungkiri kalo ia sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan kang Nata. Apakah ia harus mengakhiri hubungan ini ataukah???
Tamat
Atauuu????...Tahu tanya aja dah sama si Eny...Mau ke Budi atau Nata Atau Kembali merajut cinta bersama Hermansyah.🤣😋😋
Apes lg Bu Eny.. kalo ga dikerjai hantu ya dilema 😅
Lebih baik pilih Nata aja, tinggalin Budi, Budi kayaknya sudah punya pacar juga, si Bintang 😅
(sori bro gw nambahin sendiri.hahaha .....biar hidup si Kang Nata selalu berwarna gitu.hahaha.)
Tpiiii...Gimana Endingnya yah, kalau seandainya suatu saat Si Eny bilang dng Nata :
" Mas Aku Telat Dua Bulan "
Trus Si Diana juga berkata " Mas dua bulan lagi anak kita lahiran loh... ".
Saya yakin si Nata bakal berkata " :......!!!
" Ahhh...untung cuma Mimpi Doang ".😆😅😆😆
Ngga nyangka, kang nata buaya juga, padahal sudah punya istri tapi masih ngerayu Budi, eh Eny wkwkkwk..🤣
Oh jadi memang Eny ama Kang Nata itu aslinya ada hubungan tapi udah berakhir, ckckckck, gitu mereka masih komen-komenan di bloh *eh apa sih ini maksud nya? hahahaha
Saya pikir, Eny better sendiri dulu sampai bisa betul-betul ambil sikap, melupakan Nata dan mengatur perasaannya kembali :>
Sekian, hehehe.
Si Eny ga kalah bandel.
Ini type cewek dan cowok paling ga paling aku suka, hahaha.
Aku ga suka punya teman-teman macam mereka ini.
Sudah ya....end saja :D
Yah, saya jadi emosi kan gegara ceritanya mas agus. Tapi bagus sih, berhasil bikin saya sebel😁