Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menunggu durian jatuh


Aku menghabiskan masa SMP di sebuah kota kecil di Jawa tengah. Tidak ada hal yang terlalu spesial dalam kehidupanku saat itu. Kegiatanku sama seperti remaja lain pada umumnya: sedikit bolos, datang ke sekolah lebih pagi untuk mengerjakan PR di kelas sebelum jam pelajaran dimulai, makan gorengan empat ngakunya dua, mulai mencoba melirik-lirik lawan jenis, dan hal-hal konyol lainnya.

 Di sekolah, aku bukan termasuk murid populer. Tapi, yaaaa, tidak bisa disebut murid kuper juga sih. Aku punya beberapa teman yang cukup dekat. Kebetulan beberapa temanku memang tinggal di rumah yang saling berdekatan.

Seperti anak remaja pada umumnya, kami sering melakukan hal-hal yang dilakukan bersama-sama, misalnya mancing ikan di sungai, naik sepeda bareng ke pantai yang kebetulan hanya berjarak 15 km dari desa, tapi yang paling disukai adalah mencari durian jatuh.

Desa tempat tinggalku memang masih memiliki banyak kebun. Salah satu yang ditanam ya durian, selain mangga atau nangka. Kalo lagi musim panen maka dijalan raya banyak yang jualan. Beberapa bakul yang punya modal biasanya menjual di kota besar, seperti Jakarta agar mendapatkan untung lebih.

Setiap musim durian maka Aku, Satria, dan Budi punya kegiatan yang sama yaitu mencari durian yang jatuh. Agar aman maka biasanya kami mencarinya di malam hari, soalnya kalo nyarinya habis subuh udah ngga ada, keduluan orang lain.

"Bud, nanti malam ke kebun pak amrana yuk." Ajakku saat sedang nongkrong di warung Bu Ijah.


"Mau cari durian nih." Jawab Budi

"Iyalah. Kemarin saat aku jalan-jalan kulihat duriannya sudah pada matang. Pasti banyak yang jatuh. tapi kalo bisa jangan terlalu malam ya." Sahutku." Kamu mau ikut ngga kang satria?"

" Tentu dong. Tapi ingat baginya yang adil ya." Jawab satria. Aku hanya nyengir saja. maklum, Minggu kemarin aku sengaja ngumpetin satu buah durian, untuk aku kasih pada Eny, adik kelas yang aku taksir.

"Jam 9 seperti biasa atau bagaimana?" Kata Budi

"Waduh, aku kayaknya belum selesai ngerjain PR kalo jam segitu. Bagaimana kalo jam 10 aja." Sahut satria. Aku dan Budi maklum karena satria biasanya kalo sore suka kelayaban. Akhirnya disepakati kalo kami kumpul di rumah Budi saja, soalnya rumah dia yang paling dekat kebun pak amrana.

Jam 9.30 aku hendak keluar rumah. Bapak malarang keluar karena sudah malam, apalagi ini malam Jumat. Tapi aku bersikeras dengan alasan yang tak mungkin ditolak bapak yaitu ada PR yang tidak ku mengerti dan butuh bantuan Budi. Bapak akhirnya nyerah dan berpesan kalo jam 11 harus sudah pulang. Kalo tidak maka pintu rumah ngga akan dibuka. Aku hanya mengangguk saja lantas mengeluarkan sepeda menuju rumah Budi. Ternyata Budi dan satria sudah menunggu, tentu dengan senter lampu di tangan.

Kami segera saja menuju ke kebon durian pak amrana.

Entah mengapa malam itu suasananya sunyi sepi, padahal biasanya lumayan rame biarpun sudah jam 10. Mungkin karena habis hujan kali pikirku.

Entah mengapa malam ini kami agak sial, sudah kami putari kebon pak amrana yang ada di pinggir sungai tapi tak mendapatkan sebuah durian pun, padahal biasanya kami dapat lumayan banyak, bisa lima atau empat durian, paling hanya beberapa mangga saja yang jatuh. Aku malas mengambil , sementara satria memungut beberapa, lumayan buat rujak.

"Pulang aja yuk." Kataku ketika aku lihat jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 11.

"Alah, bentar lagi napa." Sahut Budi." Kalo nanti ngga dibuka, kamu nginap saja dirumahku."

Aku hanya bisa setuju saja. Aku dan teman-teman menunggu di pojok kebun sambil makan beberapa mangga tapi tetap saja tidak ada durian jatuh. Akhirnya setelah jam 12 kami putuskan untuk cabut saja.

Saat kami hendak pulang itulah tiba-tiba terdengar suara benda keras jatuh.

Aku, Budi, dan satria tentu saja girang. Biarlah satu juga tak apa-apa dari pada tangan kosong. Kami segera menuju sumber suara.

Di tanah terlihat sebuah benda bulat sebesar bola voli. Satria maju ke depan hendak memungutnya, tapi ia berteriak keras dan tiba-tiba lari sekencang-kencangnya.

Aku dan Budi tentu saja heran. Budi yang membawa senter segera menyoroti benda itu dan kami pun berteriak histeris.

Di tanah, benda yang kami kira durian jatuh itu ternyata sebuah kepala. Iya kepala manusia saudara-saudara, tanpa ada badannya. Kepala itu melotot kepada kami berdua. Aku ingin segera lari, tapi entah mengapa badanku kaku tak bisa bergerak, bernafas saja susah, dengkul gemetaran. Beruntung Budi segera menarik tanganku. Saat ditarik itulah tenagaku kembali ada dan kami segera berlari tunggang langgang.

Saat sedang lari itulah tiba-tiba kakiku tersandung. Aku terjatuh nyungsep ke tanah. Aku mencoba bangun sambil melihat apa yang membuatku jatuh dan badanku langsung gemetaran. Ternyata ada sebuah tubuh manusia lengkap kecuali tak ada kepalanya. Entah sejak kapan ada, padahal tadi waktu kami memutari kebun mencari durian tak ada apa-apa selain pohon saja.

Tubuh itu tiba-tiba bergerak dan bangkit. Aku seperti hendak semaput, beruntung datang Budi dan satria. Aku segera di seret mereka berdua karena tak bisa lari lagi saking takutnya. Beruntung kami bisa sampai di rumah Budi. Kami segera menggedor pintu sekencang-kencangnya sehingga orang tuanya tentu saja marah, tapi melihat kami bertiga yang pucat pasi akhirnya mereka tak jadi marah. Aku bersyukur tak terjadi sesuatu apapun kecuali celanaku yang basah. Kulihat ternyata satria pun celananya basah, bahkan lebih parah, kecuali hanya Budi saja yang nafasnya ngos-ngosan.

Esok paginya baru kami cerita apa yang terjadi semalam. Orang tua Budi tentu saja terkejut. Akhirnya mereka cerita kalo lima belas tahun yang lalu ada sebuah mayat hasil mutilasi yang dibuang di kebun pak amrana. Yang dibuang hanya badannya saja tanpa kepala. Kami tentu saja merinding dan akhirnya kapok untuk berburu durian jatuh lagi, bahkan saat siang hari pun kami ogah disuruh ke kebun pak amrana.

Tamat
Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

61 komentar untuk "Menunggu durian jatuh"

  1. ini kisah nyata sob? hiiii, kok ane yg baca ikutan merinding ya... gmn kalo ngalamin sendiri...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini kisah nyata apa ngga ya? Coba tanya kang satria aja. :v

      Hapus
  2. nama temenya kayak gak asing bang, kayak pernah denger dimana gitu :D.. tapi ceritanya lumayan serem juga ya, kalo gw yang disitu pasti juga gak bisa gerak, bisa-bisa malah pngsan dulu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bang satria kan kenal, yang jadi admin satriamwb yang tutorial tentang rongdo itu lho. :v

      Hapus
    2. Jangan ngomong sue aja kang, ntar nganu lho..😄

      Hapus
  3. Ini efeck kebanyakan posting film horor kali yee..😂😂

    Masih kecil hobi nyari durian jatuh ..

    Sudah besar hobinya belah duren yaa kang, Tahu Duren apa Durian atau Duran Duren.😂😂😂😂🏃🏃🏃

    BalasHapus
  4. Tu kan, makanya jangan suka bohongi orang tua
    Lagian enak dirumah, sambil nonton tive, kenapa keluar hanya demi durian runtuh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngga tahu tuh, Budi sama Satria sukanya kelayaban..😂

      Hapus
  5. Wow, it's also creepy looking for a fallen durian.
    😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you Mr.
      (Soalnya ga paham ngomong apa..😂😂😂)

      Hapus

    2. Ok, course it makes them give up , Mr Suga.

      Hapus

    3. Jawaban kamu salah jae, masa dilarang merokok. Jawabannya. Itu mister Suga , bilang woow, itu adalah hal yang sangat menyeramkan, berburu durian jatuh.

      Hapus

    4. Jujur, sebenarnya nama aslinya suta atau jaenudin sih? Namanya kok banyak amat tha ? Bikin puyeng, Oh mungkin itu karena tak pasang foto profil asli dan blognya banyak.



      kalau om yang pasang foto profil asli mahu namanya salju kek ?Dani kek ? Doni kek ? tetap bisa dikenali meski belum bertemu secara langsung. Terima kasih, assallammualaikum.

      Hapus
    5. Jaey juga ngga tau nama asli apa cuma nama blog..😂

      Hapus
    6. Walah kok bisa gitu tho, ya memang sih laki - laki Maya yang menekuni conten writer itu ya gitu deh? Tidak bisa dipercaya baik dengan nama aslinya, ataupun lainnya .

      Hapus
    7. Ngga semuanya begitu sih, tapi kebanyakan memang begitu.

      Menurutku sebaiknya dunia maya hanya jadikan sebagai hobi saja, utamakan dunia nyata saja karena itu lebih utama. Itu menurutku sih, soalnya kalo kita sakit atau butuh bantuan yang nolongin pertama pasti teman di dunia nyata.

      Hapus
    8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    9. Atas saya tukang hapus komen, haha.. 🏃‍♂️🏃‍♂️

      Hapus
    10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    11. Jaey, kalau saya tahu kamu belum kenal tari secara langsung makanya kamu suka meremehkan Tari. Soal coment Tari hapus itu memang mahunya Tari. Terus Tari bilang Tari penyanyi ya memang benar adanya tari penyanyi emang napa ? Kamu mahu bilang lagi tari penyanyi nakal gitu ? maaf jaey saya memangg penyanyi tapi penyanyi baik -baik dan gadis remaja baik -baik. terima kasih. saya bilang dengan sejujurnya supaya wahai laki - laki maya bisa membuka mata batinya untuk tidak terlalu meremehkan gadis remaja kayak Tari.

      Hapus
  6. Saya kira awalnya yang jatuh itu rumahnya tawon hahaha seperti dicerita kebanyakan, tapi justru kepala manusia. Seram amattt :)))

    Semoga bukan kisah nyata ya mas, jangan sampai lihat kepala betulan :/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya kira yang jatuh itu malah koper berisi duit mbak, lumayan lagi tanggal tua.😁

      Ini kategori cerita pendek, jadi memang hanya cerpen aja. :D

      Hapus
  7. Akal2an yg punya kebun aja tuh, mungkin itu hanya modifikasi robot yg dikendalikan dgn remote control 😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ini berarti ulah pak Nana ya, sungguh terlalu..😨

      Hapus
  8. ih ini kisah serem amat sih, kenapa harus digabung dengan durian, si buah kesukaan saya hahaha.

    Btw, nunggu durian jatuh juga serem kan, kalau kejatuhan buahnya duh nggak kebayang deh hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nyari durian jatuhnya juga pakai helm plus baju astronot kak, jadinya aman..✌️✌️

      Hapus
  9. asiik….dan makan weunaak….bau durian sampai jauuuuh

    BalasHapus
  10. Jadi, blognya Budi apa? :D

    Menakutkan apa lucu, ya? Menurut aku lucu sih cuma yg bikin takut kalau dikagetin. Kalau misal cuma lihat masuk kategori lucu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kisahbudi.blogspot.com kak, cuma sekarang lagi vakum, nyari rongdo katanya..✌️

      Ya, ada lucu dan takutnya gitu, kayak permen nano nano gitu.😄

      Hapus
    2. Ya ALLAH beneran ada blog-nya, padahal aku tadi nanyanya iseng :D Kalian bisa gitu ya berteman punya blog semua, hahaha.

      Apa aku saja yang ga punya teman :D

      Karena aku ga pernah di rumah kata Bundaku jadi ga ppunya teman, temanku ya orang-orang yang ku kenal di mana aku sekarang. Hahhaa

      Hapus
    3. Itu juga teman dunia maya kok kak, aku belum pernah ketemu baik sama Budi, satria, jaey atau Herman yang akrab diblog ataupun Facebook.

      Kalo di dunia nyata aku pernah ajak ponakan untuk bikin blog, tapi dia nyerah, ngga bisa ngisi kontennya katanya.

      Kalo teman di dunia nyata diajak bikin blog juga ngga paham, sukanya main FB aja.😁

      Hapus
  11. Itu kisah nyata apa bukan nih, kayaknya bukan ya, soalnya kategori cerita dewasa eh cerita pendek..😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. 100,

      Selamat, anda dapat piring cantik, silahkan ambil di toko terdekat ya, jangan lupa bawa duitnya.✌️

      Hapus
  12. Semoga saja cuma cerita fiksi, kalau beneran serem juga. hiiiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak kok cerita nyata kayak gitu, cuma kalo ini cuma cerpen.😄

      Hapus
  13. nunggu durian jaatuh aja udaah serem (takut ngejatohin kepala). ealah, ini malah yang jatoh kepala beneran. eh? apa jadi-jadian..
    sueeer, merinding sih bacanya, pengen ikutan kabur jugaa.. haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, aku malah lebih merinding kalo tanggal tua duit ngga ada mbak..😁🤣

      Hapus
  14. Nah iya sepi, Kang, kan malam Jum'at. Ngomong-ngomong ini cuma fiksi kan kang? Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tentu saja cuma fiksi, biarpun ada kok kejadian nyatanya

      Hapus
    2. Jadi ingat pernah lihat juga di dapur pas malam-malam. Gak kepala juga sih, Kang, cuma tangan doang.😱

      Hapus
    3. Ih, yang benar aja dong..😱

      Hapus
  15. Lumayan serem juga ceritanya..hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih serem blog yang ngga ada kolom komentar nya mas.😂😂✌️

      Hapus
  16. Lucu kalo baca. Tapi kalo ngalamin sendiri suer gak lucu deh hahaha

    BalasHapus
  17. kok yang ini ceritanya creepy juga mas haha

    BalasHapus
  18. kok bisa sampai celananya basah gan ?, ngak pakai " popok XL " gitu ? hahahah, bercanda.

    Eeee..kok nama satria dan Budi masuk juga, nama saya mana ? Request yah Om..., hihihih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kalo kang nata kayaknya cocoknya cerita romantis dan dewasa kali ya, yang ada adegan nganu nya.

      Tapi siapa ya pasangan nya? 🤔😄

      Hapus
  19. Ceritanya seem bangett tapi Ada Lucunya juga .... Gua kasih BintanG *****👍🙂

    BalasHapus
  20. Terenyata mas agus punya bakat bikin cerita horor, untung di tempat saya masih jarang orang nanam pohon durian, jadi saya nggak bakal kepikiran banget. He..he...😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha, disini malah ngga ada pohon durian, adanya belah duren..🏃🏃🏃

      Hapus
  21. lagi baca tebak tebakan eh mampir kesini pinter memang rika

    BalasHapus