Aplikasi AyoPoligami
Daftar Isi
Ditengah hari yang panas, satria dan Eny sedang sibuk di dapur. Maklum mereka sedang membuat kue dan makanan kecil untuk acara arisan sore harinya.
Eny memang sengaja membuat kue dan makanan kecil sendiri, alasannya agar lebih hemat daripada beli di toko, apalagi kalo ngutang di warteg nya Agus, bisa lebih mahal.
Satria, sebagai suami teladan tentu saja mendukung penuh ide istrinya, apalagi di saat tanggal tua seperti sekarang. Memang sih ada duit tapi kan tidak harus dihabiskan, lagipula belum tentu arisan nanti istrinya yang dapat.
Sedari tadi mereka hanya lebih banyak diam membuat makanan. Satria sedang membuat pisang goreng, sedangkan Eny sedang memotong wortel untuk lumpia. Hingga kemudian Eny membuka percakapan.
"Kang, tahu ga tetangga kita yang belum lama pindah kesini. Katanya dia mau cerai. Suaminya diusir dari rumahnya sejak seminggu yang lalu."
"Lho, masa sih. Memangnya ada apa kok sampai mau cerai." Satria menjawab sambil membuka pisang gepok dari kulitnya.
"Kata Bu RT, suaminya itu poligami." Jawab Eny.
Satria berdiri sambil mengambil baskom yang sudah berisi adonan tepung dan meletakkan disebelah irisan pisang.
"Jadi katanya, suatu hari, istrinya nglilir kebangun tengah malam. Nah saat terbangun itu, ia mendapati suaminya ternyata belum tidur dan malah tertawa cekikikan sambil megang hape. Si istri kemudian pura-pura tidur lagi, hingga kemudian saat suaminya kebelakang untuk buang air, ia lantas mencoba membuka hp suaminya."
"Terus?" Tanya satria penasaran.
"Nah, waktu di cek itu, ternyata di hapenya tadi, suaminya sedang berhubungan dengan wanita lain. Pakai aplikasi khusus poligami, kalo tak salah namanya Ayopoligami." Kata Eny dengan semangat menggebu-gebu, seperti yang diceritakan oleh Bu RT saat sedang membeli sayuran di warteg Agus tadi pagi.
"Emang suaminya jelas-jelas sudah poligami gitu? Kan katamu cuma chatting saja sama wanita lain, belum tentu poligami kan. Emangnya dia sudah nikah lagi."
"Dia kan pakai aplikasi ayopoligami mas, kalo pakai aplikasi itu ya sudah pasti poligami mas, apalagi dia sudah diusir sama istrinya, udah ga ada keraguan lagi itu."
"Itukan cuma aplikasi dek, kalo cuma pakai aplikasinya belum tentu dia nikah lagi kan."
"Tapi kalo sudah pakai aplikasinya, otomatis sudah ada keinginan untuk poligami kan. Apalagi kata istrinya, chatting nya itu vulgar banget."
"Nah, kalo cuma keinginan, berarti belum nikah toh? Apalagi katamu waktu kamu main kerumahnya, istrinya itu kadang ngomel. Bisa jadi dia lelah lalu butuh hiburan." Jawab satria agak membela.
Nada bicara Eny mulai meninggi."lah, memang kalo istri suka ngomel, itu bisa jadi alasan suami untuk cari hiburan dengan wanita lain ya?"
"Ya ngga juga sih." Kata satria sambil cengengesan."tapi daripada cari hiburan di prostitusi, kan lebih mending cuma cari hiburan lewat aplikasi."
"Iya, awalnya cuma hiburan, lalu chattingan, lalu akhirnya kebablasan." Eny berkata sengit.
"Ya, kalo memang mereka kebablasan dan ternyata beneran menikah lagi memangnya kenapa. Toh dalam kondisi-kondisi tertentu, poligami boleh-boleh saja kok dek. Itu contohnya sudah banyak ustadz yang istrinya dua." Kata satria menanggapi cerita Eny dengan tenang, tapi tanpa sadar justru memanaskan atmosfer percakapan mereka.
"Jadi maksudnya, mas satria setuju sama poligami gitu." Kata Eny sambil tanpa sadar mengacungkan pisau dapur yang hendak dipakai untuk memotong wortel tadi ke muka satria.
"Kalo aku setuju memangnya kenapa toh dek. Poligami itu setahuku sah sah saja asalkan bisa berlaku adil kepada istri-istrinya. Adil baik dari segi jasmani maupun rohani. Termasuk juga bisa membiayai kehidupan istri-istrinya."
"Mas mau poligami? Sudah bisa merasa adil gitu. Ngasih makan aku saja masih ngos-ngosan tapi kenapa mas berniat nambah tanggungan." Eny pun mulai terisak.
"Bukan gitu maksudnya, Dek."
"Atau Mas ternyata malah memang sudah punya simpenan lain? Ayo ngaku”
"Astaga, kok kamu mikirnya gitu?" Satria balas bertanya.
"Jawab dulu, Mas!"
"Ya enggak toh Dek. Kamu tuh aneh-aneh aja."
"Ah, sebel sama Mas. Pertanyaanku nggak dijawab. Jadi semakin curiga." kata Eny sambil meletakkan pisaunya dan berlalu dari dapur.
Satria yang melihat aksi Eny pergi dari dapur dengan segera langsung mengambil hape miliknya yang tak jauh dari tempatnya.
"Ealah… jangan sampai gara-gara aplikasi ini aku sama Eny ceraian, masih mending kalau cuma diusir dari rumah, lha kalau sampai dibacok pakai pisau, modiar aku,” gumam Satria sambil menghapus sesuatu dari hapenya.
Tamat.
Note: ini hanya cerpen saja, aplikasi hanya untuk pemanis suasana.😁
cuma mau bilang Suueee...😁😁
Kapan waktu ini rame di bahas group veteran blogger yang aku ikutin, hahaha
Kalau suamiku berani install APP ini langsung aku hancurkan!!
Aku setuju-setuju saja ada poligami, boleh-boleh saja, asal alasannya memang jelas.
Nah, aku pernah diajak poligami oleh seorang laki-laki.
Aku nggak mau karena keinginannya itu tidak memiliki alasan yang jelas dan bisa aku terima.
Tapi, aku coba tanya dia untuk mempertemukanku dengan istrinya, tapi dia nggak mau.
Takut kejadian kayak cerita tetangga di sana.
Walah... aku jadi curhat. -___-"
Ah, lagian mungkin cowok yang ngajakin aku jadi istri keduanya itu cuma asal ngomong ya?
Saya sebenarnya no comment kalau soal poligami, dan cenderung nggak setuju, lebih baik hidup sendiri daripada harus berbagi hati :>
trus bakal ada tulisan di dinding " Berani bawa MADU, berarti berani kena Lempar Piring " .
Poligami sebenarnya sah-sah aja kok. Toh di Islam juga diperbolehkan. Nabi Muhammad juga melakukan poligami. Tapi setahuku sih, Kang, Nabi Muhammad gak pernah memadu istrinya yang pertama loh. Bahkan istri pertamanya yaitu Khadijah adalah istri yang paling dicintai daripada istri-istri yang lainnya. Jadi laki-laki kalau ngaku poligami karena ingin meniru Sunnah Rasul, seharusnya gak mempoligami istri pertama. Kan Rasullullah gak melakukan itu. Hehehe.
Etapi, kalau suami mau poligami sebenarnya biarin aja.
Itu kan tandanya dia mampu.
Mampu menahan kemarahan istrinya hahahahahaha