Sebuah kisah dari pembayaran BPJS
Daftar Isi
Eny belum lama ini bekerja di sebuah minimarket kecil bernama Ceriamart. Biarpun dia bekerja di Ceriamart tapi ia tidak ceria-ceria amat karena gajinya tidak sebesar gaji UMR tapi lumayan lah daripada nganggur. Ia sudah mengirim lamaran ke beberapa PT, tapi masih belum diterima, yang ada ia malah hendak dilamar oleh mas Herman, tapi karena ia belum siap jadi ia tolak dulu.
Minimarket ini letaknya di pojok desa. Karena berada di desa inilah maka pengunjung nya tidak terlalu ramai, apalagi kalo habis Maghrib, maka sepi pembeli dan karena itu minimarket nya tidak buka 24 jam, hanya sampai jam 11 malam saja.
Pada suatu malam Jumat, datang seorang ibu paruh baya berambut panjang yang ingin membayar premi bulanan iuran BPJS kesehatan. Pengunjung kali ini terasa misterius, sebabnya sosoknya lebih mirip tokoh ibu di film pengabdi setan. Selain itu wajahnya juga pucat. Tapi Eny tetap berbaik sangka, mungkin si ibu sedang sakit kali, tapi kok tidak menyuruh anaknya atau orang lain kalo sakit ya.
Si ibu memberikan nomor virtual account. Eny menginput nomer tersebut.
"Jumlahnya sekian ya Bu." Kata Eny. Sang ibu tidak menjawab tapi hanya langsung memberikan uang pas. Eny mengambil uang itu lantas berjongkok untuk menaruh uang di kasir. Ia mencoba berbasa-basi." Mau belanja apalagi Bu, lagi ada promo nih Bu."
Tak ada sahutan, Eny berdiri dan tak melihat nya. Ibu tadi sudah lenyap entah kemana.
"Kenapa En?" Tegur Desy temannya, ketika melihat ia agak bengong.
"Ah ngga." Sahut Eny, paling si ibu udah pergi, batinnya.
Tanggal 1 bulan depannya, ibu itu ternyata datang lagi, datangnya juga pas malam Jumat jam setengah 11 saat Eny sedang beres-beres. Seperti biasa, ia datang hendak membayar BPJS kesehatan dengan virtual account yang sama. Uangnya juga uang pas. Entah mengapa, kali ini dia agak tegang, mungkin karena sudah malam kali.
"Tumben Bu, baru tanggal 1 sudah bayar. Rajin amat." Kata Eny basa-basi.
Si ibu tidak menanggapi.
Dan seperti biasa, setelah Eny menaruh uang sang ibu sudah menghilang.
Esok paginya ia dipanggil oleh managernya karena uang hasil penjualan kurang. Tentu saja ia terkejut karena merasa tidak ada yang kurang. Tapi manager nya tak mau tahu, ia bahkan berkata bahwa bulan lalu sebenarnya juga kurang dengan jumlah yang sama tapi karena Eny saat itu masih baru jadi dimaklumi. Eny hanya pasrah dipotong gajinya sebesar uang iuran BPJS yang hilang, karena ia belum siap nganggur.
"Mas Herman, aku kemarin dimarahi oleh manager karena ada uang yang hilang." Curhat Eny pada pacarnya Herman sambil menyantap bakso.
"Kok bisa, bukannya sudah dihitung pakai komputer, ngga mungkin salahkan." Sahut Herman yang percaya pada Eny.
"Nah itu yang bikin aku bingung. Bahkan bulan kemarin juga katanya kurang."
Baik Herman maupun Eny bingung, tapi kebingungan itu terjawab juga bulan depan.
Seperti biasa, bulan depan sang ibu datang lagi pada malam Jumat awal bulan untuk bayar iuran BPJS, cuma bedanya kali ini sehabis Maghrib. Kali ini Eny tak mau kecolongan karena ia curiga uang yang hilang semua sesuai iuran BPJS. Uang ibu itu tidak ia taruh di pembayaran kasir tapi ditaruh di bawah keyboard. Saat menaruh uang, ia mencoba melirik ibu tersebut dan betapa terkejutnya dia karena sang ibu misterius itu sudah hilang, padahal hanya beberapa detik saja.
Baca Juga: loading
"Lho, kamu kenapa En, kok mukanya pucat?" Kata Desy teman kerjanya.
"Kamu lihat ibu tadi ngga?"
"Ngga, ibu mana yang lu maksud?"
Eny tak menjawab, ia membuka bawah keyboard dan betapa terkejutnya ia ketika uang tersebut sudah raib. Eny lantas cerita pada Desy yang tentunya membuat Desy ikut ketakutan.
"Permisi mbak, saya mau bayar premi BPJS" teriak seorang pemuda tiba-tiba, membuat mereka berdua kaget. Desy melihat kamera pengawas dan pemuda itu tampak dilayar. Desy kali ini yang melayani.
"Maaf mas."kata Desy setelah meng-input nomer tersebut ke komputer.
"Telat tiga bulan ya mbak. Kena denda ya" Tebak si pemuda.
"Justru sudah dilunasi. Sudah bayar tadi." Jawab Desy.
"Hah, siapa yang bayar?" Kata pemuda itu bingung.
Eny mencoba melihat nomer BPJS yang di input Desy. Pahamlah ia karena nomer itu sama dengan milik ibu misterius itu.
"Oh, sudah dibayar sama ibu mas sendiri, barusan tadi datang kok. " Jawab Eny dengan suara agak gemetar.
"Mbak jangan becanda, ibu saya sudah meninggal 3 bulan lalu kok." Kata sang pemuda yang membuat Eny lemas dan pingsan karena tak menyangka kalo selama tiga bulan ini ia melayani pembayaran dari orang yang sudah meninggal.
Tamat.
Catatan: pesan dari cerpen ini adalah jangan lupa bayar BPJS ya, masa kalah sama sang ibu misterius itu, kaburrr.✌️🏃🏃🏃
Bhaaahaaa!!! Suueee!...Kalau nggak mau bayar gimana Kang...
Si ibu muncul lagi nggak..😏😏
Apes Bu Eny, sudah gajinya kena potong, sering ketemu hantu pula 😅
Padahal kalau dia menerima lamaran Herman mgkn tidak perlu susah2 kerja lagi, semua kebutuhannya akan dipenuhi Herman.
Serius amat ya komen saya padahal cuma cerpen 😅🙏
Pinter bikin cerita Mas Agus, bikin novel horror saja :D
Jadi aslinya hantu tuh yang datang bayar BPJS?
Males ah bayar BPJS, mihil amat hahahaha
masak yang sehat atau yang masih hidup tidak mau, malu dong :D
So, ditunggu cerita non-horornya yaaaa :D
Saya cuma mau bilang " Tulisan Horornya " Kerennnn bangetz Cyinnnn...!!!hahaha.
Tapi pas baca pesan ceritanya kok malah ngajak gelud yang buat cerpen 🤨