Menawar nazar yang dibuatnya sendiri
Daftar Isi
Udin sedang bingung. Usaha tokonya selalu sepi dan akibatnya ia memiliki hutang yang menumpuk. Sudah berusaha cari kerja lain tapi gagal juga. Akhirnya ia minta kepada para sahabatnya, siapa tahu ada yang bisa memberikan solusi. Beberapa temannya memberikan solusi dan juga masukan, tapi tetap saja ia belum bisa melunasi hutangnya. Yang ada malah tambah banyak kasbonnya di warung ataupun toko lain.
Suatu hari, Agus teman sekolahnya dulu memberikan saran agar ia berkunjung ke ustadz Satria, tokoh masyarakat yang terkenal alim. Udin menurut lalu ia bergegas menuju rumah pemuka agama tersebut.
Oleh ustadz Satria, ia disarankan meminta petunjuk kepada Allah dan juga diminta agar ia perbanyak berdoa untuk membuka diri agar dapat hidayah Allah. Dalam rangka menunjukkan keseriusannya agar mendapat petunjuk dan juga solusi, maka ia sebaiknya membuat nazar.
"Kau sebaiknya membuat nazar." Saran pak ustadz." Dengan membuat nazar, itu berarti kau serius menunjukkan niatmu agar dapat hidayah Allah."
Akhirnya Udin pulang ke rumah. Pada suatu sholat malam, ia akhirnya mengucapkan nazar." Ya Allah, jika semua hutang-hutang ku lunas. Maka aku bernazar akan menjual tokoku ini. Uangnya semuanya akan aku berikan kepada semua fakir miskin."
Hari berganti hari, bulan pun ikut berganti. Daerah tempat tinggalnya tiba-tiba menjadi salah satu proyek infrastruktur pemerintah. Para pekerja datang, begitu pula dengan uang. Toko Udin pun mendadak ramai karena kebetulan tempatnya memang strategis.
Nasibnya pun kini mulai berubah. Pelan pelan ia bisa melunasi hutangnya sedikit demi sedikit sampai akhirnya lunas semua. Tentu saja ia senang, sehingga lupa kepada nazarnya karena sibuk
Suatu hari saat Udin terbangun tengah malam, tiba-tiba ia melihat tasbih dan juga sajadah dimana malam tersebut ia mengucapkan kaulnya.
Oh iya, aku harus melunasi nazarku. Mengapa aku begitu lupa ya, batinnya.
Sejak saat itu, Udin berupaya untuk melaksanakan kaul nya. Ia merasa sudah janji kepada diri sendiri dan juga kepada Allah dan janji itu harus ditepati. Ia tidak mau menjadi orang munafik.
Akan tetapi muncul masalah. Ia merasa sangat sayang jika harus menjual tokonya, apalagi pembelinya sekarang rame. Udin berpikir, jika uang hasil menjual tokonya itu disedekahkan semua pada fakir miskin, alangkah sayangnya. Ia kini menyesal mengapa dulu terlalu bersemangat membuat nazar. Coba misalnya ia bernazar dengan barang yang lebih murah, motor misalnya, tentu sudah ia lakukan.
Tapi nazar tidak dapat dicabut dan tentu saja harus dilaksanakan. Udin kini berfikir keras bagaimana caranya agar ia tidak terlalu rugi dalam melaksanakan kaulnya. Untuk masalah ini, ia tidak bisa minta bantuan teman, malu kan. Padahal hasil keuntungan dari toko tersebut sudah banyak. Rumahnya yang dulu hampir rubuh kini sudah bagus.
Akhirnya ia dapat akal. Ia akan menjual toko tersebut seharga 100 ribu, itu harga yang sangat murah. Selain itu, ia akan menjual juga guci yang ada di toko tersebut seharga satu miliar. Toko dan guci tersebut adalah kesatuan. Jika seseorang ingin membeli tokonya maka harus membeli juga gucinya, tidak akan dijual tokonya saja.
Tentu saja orang pada terheran-heran begitu membaca pengumuman yang ditempelkan Udin di tokonya. Agus yang iseng lalu mencoba membeli.
"Udah Din, aku beli saja tokomu itu 10 juta, 100 x lipat daripada harga yang kau tawarkan, tapi aku ngga butuh guci itu, bolehkan hehehe..."
Tentu saja Udin menolak mentah-mentah.
Seminggu kemudian, datang orang kaya dari kota yang ingin membeli tokonya dan juga gucinya. Langsung ia beli 1 miliar lebih 100 ribu tanpa menawar. Udin tentu saja sangat senang. Segera saja ia melaksanakan nazarnya dengan memberikan uang 100 ribu tersebut kepada fakir miskin. Sementara itu, uang semiliar ia simpan rapat-rapat, tidak ia bagikan sedikitpun. Udin lalu membeli sebuah toko lagi dengan sebagian uang tersebut.
"Begitulah manusia." Ujar ustadz Satria." Mereka punya tekad kuat untuk melaksanakan ajaran agamanya. Tetapi manusia cenderung menafsirkan ajaran agama sesuai apa yang menguntungkan mereka. Jika mereka tidak segera menghapus kebiasaan tersebut, sungguh mereka tidak benar-benar belajar."
TAMAT
Bagiku berdoa itu adalah anjuran tuhan, tapi nazar itu sangatlah wajib untuk ditunaikan jika tidak ya? Akan kena karma karena itu menyangkut dirinya sendiri dan tuhan. Dan nazar itu, adalah keikhlasan hati bukan suatu paksaan dari siapapun karena jika itu paksaan dari orang lain maka nazarnya pun juga tak akan berkah.
Komentari ini aja, ternyata si Udin ilmu ekonominya mateng..hihihi
Jadi begini Pak KH. Ustad Agus Sarilah. MBA, MWB, MMM
Nazar itu tidak bisa dibuat main2..Terkecuali Jika nadzar kita adalah kemaksiatan maka akan haram memenuhinya, Sebagai gantinya yaa kita wajib menunaikan denda sumpah, Yaitu memerdekakan hamba sahaya atau memberi makan sepuluh orang miskin atau memberi pakaian kepada mereka, Jika dari tiga pilihan ini. Jika kita tidak mampu maka kita harus berpuasa tiga hari. Jika nadzar kita sesuatu yang mubah maka silakan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan. Dan jika nadzar kita adalah ibadah maka wajib melaksanakannya, Tidak diganti dengan yang lain kecuali jika kita tidak mampu melaksanakannya, maka kaffaratnya adalah denda sumpah. Wallahu A’lam. Lain kali jangan bernadzar, ia tidak mendatangkan kebaikan dan hanya dilakukan oleh orang yang pelit.
Terus Kaffarah apa artinya...😱😱
KAFFARAH.....“Barang siapa yang bernazar dengan sesuatu yang tidak sanggup dilakukannya maka wajib atasnya membayar kaffarah sumpah.”
Mau lebih detail lagi silahkan pak KH. Ustad Agus Sarilah MBA,,MWB, MMM Untuk membuka Surat al-Ma’idah ayat 89. Karena kalau saya tulis detail puaanjaang dan agak bingung nulisnya pak Haji....Jadi Mohon maaf juga Pak Haji.😊😊🙏🙏 Karena harus ada tulisansan Arabnya secara detail juga.😊😊
Tapi lumayan jadi belajar bab ilmu pernazaran yg dibungkus cerita
Unik juga ya, setting waktu ceritanya mirip kisah2 dongeng yang suka ngadain sayembara aneh, maksudnya klo di kehidupan real kyknya sih mustahil ada orang jual toko 100 ribu, trus bawaannya guci 500 juta, kayaknya cuma ada di dongeng semata..., lain kali kalau bernazar berarti yang harus bener2 dipertimbangkan dulu sebelum ngucap ya...biar di kemudian hari ga susah sendiri
Tapi hanya dari cerpen ini saya lebih mengerti seperti apa Nadzar itu dan bagaimana tujuannya.
Tapi manusia memang kebanyakan gitu ya, seolah lupa kalau Allah itu memenuhi semua rongga langit dan bumi dan universe.
Seolah Allah nggak tahu gimana kelakuannya.
Apa nggak takut kualat gitu ya :D
Sungguh perbuatan yang nggak bagus tuh.
Tapi licik amat dah akalnya itu. Ckckckc...
Saya gak kepikiran apa yang dipikirkan udin, out of the box sekaliii🤣
Mas Agus ini tulisan terbaik yang saya temui di blog ini, saya suka sekali tulisan gendre ini, selalu menghadirkan refleksi batin yang meluluhkan nurani... terima kasih telah menghadirkan tulisan yang penuh reflektif ini.
Sebenarnya banyak tulisan reflektif di blog ini, namun terkadang dikemas dengan gaya komedia sehingga saya tidak begitu memahami maksud tersirat dibalik pesan yang disampaikan, namun postingan ini lugas dan menginspirasi, tidak menghilangkan ciri khas mendayo - dayo tetapi berkurangnya unsur komedia membuat saya memahami post ini dengan penuh reflektif, sekali lagi terima kasih mas... Nice post...
Besok aku juga mau ngikutin cara jual kayak gitu, akh.
Jual kebun seharga 500 perak, tapi pembeli wajib beli juga kotak jam seharga 1 milyar .. xixixi ..
nazar itu berat,, skrg saya gak pernah nazar lagi takut khilaf.. :D
-Traveler Paruh Waktu
Aku pernah bikin nazar dulu, gara2 sempet terlibat Ama case yg lumayan rumit wkt di kantor .sampe2 berdoa kalo aku bisa kluar dari situasi ini, aku bakal umroh. Wkt itu jujurnya ga prnh kepikiran umroh padahal tiap THN aku slalu traveling. Dan Alhamdulillah aku bisa kluar selamat dari masalah kantor :D. Lgs deh arrange umroh bareng suami. Takut kalo ketunda malah dpt masalah baru
Ntar Tuhan marah lho ya?
Ada aja... masa jual rumah 100 ribu plus guci 500 juta.
Yang terakhir itu nggak berkah .
Udin... Udin... kok ke goda syaitan jadi serakah begitu?
Ada pesan yang bagus tentang nadzar di cerita ini.
Barusan saya tulis di blog saya tuh 😃
enak dibaca