Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lika liku asmara

 


"Khanif, tolong kirim baju yang aku pesan kemarin pagi ini ya?" Sebuah pesan masuk ke hape Vivo ku, musiknya membuatku terbangun. Aku segera mengeceknya dan ternyata dari Satria. Kulihat jam baru menunjukkan pukul setengah enam pagi.

Aku segera melihat baju apa saja yang ia pesan kemarin. Aku kontak pacarku Miranda untuk memastikan ia kemarin sudah mengambil barang yang jadi pesanan para klienku. Syukurlah ia sudah membungkusnya dengan rapi, dilihat dari foto yang ia kirimkan.

"Baik kang Satria, nanti aku kirim jam 8 ya." Balasku padanya.

"Kalo bisa jam 7 Nif, soalnya pagi ini orang yang mau beli akan datang, buat arisan katanya. Warnanya harus sesuai pesanan ya."

"Oke kang." Aku tak mau berdebat lagi biarpun menurutku itu terlalu pagi untuk mengirim barang, toh tinggal panggil ojek online. Pelanggan adalah raja bukan asal jangan raja hutang saja.

Aku memang berbisnis baju dengan Miranda pacarku. Sudah lima tahun ini kami berdua merintis usaha bersama dan rencananya tahun depan aku akan melamar wanita yang aku cintai itu, dilanjutkan tiga bulan kemudian menikahinya. Pertama kami bisnis Snack makanan kecil tapi seringkali merugi karena konsumen kurang suka. Dan setelah mencoba beberapa bisnis lain seperti minuman Teh Thai yang waktu itu sedang tren sampai jualan ayam geprek tapi sayangnya kandas. 

Aku kadang patah semangat tapi Miranda selalu menyemangati ku. Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian begitu katanya. Berkat semangatnya itulah yang membuat aku bangkit dan tentunya aku makin mencintainya.

Dua tahun lalu kami memulai bisnis baju yang kami beli secara online dengan harga murah. Bisnis baju ini pun sepertinya akan bangkrut juga karena banyaknya saingan sampai suatu hari datang malaikat penolong.

Malaikat itu adalah pak Udin, atau nama lengkapnya Jaenudin. Ia bukan membeli baju tapi memberikan modal yang besar dalam bentuk pakaian beraneka ragam, selain itu ia juga menyewakan sebuah kios untuk kami berdagang di perempatan jalan raya yang ramai, dimana aku tinggal menungguinya saja. Tentu saja aku senang sekali apalagi ia juga percaya padaku.

"Aku percaya kamu tidak akan kabur atau memanipulasi hasil penjualan Khanif, jadi tolong jaga kepercayaan ku ini ya." Pesannya.

Aku tentu saja mengangguk, Miranda juga senang bukan main. Kami berdua yang menjaga tokonya.

Ternyata pak Udin ini seorang pengusaha konveksi baju yang memiliki banyak toko lain untuk memasarkan barangnya, jadi ibaratnya simbiosis mutualisme. Usianya sekitar 40 tahun lebih dan tampak berwibawa. Keuntungan dari toko dibagi, 2/3 untukku sedangkan sisanya untuknya. Tentu saja aku setuju apalagi yang bayar kios tersebut pak Udin yang baik hati. Tentu saja semua baju dan pakaian yang ada di kios tersebut dari konvensi nya.

Dari awalnya laba toko hanya sekitar dua juta perbulan yang aku dapat, kini satu tahun terakhir bisa mencapai 10 juta per bulannya. Uangnya aku bagi dua dengan Miranda tapi wanita yang kucintai itu menolak. Simpan saja untuk kita menikah nanti mas. Tentu saja aku senang. Ah, rasanya sudah tidak sabar aku menikahinya. Uangnya tentu saja kadang aku pakai untuk keperluan dan juga rekreasi bersamanya.

* * *

Setelah sarapan pagi aku lalu ke kontrakannya untuk mengambil barang yang dipesan Satria dan lainnya. Kontrakan ku dengannya memang sengaja aku pisah, berjarak sekitar 200 meter, karena kalo masih satu kontrakan aku takutnya khilaf, bagaimana kalo aku lupa daratan dan ia tahu-tahu hamil.

"Ini untuk pesanan Satria mas, ini untuk Agus, yang itu Herman, dan ini Dodo." Kata wanita cantik itu sambil memberikan baju yang semuanya sudah terbungkus rapi. Pesanan Satria yang paling banyak karena ia pesan 20 untuk ibu ibu arisan. Sedangkan yang lainnya paling hanya tiga atau lima baju saja. Aku memasukkan semua datanya ke sebuah aplikasi pembukuan yang lengkap fiturnya sehingga mudah untuk mengetahuinya jika ada barang hilang. Maklum namanya jualan kadang ada satu dua baju hilang. Dengan aplikasi itu, aku juga lebih mudah menyetorkan hasil penjualannya kepada pak Jaenudin.

"Oke sayang." Kataku lalu segera menghubungi ojek online langganan ku untuk mengirim barang pesanan. Aku memang berjualan online juga selain di kios, tapi hanya membatasi yang bisa terjangkau ojek online. Untuk luar kota selalu aku cancel soalnya lama uangnya masuk.

"Mas khanif, Mira hari ini tidak enak badan, maaf sepertinya tidak bisa menunggu kios." Katanya.

Tentu saja aku terkejut, kulihat mukanya memang agak pucat. Ah tentu ini akibat ia kemarin mengambil barang di konveksi pak Udin sendiri padahal jaraknya cukup jauh dan jadi sakit. Sebenarnya aku sudah bilang biar aku sendiri yang ambil tapi ia kesana juga.

"Kamu sakit ya, aku antar ke dokter ya." Kataku sambil memegang tangannya. Agak hangat sedikit memang.

"Ah tidak usah mas, cuma tidak enak badan saja. Setelah istirahat mungkin siangan dikit aku bisa ke toko." Katanya sambil tersenyum, senyum yang membuat aku terpikat sejak awal bertemu.

"Baiklah, mas pergi dulu. Jangan lupa istirahat ya, kalo tidak enak badan jangan ke kios, biar aku yang jaga. Ada mas Dodo kok." Kataku. Mas Dodo adalah pemilik konter HP yang ada di sebelahku dimana kami berdua cukup akrab dan ia sering membantu.

* * *

Alhamdulillah biarpun tidak ada Miranda tapi penjualan baju di kios ku cukup ramai. Mungkin karena sekarang tanggal muda, sudah pada gajian sehingga banyak yang belanja. Yang cukup banyak dibeli adalah baju gamis dan juga baju santai. Dari pagi juga sudah ada tujuh order yang masuk lewat online, cuma enam saja yang bisa dikirim soalnya satunya tidak mau menunggu satu hari saja seperti satria. Jujur saja aku agak kewalahan tapi mana tega aku meminta Miranda untuk datang membantu.

Tingggg... Sebuah pesan masuk lagi ke ponselku saat aku sedang makan. Mungkin ada yang order online lagi batinku lalu meneruskan makan. Kupikir nanti sajalah setelah selesai makan baru melihat.

Tingggg...tinggg.... Beberapa pesan lainnya masuk lagi ke akun WhatsApp bahkan berkali-kali sehingga bunyinya mengganggu. Tak mungkin mungkin pesan aplikasi belanja online karena tidak seperti itu. Apa mungkin Miranda sakitnya agak parah dan mengirim pesan penting. Buru-buru aku kesana dan mengambilnya. Memang banyak pesan masuk tapi bukan dari dia, melainkan dari nomor yang tidak dikenal.

Aku segera membukanya dan tercengang membaca pesannya. Bagaimana tidak, hampir semua pesan tersebut berupa makian dan umpatan.

"Wanita pelacur, kamu sudah puas bisa merebut suamiku"

"Puas kamu sudah menghancurkan rumah tangga ku. Dasar pelakor."

"Apa kamu pikir tidak tahu rahasia busuk mu hah!!!"

Aku tentu saja bingung membaca semua pesan tersebut. Tentu saja dugaan ku ia salah mengirim pesan. Soalnya akun WhatsApp ini untuk bisnis online.

"Halo kak, boleh tahu dengan siapa ini?" Balasku ramah dengan menggunakan emot senyum. Maklum, dalam bisnis online keramahan adalah yang utama, termasuk juga dalam meladeni pembeli yang komplain atau marah-marah.

Tapi bukan jawaban ramah yang aku dapat." Tak usah pura-pura tidak tahu perempuan sundal, kamu sudah merebut suamiku dan menghancurkan rumah tangga ku, puas kamu sekarang!!!"

Makin bingung tapi juga geli aku disangka wanita." Maaf kak, mungkin kakak salah kirim. Ini nomor toko Mira Shop untuk jual beli baju."

"Aku tahu kamu Miranda bukan, tak usah berkelit, aku tidak mungkin salah nomor." Cecarnya lagi.

Aku mulai tidak enak. Memang nomor ini selain digunakan untukku juga sering dipakai Miranda. Tapi kenapa ia mengatakan kekasihku itu pelakor. Kucoba melihat akunnya dan milik seorang wanita yang cukup cantik, mungkin usianya sekitar 30an.

"Maaf kak, aku khanif, pacar dari Miranda. Kalo boleh aku tahu dengan siapa ini."

Agak lama juga ia membalas." Beneran kamu pacarnya, bukan perempuan sundal itu?"

Agak panas juga hatiku mendengar wanita yang aku cintai dimaki-maki terus seperti itu." Apa aku perlu bersumpah demi Allah kak?"

Akhirnya wanita itu pun memberikan keterangan. Ia mengaku bernama Amanda dan ia marah sekali karena suaminya itu telah berselingkuh dengan wanita yang diduga Miranda.

"Kamu tahu Khanif, aku dan suamiku telah berumah tangga selama lima belas tahun dan selama ini damai, sampai suatu ketika aku melihat sikap suamiku berubah. Ia lebih sering dandan dan memperhatikan penampilan, padahal biasanya cuek saja. Aku agak curiga dengannya tapi ia bilang hanya perasaanku saja, tapi perasaan wanita tidak bisa bohong. Ketika ia lengah, ku coba ambil hapenya dan kulihat ia chatting mesra bahkan mesum dengan wanita itu, di kontak namanya Miranda."

Langsung berdesir darahku membaca pesannya. Tak mungkin ia selingkuh batinku. Aku dan dia saling mencintai, mana mungkin ia selingkuh di belakangku, dengan suami orang pula." Maaf kak, mungkin hanya kebetulan namanya sama dengan pacarku."

"Apakah nomor hape juga bisa sama heh!!!"

Aku langsung bungkam, bingung dan juga mulai was-was.

"Maaf kak, bisa kirim foto nya, wanita yang namanya Miranda." Pintaku lagi biarpun hati mulai tidak karuan. Nama mungkin bisa sama, tapi memang tidak dengan nomor hape.

"Baiklah kalo kamu masih tidak percaya, ini foto pacar mu bukan?"

Tak lama kemudian sebuah pesan media masuk. Langsung ku klik gambar tersebut dan aku terperangah, antara percaya dan tidak percaya.

Foto yang aku lihat adalah seorang gadis muda berkulit putih, siapa lagi kalo bukan Miranda, tapi yang membuat aku terkejut dan shock berat adalah dia hanya mengenakan bra saja dan sedang duduk di ranjang. Aku mencoba mengucek mata ku berkali-kali berharap salah lihat tapi gambar itu tetap tidak berubah.

Aku jatuh terduduk di lantai. Untungnya toko saat itu sedang sepi sehingga tidak ada yang melihat.

Tingggg.. sebuah pesan masuk menyadarkan ku. "Bagaimana, itu pacarmu bukan?"

Aku hanya menjawab dengan emot mengucur air mata, pertanda hancurnya hatiku.

Tapi sepertinya wanita bernama Amanda masih kesal sekali." Kamu baru percaya kan. Aku juga waktu pertama melihat foto tersebut di galeri ponsel suamiku tidak percaya. Banyak foto mesumnya yang lebih gila, kalo kamu tidak percaya akan ku kirimkan."

"Jangan kak, aku percaya, sungguh percaya." Balasku. Aku tidak sanggup kalo melihat wanita yang aku cintai seperti itu. Sebagai pacarnya, aku bahkan belum pernah melihat ia memakai pakaian dalam apalagi sampai tidak memakai apa-apa seperti katanya. Selama berpacaran dengannya, aku melihat ia kalem dan santun biarpun tidak memakai kerudung. Beberapa kali ia digoda oleh pengunjung lelaki yang tertarik padanya tapi ia tetap bersikap baik dan profesional.

"Maafkan kalo aku membuatmu terluka khanif, tapi hatiku lebih luka. Pertama kali ketika tahu suamiku berselingkuh aku lalu bicara baik-baik, minta ia berterus terang tapi ia menyangkal, baru setelah ku perlihatkan gambar di hapenya ia kaget. Aku tentu saja marah tapi ia lebih marah lagi, karena katanya berani mengusik barang pribadinya."

"Aku tentu saja marah mendengar alasannya, dan kamu ia melakukan apa. Ia menamparku, suamiku menamparku. Sungguh ku tak percaya. Lima belas tahun kami berumah tangga dan tidak pernah ia main tangan, kalau pun marah juga sekedarnya saja, tapi kali ini ia marah besar bahkan menampar. Dan itu semua karena apa, karena wanita pelakor itu!!!." Ia menambahkan emot marah dengan banyak.

Aku hanya diam, tak membalas apa-apa.

"Hancur sudah rumah tangga ku. Aku minta agar ia melepaskan wanita itu dan jangan menghubunginya lagi, maka akan ku maafkan. Tapi suamiku tidak mau, bahkan ia berkata bahwa ia akan menjadikannya istri keduanya. Ya Allah, aku lebih baik bercerai dari pada hidup bersama pelakor itu."

Aku hanya membaca pesannya saja. Ada banyak sekali yang ingin aku tuliskan tapi kalo sekarang dalam keadaan kacau, bisa makin mengacaukan suasana.

"Mengapa kamu diam saja."

Aku kaget lalu membalasnya." Maaf kak, pikiranku kacau. Tapi kumohon jangan bercerai, biarlah nanti aku bicara dengan pacarku, ku yakin ada jalan keluar baik baik, tapi tolong jangan bercerai apalagi kakak sudah berumah tangga selama lima belas tahun."

Aku tentu saja tidak mau gara-gara kekasihku ada rumah tangga yang hancur.

Agak lama baru Amanda membalas." Kamu baik sekali, tapi tahukah kamu apa alasan suamiku mau menjadikannya istri kedua?"

Aku tentu saja menggeleng, apa mungkin karena Miranda cantik?

"Kata suamiku, pelakor itu telah hamil anaknya dan karena itulah ia harus menikahinya. Apa ia tidak memikirkan anak ku juga."

Kepalaku makin pusing. Kupikir aku akan jatuh pingsan tapi aku masih sadar juga. Tak kusangka kalo ternyata hubungan Miranda dan suami orang sudah sejauh itu.

"Maaf kak, kalo boleh tahu siapa suami kak." Kataku ingin tahu siapa laki-laki yang sudah menghancurkan hidupku.

"Bang Jaenudin, ini fotonya kalo kamu ingin tahu."

Aku terkejut mendengar namanya, Tak lama kemudian sebuah foto muncul, dan siapa lagi kalo bukan pak Udin, orang yang selama ini ku hormati dan kuanggap malaikat penolong.

Lika Liku Asmara 2

Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

19 komentar untuk "Lika liku asmara"

  1. "Huahaha.." dan Bang Udin pun terbahak-bahak sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

    Btw 2 episode kah, kenapa post sekaligus, kenapa ga satu2 🤣🤣

    Ok otw ke part 2 🏃‍♂️🏃‍♂️

    BalasHapus
    Balasan

    1. Buuuaaahhhaaaa ikut terbahak-bahak juga seperti bang Udin.🤣🤣🤣🤣🤣

      Tapi baguslah kalau si Mira sama bang Udin. Biar nggak cape2 ngepakin barang terus. Mending tunggu dipakin bang Udin.🤣🤣🤣🤣🤣

      Hapus
    2. Biar tidak lumutan nunggu episode duanya kang.🤣

      Hapus
    3. Sepertinya sudah dipakin sama bang satria juga.🤣

      Hapus
    4. Dan mgkn pack nya sdh dibuka juga 🤣

      Hapus
  2. kok pesanan baju mbul nda dipaketkan mbak mir? 😂🤣

    mbul kan beli gaun sutera deh ama rok tutu...wah lupa direken di daftar pembeli nih (becanda ding...)😂

    Amanda semakin terdepan di cerpen cerpen mas agus ya...kayaknya bakalan mejeng trus jadi pemeran utama nih sama miranda dan ningsih berikut pasangannya masing-masing 😃😁😄😉😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin mbulnya belum transfer.🤣

      Soalnya habis dikasih pulsa 100k sama kang Jaey dan mas khanif.😂😂😂

      Hapus
  3. ada tokoh favorit nih di setiap cerpen....
    👍👍👍👍

    BalasHapus
  4. Pak Jaenudin memang benar-benar malaikat yang baik hati ya, Mas Agus 😏😂😂😂

    BalasHapus
  5. Seruuuu 🤣. Kok aku kayak ga percaya Miranda selingkuh. Ga sabar baca lanjutannya mas, masih ttp yakin Miranda ga pelakor 😄

    BalasHapus
  6. geli-geli gimana gitu gw baca ceritanya :D

    BalasHapus
  7. dih geregetan
    pak jae memang malaikat
    kenapa si pelakor bikin geregetan mulu huhu

    BalasHapus