Percakapan dengan anak indigo
Daftar Isi
Anak indigo adalah anak yang memiliki kemampuan khusus, misalnya bisa berbicara dengan makhluk halus. Berikut ini kisah percakapan dengan anak indigo.
Sore itu Heni berjalan-jalan ke terminal Rajabasa bandar Lampung. Tak banyak orang yang lalu lalang disekitarnya, kalaupun ada yang lewat maka kebanyakan memakai masker. Saat ini memang orang diwajibkan memakai masker jika hendak keluar rumah karena ada wabah Corona termasuk juga Heni.
Rajabasa terlihat suram, apalagi dengan adanya virus Corona yang makin hari makin parah. Hanya sedikit orang yang berani keluar. Selain manusia, beberapa sosok tubuh hitam legam juga tampak di pojok terminal, terutama di sebuah area warung, yang selain menjual makanan juga kadang jadi tempat bermain judi ilegal, konon pula kalo malam jadi tempat remang-remang.
Ia acuhkan beberapa sosok hitam menyeramkan itu karena memang hanya ia yang bisa melihat sosok tak kasat mata. Dulu sih ia sangat takut melihatnya tapi kini ia biasa saja.
Sudah sejam lebih ia menunggu di terminal itu, tapi orang yang ditunggunya tidak datang juga. Akhirnya ia datangi juga sebuah bis Arimbi jurusan Bandar Lampung ke Jakarta. Perlu diketahui, selain bisa melihat sosok gaib dan juga bisa melihat masa depan ia juga punya kemampuan lain yang tidak banyak orang tahu.
Bis Arimbi yang ia datangi tampak sudah berumur, terlihat dari beberapa tambalan di bodynya yang agak samar. Selain itu di kaca depan selain huruf yang menampilkan jurusan Bandar Lampung Jakarta ada juga huruf lain dibawahnya yaitu Satria. Entah satria itu siapa, tebakannya mungkin pemiliknya. Ia tempelkan tangan ke bis tersebut.
"Halo." Begitu mata batinnya berkata.
Ajaib, tak lama kemudian bis itu menyahut.
"Halo juga. Kenapa kamu membangunkan ku sih." Gerutu bis Arimbi tersebut. Mungkin ia sedang enak-enak tidur tadi saat ia membangunkannya.
"Maaf aku mau bertanya. Apakah kamu melihat bis Arimbi yang datang dari Jakarta. Aku sedang menunggu temanku yang dari sana." Begitu jelas Heni agar bis angkutan antar kota antar propinsi ini tidak ngambek.
"Lho, memang kamu tidak lihat berita. Semua bus AKAP (antar kota antar propinsi) itu tidak boleh masuk ke Jakarta. Yang dari Jakarta juga sementara ini diliburkan dulu." Jelas bis Arimbi itu panjang lebar.
Heni menggelengkan kepalanya. Sejak banyak berita tentang Corona itu memang ia sudah malas melihat televisi, takutnya melihat berita malah makin parno.
"Idih, cantik cantik kok kudet." Begitu ledek bus tersebut.
Heni tentu saja keki, segera saja ia berniat pergi tapi kendaraan roda empat itu sepertinya tahu kalo ia ngambek sehingga ia membujuknya agar mau ngobrol dengannya. Maklum, sudah lama tidak ada yang berbicara dengannya, bis Arimbi yang seumuran dengannya sudah banyak yang pensiun, tapi majikannya yang pelit masih memaksakan agar ia terus bekerja. Ia menamakan dirinya Satria.
Ia menolak disebut sudah tua biarpun mesinnya sudah tidak memungkinkan untuk dibawa diatas 130 km perjam." Langsung meriang badanku kalo digeber 100 km perjam, apalagi kalo diatasnya. Tahu sendiri jalan trans Sumatera itu banyak yang jelek." Keluhnya.
"Jalanan sangat keras ya Bang Sat." Kata Heni.
"Aduh, jangan panggil aku Bang Sat doonggg!" Katanya marah, terlihat dari mesinnya yang menggerung-gerung dan asam keluar dari knalpotnya.
"Ok, memang kamu maunya dipanggil apa."
"Panggil saja Kang Satria, Udha Satria, atau Bro Satria juga boleh." Begitu katanya sambil nyengir. Busyet, sudah tua begini maunya dipanggil Bro, batin Heni.
"Ok Bro, memang jalanan keras banget ya."
"Pasti, apalagi untuk bis sepuh seperti saya. Kalo dikebut 100 km perjam saja pasti langsung amsiong mesinku, belum lagi badanku langsung gemetaran. Yang enak itu kalo jalan 60 km perjam, tapi majikanku selalu menggeber 100, soalnya ngejar setoran katanya, akhirnya aku yang empot-empotan." Bis Arimbi itu menghapus peluh yang meluncur di kaca depannya." Yang nyebelin itu bis bis muda. Saya Keki setengah mati. Pernah aku jalan 90, eh disalip oleh bus muda itu. Pas nyalip itu mereka teriak." Mbok jalannya kencengan dikit pak, sampeyan itu kan bis, bukan odong-odong. Bajingan kan."
Heni sebenarnya pengin tertawa mendengar ceritanya tapi ia tahan, tidak enak padanya walaupun sebenarnya ceritanya lucu. Tidak baik tertawa didepannya bukan.
Bis sepuh itu lalu melanjutkan ceritanya. " Sebenarnya aku ini lagi pusing lho. Gubernur Jakarta sudah melarang BIS AKAP untuk ke Jakarta, tapi keesokan harinya menteri perhubungan malah menganulir keputusannya, bisa menggerus ekonomi katanya. Duh dek."
Ia lalu melanjutkan ceritanya." Sebenarnya aku ini hanya ingin kepastian gitu, apakah dilarang ataukah diperbolehkan ke Jakarta. Kan ngga enak digantung gitu, emangnya lagi LDR apa."
Heni manggut-manggut karena ia memang juga pernah begitu. Cintanya digantung oleh si dia yang ada di Jakarta.
Keputusan Kemenhub yang menganulir kebijakan larangan bus AKAP dari dan ke Jakarta oleh Pemerintah DKI Jakarta beberapa hari yang lalu cukup menjadi dilema tersendiri. Termasuk bagi Bro Satria AKAP Arimbi ini.
Ia ingin berangkat ke Jakarta tapi takutnya malah dilarang bawa penumpang karena takut menyebarkan virus ke daerah lain. Tapi tidak ke ibukota, kok hati jadi ragu karena larangan itukan sudah dicabut oleh Kemenhub.
"Pucing Pala Satria." Begitu katanya.
"Terus bagaimana pendapat bro Satria kalo ternyata dilarang?" Pancing Heni.
"Kalo memang dilarang agar memutuskan mata rantai penularan virus Corona, ya saya sih setuju-setuju saja. Biar bagaimanapun tidak dilarang juga penumpang agak sepi. Belum kalo ternyata ada yang bawa virus. Duh, jadi ikut merasa bersalah akutu." Katanya sedih.
"Bro Satria baik hati ya."
"Iya dong. Biarpun ekonomi bagus tapi warganya banyak yang kolaps sama juga bohong." Jawabnya. Jawaban yang cukup menyentil beberapa pihak.
"Wah, kalau dilarang berarti bro Satria nanti nganggur dan bisa pensiun dong."
"Etdah. Begini begini aku juga banyak job lho." Katanya dengan nada agak meninggi.
"Job ke daerah lain di Sumatra maksudnya?" Tanya Heni.
"Ya ngga dong, daerah lain juga sepi." Jawabnya." Job saya itu banyak lho mbak. Ada yang dari FTV dengan judul 'juragan cantik naik bis' atau dari film juga ada yaitu ' ada cinta di bis kota'."
"Wah, bro Satria terkenal juga ya." Heni jadi kagum.
"Iyalah. Akting saya didepan kamera bagus soalnya. (ya iyalah bagus karena cuma nongkrong doang jadi bis, batin Heni) sumpah deh (idih, pakai sumpah lagi)."
"Itu masih belum seberapa." Ceritanya lagi." Tahun 2018 kemarin, aku dapat tawaran job dari Justin Lin. Kenal tidak dengan Justin Lin?"
Heni hanya menggelengkan kepala. Ia kenalnya hanya Justin Bieber atau Justin Timberlake.
"Dia itu sutradara film Fast and Furious 9 lho. Bayangin aja, Justin Lin email aku untuk tanya apakah aku mau jadi pemeran di film terbarunya atau tidak. Luar biasa bukan."
"Wah, pasti kamu ambil itu job ya." Heni jadi kagum.
"Sayangnya tidak." Katanya lesu.
"Lho kok tidak diambil, kamu bisa go internasional kayak Agnes Mo lho."
"Tadinya sih mau aku ambil tapi setelah baca naskahnya tidak jadi. Bayangin aja, aku jadi pemeran bis yang ditembaki sekujur bodinya oleh lawannya. Ntar jadi saringan dong saya. Habis itu juga kena bom pula."
Hampir saja Heni tertawa tapi masih bisa ditahannya.
"Gagal Go internasional dong."
"Kata siapa." Bro Satria membusungkan bagian depan bisnya." Begini-begini aku juga pernah main film internasional lho. Saya bermain di film Tayo The Little Bus. Tapi cuma sebagai Guest star sih. Hanya jingkrak jingkrak di jalan tol ceritanya."
Lagi lagi Heni hampir tertawa.
"Tapi dibalik semua ini, pandemi Corona ini tidak bisa dilawan dengan Ego masing-masing. Yakin deh sama saya yang lulusan Jepang (Bis Arimbi seperti bro Satria ini memang buatan Jepang). Harus duduk bersama lalu sinkronisasi antara kepentingan pusat dan daerah, selesaikan bersama. Urusan dapur saya mah urusan mudah. Yang susah itu mengurus ribuan warga Jakarta. Mau pulang kampung dilarang karena takut membawa virus, stay at Jakerdah mau makan apa karena nganggur. Kan harus dikaji bersama itu. Kalo memang harus tidak boleh pulang, mbok ya dikasih makan secukupnya. Manusia itukan butuh makan, bukan pohon trembesi yang bisa fotosintesis. Kalau ternyata boleh pulang, saya siap kok mengantar kemana saja. Ke Sumatra boleh, mau ke Jawa juga oke. Yang penting ada bensin biar ngebul plus oli mesin terbaik agar bisa ngacir jalannya."
"Bijak sekali bro Satria." Heni kagum.
"Usia mungkin membuat saya jadi bijak." Sahutnya. "Sudah sebaiknya kamu pulang. Temanmu itu sepertinya tidak kesini. Sebaiknya pulang karena sudah hampir Maghrib. "
Heni pun segera pulang.
Rajabasa terlihat suram, apalagi dengan adanya virus Corona yang makin hari makin parah. Hanya sedikit orang yang berani keluar. Selain manusia, beberapa sosok tubuh hitam legam juga tampak di pojok terminal, terutama di sebuah area warung, yang selain menjual makanan juga kadang jadi tempat bermain judi ilegal, konon pula kalo malam jadi tempat remang-remang.
Ia acuhkan beberapa sosok hitam menyeramkan itu karena memang hanya ia yang bisa melihat sosok tak kasat mata. Dulu sih ia sangat takut melihatnya tapi kini ia biasa saja.
Sudah sejam lebih ia menunggu di terminal itu, tapi orang yang ditunggunya tidak datang juga. Akhirnya ia datangi juga sebuah bis Arimbi jurusan Bandar Lampung ke Jakarta. Perlu diketahui, selain bisa melihat sosok gaib dan juga bisa melihat masa depan ia juga punya kemampuan lain yang tidak banyak orang tahu.
Bis Arimbi yang ia datangi tampak sudah berumur, terlihat dari beberapa tambalan di bodynya yang agak samar. Selain itu di kaca depan selain huruf yang menampilkan jurusan Bandar Lampung Jakarta ada juga huruf lain dibawahnya yaitu Satria. Entah satria itu siapa, tebakannya mungkin pemiliknya. Ia tempelkan tangan ke bis tersebut.
"Halo." Begitu mata batinnya berkata.
Ajaib, tak lama kemudian bis itu menyahut.
"Halo juga. Kenapa kamu membangunkan ku sih." Gerutu bis Arimbi tersebut. Mungkin ia sedang enak-enak tidur tadi saat ia membangunkannya.
"Maaf aku mau bertanya. Apakah kamu melihat bis Arimbi yang datang dari Jakarta. Aku sedang menunggu temanku yang dari sana." Begitu jelas Heni agar bis angkutan antar kota antar propinsi ini tidak ngambek.
"Lho, memang kamu tidak lihat berita. Semua bus AKAP (antar kota antar propinsi) itu tidak boleh masuk ke Jakarta. Yang dari Jakarta juga sementara ini diliburkan dulu." Jelas bis Arimbi itu panjang lebar.
Heni menggelengkan kepalanya. Sejak banyak berita tentang Corona itu memang ia sudah malas melihat televisi, takutnya melihat berita malah makin parno.
"Idih, cantik cantik kok kudet." Begitu ledek bus tersebut.
Heni tentu saja keki, segera saja ia berniat pergi tapi kendaraan roda empat itu sepertinya tahu kalo ia ngambek sehingga ia membujuknya agar mau ngobrol dengannya. Maklum, sudah lama tidak ada yang berbicara dengannya, bis Arimbi yang seumuran dengannya sudah banyak yang pensiun, tapi majikannya yang pelit masih memaksakan agar ia terus bekerja. Ia menamakan dirinya Satria.
Ia menolak disebut sudah tua biarpun mesinnya sudah tidak memungkinkan untuk dibawa diatas 130 km perjam." Langsung meriang badanku kalo digeber 100 km perjam, apalagi kalo diatasnya. Tahu sendiri jalan trans Sumatera itu banyak yang jelek." Keluhnya.
"Jalanan sangat keras ya Bang Sat." Kata Heni.
"Aduh, jangan panggil aku Bang Sat doonggg!" Katanya marah, terlihat dari mesinnya yang menggerung-gerung dan asam keluar dari knalpotnya.
"Ok, memang kamu maunya dipanggil apa."
"Panggil saja Kang Satria, Udha Satria, atau Bro Satria juga boleh." Begitu katanya sambil nyengir. Busyet, sudah tua begini maunya dipanggil Bro, batin Heni.
"Ok Bro, memang jalanan keras banget ya."
"Pasti, apalagi untuk bis sepuh seperti saya. Kalo dikebut 100 km perjam saja pasti langsung amsiong mesinku, belum lagi badanku langsung gemetaran. Yang enak itu kalo jalan 60 km perjam, tapi majikanku selalu menggeber 100, soalnya ngejar setoran katanya, akhirnya aku yang empot-empotan." Bis Arimbi itu menghapus peluh yang meluncur di kaca depannya." Yang nyebelin itu bis bis muda. Saya Keki setengah mati. Pernah aku jalan 90, eh disalip oleh bus muda itu. Pas nyalip itu mereka teriak." Mbok jalannya kencengan dikit pak, sampeyan itu kan bis, bukan odong-odong. Bajingan kan."
Heni sebenarnya pengin tertawa mendengar ceritanya tapi ia tahan, tidak enak padanya walaupun sebenarnya ceritanya lucu. Tidak baik tertawa didepannya bukan.
Bis sepuh itu lalu melanjutkan ceritanya. " Sebenarnya aku ini lagi pusing lho. Gubernur Jakarta sudah melarang BIS AKAP untuk ke Jakarta, tapi keesokan harinya menteri perhubungan malah menganulir keputusannya, bisa menggerus ekonomi katanya. Duh dek."
Ia lalu melanjutkan ceritanya." Sebenarnya aku ini hanya ingin kepastian gitu, apakah dilarang ataukah diperbolehkan ke Jakarta. Kan ngga enak digantung gitu, emangnya lagi LDR apa."
Heni manggut-manggut karena ia memang juga pernah begitu. Cintanya digantung oleh si dia yang ada di Jakarta.
Keputusan Kemenhub yang menganulir kebijakan larangan bus AKAP dari dan ke Jakarta oleh Pemerintah DKI Jakarta beberapa hari yang lalu cukup menjadi dilema tersendiri. Termasuk bagi Bro Satria AKAP Arimbi ini.
Ia ingin berangkat ke Jakarta tapi takutnya malah dilarang bawa penumpang karena takut menyebarkan virus ke daerah lain. Tapi tidak ke ibukota, kok hati jadi ragu karena larangan itukan sudah dicabut oleh Kemenhub.
"Pucing Pala Satria." Begitu katanya.
"Terus bagaimana pendapat bro Satria kalo ternyata dilarang?" Pancing Heni.
"Kalo memang dilarang agar memutuskan mata rantai penularan virus Corona, ya saya sih setuju-setuju saja. Biar bagaimanapun tidak dilarang juga penumpang agak sepi. Belum kalo ternyata ada yang bawa virus. Duh, jadi ikut merasa bersalah akutu." Katanya sedih.
"Bro Satria baik hati ya."
"Iya dong. Biarpun ekonomi bagus tapi warganya banyak yang kolaps sama juga bohong." Jawabnya. Jawaban yang cukup menyentil beberapa pihak.
"Wah, kalau dilarang berarti bro Satria nanti nganggur dan bisa pensiun dong."
"Etdah. Begini begini aku juga banyak job lho." Katanya dengan nada agak meninggi.
"Job ke daerah lain di Sumatra maksudnya?" Tanya Heni.
"Ya ngga dong, daerah lain juga sepi." Jawabnya." Job saya itu banyak lho mbak. Ada yang dari FTV dengan judul 'juragan cantik naik bis' atau dari film juga ada yaitu ' ada cinta di bis kota'."
"Wah, bro Satria terkenal juga ya." Heni jadi kagum.
"Iyalah. Akting saya didepan kamera bagus soalnya. (ya iyalah bagus karena cuma nongkrong doang jadi bis, batin Heni) sumpah deh (idih, pakai sumpah lagi)."
"Itu masih belum seberapa." Ceritanya lagi." Tahun 2018 kemarin, aku dapat tawaran job dari Justin Lin. Kenal tidak dengan Justin Lin?"
Heni hanya menggelengkan kepala. Ia kenalnya hanya Justin Bieber atau Justin Timberlake.
"Dia itu sutradara film Fast and Furious 9 lho. Bayangin aja, Justin Lin email aku untuk tanya apakah aku mau jadi pemeran di film terbarunya atau tidak. Luar biasa bukan."
"Wah, pasti kamu ambil itu job ya." Heni jadi kagum.
"Sayangnya tidak." Katanya lesu.
"Lho kok tidak diambil, kamu bisa go internasional kayak Agnes Mo lho."
"Tadinya sih mau aku ambil tapi setelah baca naskahnya tidak jadi. Bayangin aja, aku jadi pemeran bis yang ditembaki sekujur bodinya oleh lawannya. Ntar jadi saringan dong saya. Habis itu juga kena bom pula."
Hampir saja Heni tertawa tapi masih bisa ditahannya.
"Gagal Go internasional dong."
"Kata siapa." Bro Satria membusungkan bagian depan bisnya." Begini-begini aku juga pernah main film internasional lho. Saya bermain di film Tayo The Little Bus. Tapi cuma sebagai Guest star sih. Hanya jingkrak jingkrak di jalan tol ceritanya."
Lagi lagi Heni hampir tertawa.
"Tapi dibalik semua ini, pandemi Corona ini tidak bisa dilawan dengan Ego masing-masing. Yakin deh sama saya yang lulusan Jepang (Bis Arimbi seperti bro Satria ini memang buatan Jepang). Harus duduk bersama lalu sinkronisasi antara kepentingan pusat dan daerah, selesaikan bersama. Urusan dapur saya mah urusan mudah. Yang susah itu mengurus ribuan warga Jakarta. Mau pulang kampung dilarang karena takut membawa virus, stay at Jakerdah mau makan apa karena nganggur. Kan harus dikaji bersama itu. Kalo memang harus tidak boleh pulang, mbok ya dikasih makan secukupnya. Manusia itukan butuh makan, bukan pohon trembesi yang bisa fotosintesis. Kalau ternyata boleh pulang, saya siap kok mengantar kemana saja. Ke Sumatra boleh, mau ke Jawa juga oke. Yang penting ada bensin biar ngebul plus oli mesin terbaik agar bisa ngacir jalannya."
"Bijak sekali bro Satria." Heni kagum.
"Usia mungkin membuat saya jadi bijak." Sahutnya. "Sudah sebaiknya kamu pulang. Temanmu itu sepertinya tidak kesini. Sebaiknya pulang karena sudah hampir Maghrib. "
Heni pun segera pulang.
Tamat
Mas agus, dirimu makin piawai aja ngolah skill nyerpennya...makin kreatip..., bukan kere aktip ya tapi kreatip hueheheh #standing applause
Btw ini aku ngakak pas bagian bus Satrianya dipanggil bang sat...hahhaha, untung ga jadi ya, akhire dipanggile malah bro aja
Tapi kocak loh, malah di terminal Tokoh Mba Heninya akhirnya ngobrol aja dengan Bis Arimbinya
Mana bis arimbinya banyak pengetahuan lagi, pinter nih nganalisa berita yang sedang marak saat ini bisnya #maklum jam terbang bisnya udah tinggi, pan uda sepuh bisnya hahahhah...
Terus aku ngakak lagi pas dia jadi bis di tayo hahahha, kenapa pula malah jadinya akting di tayo ketimbang ditembakin di fast n furious....trus yang si ftv asli bikin ngakak, terutama pas bagian yaiyalah keren, orang aktingnya cuma ngejogrog aja sebagai bis wakakka (kebanyang gimana tokoh heninya ngempet tawa dalam hati)
Keren mas agus, cerpen kali ini aku suka
Terus Belisnya Gw gitu..😬😬
Suuuueeeeee..😬😬😬
Wah ? Top banget cerpenya aku suka , aku suka ,daya imajinasimu mas Agus ? Tingkat dewa sama seperti daya imajinasi nya udha satria . Dah gitu? Aku baca ending terakhir udha ya itu lho? Bijaksana banget salut aku. 🤭🤭🤭🤫🤫
btw.. mas Agus ini tinggal di Lampung ya? kok latarnya terminal Rajabasa?
Ternyata bang sat bijak sekali ya... Seharusnya dia jadi menteri kesehatan.
Btw, besok besok kalau ada orang lairan, akan tak sarankan jangan pakai nama satria. Panggilannya seeerem
Demikian juga dengan nama jingga, saya sarankan juga jangan.
Eh, murid saya ada yg namanya jingga, pas temannya teriak manggil dari samping saya.. Astagfirulloh.. Kaget saya, saya kira misuhi cikgunya ini
Wkwk
saya belom bisa nih, bikin cerpen beginian :'
Waktu itu motor sekarang bus besok-besok mungkin kapal tanker dikasih nama satria..hihihi
Daripada mangkal terus dibawah lampu kuning 🚥😆🤭 ..
Udah kedinginan, cekak pulak honornya wwkkk 😂
Kaciaaannnn.. si Bang Sat eh salah Lang Sat eh salah lagi si Kang Sat jadi bis kota, antar daerah pula! Udah tua pulak!
Saya kok jadi pengen bikin cerpen, dengan tokoh utama sikat WC wakakakakakakak.
Enak banget ya kalau jadi penulis, selain bisa kirim orang ke Wakanda, pun juga bisa sihir orang jadi apa saja :D
Btw, kenapa coba si Kang Sat menolak go internasional di film sekeren itu, ya nggak apa-apa kan jadi saringan, nanti diperbaiki lagi bahahahahaha.
Daripada jadi pajangan doang di sinetron, sama di Tayo :D
Ta tunggu2 di endingnya kirain bakal pacaran, eh taunya obrolan biasa antara anak indigo dan anak indihome 😂
Nganu, mas. Cerpen yang kali ini lurus banget. Penuh dengan segala opini yang nyambung dengan fenomena belakangan ini. Alhamdulillah opininya lurus-lurus aja, gak neko-neko seperti biasanya. Atau karena tokoh satria memerankan peran sebagai bis tua? Hehehe.
Ngomong-ngomong bis nya itu sudah go internasional lho, Mas. Dari Jepang go ke bandar Lampung.🤭
kasian juga ya pas disalip bus bus muda malah disamain kayak odong odong
ya kali odong odong ...
alurnya asik mas, cuma kalau bisa dirapihin lagi tentang tanda petik dua pada kalimat langsung akan lebih ciamik lagi. Ini usul aja ya mas.
Nulis cerpen kayak gini lagi mas, ringan tapi mengena
semangat ya :)
Asik banget ni Heni, sepertinya saya pernah liat dia di Rajabasa deh :)
Eh tau2nya ga bikin merinding ceritanya. Mantab cerita bus akap nya mas agus, menghibur sekligus kritis. Sering2 aja bikin cerita kaya gini..
tapi ini bener banget loh sosialisasi corona lewat cerpen bagus juga ya ternyata. ku sendiri nggak pernh kepikiran haha
ditunggu cerita lainnya ya
-Traveler Paruh Waktu
Kang Satria udah go internasional, tapi aku nggak tahu. Ah, aku harusnya minta tanda tangan sebelum dia go internasional. Kalau sekarang pasti susah. Titip Heni ah... :)
Si heni nya harusnya liat masa depan bro satrinya dong.
Bang Sat (ria), jadi bus di fast n furious, ama tayo. Lucu Mas. Bahasanya ringan.
Saya sukanya itu kadang isu2 terkini disampaikan lewat cerpen dengan jenaka. Keren pokoknya. Khas.
Lucu, menghibur, ada ilmunya juga.
Btw itu nama panggilannya yang pertama bener juga. Tapi bikin salah paham yak😂