Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan suka membanding-bandingkan anak


Sebagai ibu yang punya anak kecil, lumrah saja kalo Heni sering ditanya oleh ibu-ibu di kompleks perumahan seperti berikut:

"Anaknya sudah bisa apa saja Eni?"

Rasanya lumrah saja ya mendapat pertanyaan seperti itu. Biasanya Heni akan jawab sesuai keadaan anaknya. Tapi yang bikin ia sensi itu kalo mereka sudah mulai membuat pernyataan pernyataan pedes seperti harga cabe di pasar.

"Lho kok gitu, anak saya umur 10 bulan udah bisa jalan lho." Kata Rita tetangga sebelahnya.

"Anakku umur setahun udah bisa nyanyi mamaku marah melulu lho." Sambung Susi disampingnya.

Nita, teman SMP nya dulu yang satu kompleks dengannya tidak mau kalah." Anakku umur dua tahun udah bisa nulis lho."

Yang lain jadi tidak mau kalah dan langsung ngegas." Anak saya dong. Umur tiga tahun sembilan bulan udah bisa bikin akun YouTube dengan subscribers ribuan. Belum lagi endorse Instagram dengan tarif 2 juta per post, dan itu semua dikerjakan dia sendiri lho."

Udah terusin, terusin aja sampai puas...

Biasanya kalo obrolan udah panas seperti itu paling Heni melipir ke belakang dengan alasan ada masakan belum diangkat, padahal dalam hati ia menjerit." Baeqlaaa, anak kalian memang hebat hebat sedangkan anakku hanya rakyat jelata yang tidak punya bakat. Ia kelak tidak akan ikut neraka karena tidak bisa minum setarbak karena hanya sanggup ngopi sasetan. Puas kalian, puaasss??!!!"

Punya anak memang momen yang luar biasa. Jika biasanya beranda medsos isinya tentang drama Korea maka kini digantikan dengan momen momen anaknya. Boleh saja sih membanggakan anaknya tapi mbok ya jangan membanding-bandingkan dengan anak orang lain. Tidak semua ibu muda hatinya terbuat dari titanium seperti mbak Reyna, kebanyakan malah baperan karena kebanyakan nonton drama Korea seperti dirinya.

Eh, tapi sebenarnya boleh tidak sih membanding-bandingkan anak?

Menurut Heni sih, sebenarnya boleh saja sih membanding-bandingkan kok.

What? Serius?

Iya dong serius, tapi dengan syarat bukan membandingkan dengan anak orang lain ya, tapi dengan dirinya sendiri. Jadi bandingkan perkembangan anak hari ini dengan sebulan yang lalu, pasti ada bedanya kan. Misalnya bulan lalu ia baru bisa berkata " maem ", sekarang bisa bicara. "Mamaku kerjanya main hape melulu." begitu ia ditanya tetangga. "Mama mana."

Dulu Heni sempat berada di fase krisis kepercayaan diri karena anaknya sudah umur setahun tapi belum juga bisa berjalan. Hal ini sempat membuatnya malas untuk keluar rumah karena pasti akan ditanyakan pertanyaan seperti diatas. Sebenarnya pertanyaan horor seperti itu sudah dimulai sejak ia masih sendiri." Kapan Kawin", setelah menikah ganti. "Kapan punya anak." Eh, sudah punya anak masih juga ditanyain. Duh, semoga saja tidak ada yang bertanya." Kapan punya mobil." Berat mbak, rumah saja masih nyicil tiap 30 hari, seberat impiannya untuk ketemu Song Joong Ki.

Itulah sebabnya saat sikecil sudah berusia setahun belum bisa jalan ia was-was. Beruntung Heni memiliki teman, baik di sosmed maupun blogger yang bisa memahami kegelisahan hatinya. Mereka menunjukkan informasi dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) yang menyatakan kalo ambang batas dari usia anak berjalan adalah 18 bulan. Artinya, jika usianya sudah 18 bulan dan anak belum ada usaha atau keinginan untuk berjalan baru konsultasi ke dokter anak.

Alhamdulillah setelah 16 bulan akhirnya ia bisa juga berjalan. Setelah itu perkembangannya pesat sekali. Kini ia sudah bisa berlari sambil berteriak." Beli mang." tiap ada tukang jajan lewat. Kini gantian Heni yang was-was karena dompetnya jadi tipis.

Heni membayangkan seandainya dalam kurun waktu tersebut ia membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain yang lebih bagus, bisa jadi ia akan bad mood berkepanjangan, padahal anaknya selalu sehat dan penuh tawa.

Belum lagi gempuran teori parenting berbagai aliran dengan contoh anak-anak yang cakep, pintar, dan serba bisa. Pengin ia terapkan semua teori itu pada anaknya, tapi pas dicoba malah kecewa karena hasilnya tidak sesuai harapan. Inikan seperti mengharapkan Lee Min Ho tapi yang datang bang Satrio.

Terus bagaimana caranya menghadapi pertanyaan basa basi yang bikin sensi ini?

Gampang kok, senyumin aja, cuekin aja ya, iya-iyain aja, sesimpel itu kok.

Serius lho, Heni pernah coba menanggapi tapi tetangganya makin merasa tersaingi. Tetangganya akan mengerahkan segala daya upaya agar anaknya selalu menjadi yang terdepan seperti iklan sebuah sepeda motor. Jadi sekarang ia main aman saja, iya-iyain aja.

Selanjutnya jalani hidup seolah tidak terjadi apa-apa. Nonton drakor seperti biasa atau belanja ke warung untuk masak anak dan pak su. Heni sudah pusing mikirin cicilan rumah, tidak mau lagi ngurusin tetangga yang mulutnya celamitan.

Ia hanya berdoa semoga anaknya nanti hidup dari hal hal yang disenanginya, selama kesenangan itu menjadikan dirinya manusia yang baik hati.

Hayo ibuk ibuk, siapa diantara kalian yang pernah mengalami kejadian seperti diatas, ayo ngacung.

Ya kamu, bagus. sana silahkan ambil sepedanya~

TAMAT

Note: terimakasih buat Mbak Heni yang sudah banyak membantu. Selamat ulang tahun ya mbak, semoga sehat dan tetap semangat.
Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

131 komentar untuk "Jangan suka membanding-bandingkan anak"

  1. Benar juga Mas, jangan membanding-bandingkan anak dengan anak lainnya. Hal utama karena setiap anak itu unik, membawa bakatnya masing-masing, membawa kemampuannya masing-masing. Apalagi kalau membandingkan itu membuat anak menjadi orang lain. Biarkan anak menjadi dirinya sendiri.

    Kurang lebih begitu pendapat saya.

    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam juga pak Asa.

      Betul sekali pak, tiap anak punya kelebihan masing-masing, tinggal bagaimana orang tua menggali potensinya, misalnya anaknya suka jajan, siapa tahu nanti besarnya jadi chef.😊

      Hapus

  2. Jujur dibanding - bandingkan itu rasanya juga tak enak lho? Tapi beruntung bundaku itu cayang Banget ma ku ,dan tak pernah bandingkan ku dengan anak gadis remaja di luar Sono . Kebanyakan sih tetangga dekat yang kayak gitu , misal nyindir bundaku. Bun? Si Tari lho kok sering sakit , kok pendiam, kok minderan, kok susah sosialisasi, bla .... Bla .... Dan sebagainnya tapi bundaku selalu bilang , endak kok ? Tari itu anak pinter, mudah sosialisasi , dan akhirnya bundaku memilih mundur dari percakapan emak tetangga di rumahku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasa mbak, seperti udah tradisi orang ngomongin kekurangan orang lain hingga lupa kekurangan sendiri.😊

      Hapus
  3. Ooh gitu yaa2....Bentar yaa saya balik lagi...Mau jemput si Anu dulu..😊😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau mangkal dulu ya kang.😊

      Hapus
    2. Wkwkwkk..pasti itu... wkwkwk..kaburrrrrrrrrrr

      Hapus
    3. Kalo belum mangkal, belum adem atinya ya kang.😁

      Hapus
    4. Suuueeee...luh kira es cincau adem..😡😡

      Hapus
    5. Bukan mau mangjal taaau .. , tapi kevelet vivis 🚽 ..., Wwwkkk 🤣🤣

      Hapus
    6. Bukan es cincau tapi cendol gondrong..hihihi

      Hapus
    7. Wah, cendol juga ada macam-macam ya, baru tahu.😅

      Hapus
    8. Ada dong 😉
      Cendol tak endol~endol juga ada ...

      Belum pernah tau dan nyobain kan rasanya kek gimana 😜 ..
      Eunaaak tau 😆

      Hapus
    9. Waduh, jangan jangan itu cendolnya kang satrio.😂

      Hapus
  4. Vetul sekali ulusan anak memang tidak Visa dianggap lemeh....

    Jadi juga jangan Velnah banding2kan anak dengan anak lainya yaaa nggak boleh itu.

    Kalena anak itu bukan merk atau balang yang Visa dibanding-bandingkan sfesifikasinya.

    Anak itu titipan tuhan yang halus kita jaga dan halus juga kita peltanggung jawabkan....Baik ibunya atau bapaknya.

    Sebagai olang tua kita juga wajib selius mengulus anak dan jangan suka mangkal2 ... Terlebih mangkal di lampu melah.������

    Yaa harus diingat itu baik2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cintai ploduk-ploduk Indonesia

      Hapus
    2. Terima kasih sudah mampir kang, pasti habis mangkal nih, ngga enak soalnya habis mangkal masih capek udah kesini, apa dikejar satpol PP ya? 🤔

      Hapus
    3. Hebat banget blog nya, Mas. Disatroni sama kak Seto. Tapi kok berasa lagi iklan ploduk-ploduk Indonesia ya.
      😂😂😂

      Hapus
    4. Kak Seto yang ini beda mbak, dia sukanya bikin cerpen 90++ daripada parenting.😂

      Hapus
    5. Kak Setooooo ..., minta tandatangannya dooong 🖌️

      Saya pecinta acaranya kak Seto, loh ...

      Mau yaa .. ya .. , mau kaan ngasi tanda tangan ...

      Hapus
    6. Hayo kak Seto, kasih tanda tangannya atuh, jangan pelit pelit kayak tetangga sebelah.😁

      Hapus
  5. Mengharapkan Lee Min Ho tapi yang datang bang Satrio..wkwkwk..beda tipis kok Lee Min Ho sama bang Satrio...wkwkwk.. ehh tapi Lee Min Ho itu cewek atau cowok sih? (Bingung)

    Kenapa gak dikasih linknya langsung ke blog mbak Heni, mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan tanya pada mbak Heni, apakah bang satrio itu cewek apa cewek gadungan.

      Udah aku kasih link ke mbak Heni, makasih suhu.🙏

      Hapus
    2. Baiklah nanti ditanya tapi.... Ah sudahlah..hihihi

      Nah kalau begitu kan cakep..hihihi

      Hapus
    3. Mas Herman sendiri cowok asli apa cowok gadungan mas.😱

      Hapus
    4. Tergantung permintaan..wkwkwk

      Hapus
    5. Mungkin tergantung permintaan bang Satrio apa Vicky Prasetyo to.😁

      Hapus
    6. Ah sudahlah, ngga usah dibahas, ngga enak ama bang Satrio.🤭

      Hapus
    7. @ HERMANSYAH =

      Maaas ...
      Interupsi, mau tanya ...

      Profil blog sampeyan kok ngga alamat blog , sih ?.

      Aku mau bewe jadi kebingungan nyari alamat blognya ada dimana ...

      Hapus
    8. Dia punya blog tapi ngga ada kolom komentarnya mas, kalo mau bw bawa gula teh saja sama cemilan.😅

      Hapus
    9. Waah ..
      Berarti mas Herman ini benar-benar menghermankan yaa .. ckckk ..
      punya blog tapi ngga ada kolom komentar, terus tugasnya ningkatin grafik kunjungan blog banyak orang 🤔
      Sungguh mulia dikawwwww masHermankan, eh# mas Herman 😄

      Hapus
    10. Begitulah, namanya juga Herman 😅

      Hapus
    11. Herman yang menghermankan..hihihi

      Hapus
  6. Wah makasih mas Agus.. Akhirnya jadi juga ya tulisannya, sy kira ini tulisan yg dibuat dr seorang Agus, dr sudut pandangnya yg sederhana, tapi ternyata enggak looh menurutku, mad Agus justru menulis dengan pengetahuan yg tinggi menurut saya,dan itu terbukti cara menyampaikannya dengan berbagai istilah kyk IDI, parenting lah... Pokoke itu daya hayal yg tinggi, sy aja blom tentu kepikiran sampe ke sono....thnks mas Agus. 🙏🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi beneran ulang tahun...???🤯🤯🤯

      Eelaaa bujug..Traktir kek gw .... 🤪🤪

      Hapus
    2. Kalau mau ditraktir mas satria ke blognya aja dan komentar yang banyak gratis gak disuruh bayar..hihihi

      Hapus
    3. Ayo ke blognya dan minta traktir kuota internet selama setahun.😁

      @santuyuks, ini semua berkat bimbingan dua guru diatas saya yaitu mas Herman dan bang satria mbak hingga bisa bikin cerpen seperti ini.🙏

      Hapus
    4. Woii.. jangan buka rahasia dong.. kabur

      Hapus
    5. Oih suhunya ke dua orang di atas ya... Baru tauk saya... moga"nular yg baik" aja yak... 😁🙏🏃🏃🏃🏃

      Hapus
    6. Paling yang nular PEA nya aja mbak.😁

      Hapus
    7. Wah, Mbak Santuy ulang tahuuuuun. Selamat ulang tahun ya, Mbak. Semoga panjang umur, sehat, dan sukses selalu. Jangan lupa traktirannya lho, Mbak. Hehehe🤭

      Hapus
    8. Sebelum minta traktiran, jangan lupa ngasih kado dulu mbak.😁

      Hapus
    9. Tu mbak Roem... Udah disampein pengumumannya ama mas Agus 😁

      Hapus
  7. Tulisannya keren 👍 mas, pembahasannya cukup serius tetapi dikemas dengan gaya elok ala ala komedian... Keren🌷

    Menurut saya pribadi setiap anak adalah berharga, jika seorang anak harus dibandingkan dengan anak yang lain maka itu pintu masuk yang pertama menuju kedengkian, jika terus dirawat maka akan bertunas menjadi kecemburuan sosial yang tak berujung hehe kata penulis terkenal itu jika anak dibesarkan dengan kasih sayang ia akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, tetapi apa jadinya jika seorang anak dibesarkan dengan cara membandingkan satu dengan yang lain...?🤦

    Setiap anak unik dan berharga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kang Martin, setiap anak adalah berharga karena anak ciptaan Allah. Karena itu tidak baik membandingkan anak yang satu dengan yang lain. Bisa depresi anaknya.😊

      Hapus
    2. Nah saya setuju banget ni kata kata mas martin, bikin adem hati para orang tua euy , terutama quote yang terakhir

      Hapus
    3. Wow berarti mbak mbul dapat sepeda juga, silahkan ambil di toko terdekat sambil bawa duit ya mbak.😊😁😊

      Hapus
  8. udah terusin sampai puas....belum puas udah tamat saja...

    asyik benar gaya bahasanya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalo asyik mas Agus, semoga terhibur ya.😊

      Hapus
  9. Pertama-tama, saya mau mengucapkan selamat ulang tahun buat Mba Heni. Semoga selalu sehat dan bahagia, ya, Mba.

    Nah, ini, saya juga pernah ngalami. Anak ditanya2. Saya selalu diam atau bicara ideal aja,

    nanti juga bisa kok. Tiap anak kan beda2 ya.

    Mas, emang ya ada bukibuk yang model gini, nggak mau ngalahan. Pernah ngomongin kelebihan suami orang dan dia nggak terima, suaminya juga dilebih2kan. Hmmm..

    Makanya saya jaga diri dan omongan banget saat bergaul dengan bukibuk apalagi saya IRT, intensitas ketemunya sering.

    Terima kasih Mas untuk tulisan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sama mbak Pipit, sebagai IRT yang sering ketemu ibuk ibuk memang kadang bete juga ya kalo ada yang bandingkan, baik bandingkan anak ataupun suami.

      Silahkan ambil sepedanya di mbak Heni.😁

      Hapus
    2. Ni udah disediain spedanya, tpi rakit sendiri yaak, soalnya masih pretelan. 😂

      Hapus
    3. Emangnya mainan Lego suruh rakit sendiri.😱

      Hapus
  10. Balasan
    1. Bukan mbak, saya anak ayah dan ibu.😂😂😂

      Hapus
  11. Cerpen kali ini lumayan serius sih temanya, bahkan untuk orang tua baru macam aku yg mungkin kadang ya masih minim pengalaman. Tapi lumayan juga deng, pesan moral yg disampaikan di paragraf menuju ending, kalau terpaksanya ketemu macam ibu ibu yang jiwa kompetitifnya tinggi banget mending ga ikutan deh alias undur diri, terpenting sebagai orang tua sudah semaksimal mungkin merawat dan membesarkan buah hati sepenuh cinta, ga mau ikut ikutan kemrungsung nanti malah stress, mending jd orang tua yg bahagia agar anak turut merasakannya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha betul sekali mbak mbul, mending merawat anak sama suami ya dari pada nanti kemrungsung.😂

      Hapus
    2. Betul mas agus, paling muales kalau ketemu tipe ibu-ibu nyinyir yang judgmental, suka komen tapi ga diminta, suka menilai sesuatu asal njeplak, huahahha, horrornya melebihi horror film yang biasa kutonton

      Hapus
    3. Saya nggak pernah ketemu sih mamak-mamak nyinyir di dunia nyata




















      soalnya saya nggak pernah ketemu mamak-mamak, di rumaaahhh aja mulu hahahaha

      Hapus
    4. Sama, Mbak Rey. Aku juga begitu. Kebanyakan di rumah, jadi gak pernah ketemu mamak-mamak nyiyir. Bayangin ketemu mamak-mamak nyiyir aja udah sukses bikin aku ngeri. Apalagi ketemu beneran.😱😱😱

      Hapus
    5. Kenapa sih ngga suka nyinyir, padahal ngegosip tetangga sebelah itu enak tahuk.🤭

      Hapus
  12. Kagum deh ama anak-anak komplek sana, sepertinya anak-anaknya luar biasa,...dan ibunya juga hebat, tau banget tentang kondisi yang dialami dan dimiliki anaknya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya itu kompleks di Depok mbak, anaknya memang hebat dan serba bisa 😊

      Hapus
  13. Adem rasanyaaa .. lihat tulisan mas Agus disini jadi bijak banget kayak psikolog xixixi 😁

    Aku juga bakalan berdiri jadi garda depan untuk bilang Say No buat ngebanding-bandingin anak 🏃⛔

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas him, mendingan bandingkan tempat mangkal saja ya, lebih bagus mana tempat mangkal sampean dan kang satria..😁

      Hapus
    2. Elaaa bujug...Perasaan gw nggak gabung dan bukan pria jiwa pangkalan

      Gw cowok rumahan yang suka dimanja & disayang2 sama yang tersayang.🤣🤣🤣

      Hapus
    3. @ Agus =

      Whuahahaha .. hasyeem 🤣🤣

      Bagusan tempat mangkalku atuuh ..

      Mau tau dimana ?.

      Di ...
      Bonbin kandang singa 🦁!
      😂😂😂

      Hapus
    4. Wow, berarti mas Himawan ini Tarzan dong.🤭

      Hapus
    5. Ya getoh deech ...
      Baru tau ya, .. heum ... Hahaaa .. aku tuh persis kayak tarzan. Cuma pakai cawat doang 🤑

      Hapus
  14. ngapa ya kalo sy bw ke blognya mas Agus sm kang Satria bawaannya ngekek sendiri, pa sy udah ga waras? 😱

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh gawat, apa mungkin ketularan kang satria mbak, segera berobat ke klinik tong fang sebelum parah mbak.😱

      Hapus
    2. Eealaaa buseehh!!...Udah Nggk waras kite disalahkan.😲😲😲😲😲

      Hapus
    3. Udah mulai ketularan dia.. wkwkwk

      Hapus
    4. Mungkin Mbak Nita terpesona. *Eh* 🤭

      Hapus
    5. Jadi malu saya.. 🙊😂😂

      Hapus
  15. Humor Mas Agus makin dalam, nih. :D

    Kadang saya juga bertanya-tanya, kenapa sih pada banding-bandingin anak? Tiap anak kayaknya punya caranya sendiri-sendiri buat belajar (termasuk belajar bicara dan berjalan) dan mereka punya minat sendiri-sendiri pula.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, kalo kedalaman nanti ngga bisa keluar dong bang.😱

      Betul sekali kang, tiap anak beda kemampuannya, jadi jangan dibanding-bandingkan, takutnya nanti anaknya depresi.😔

      Hapus
  16. Aku dari kecil nggak pernah dibanding-bandingkan tapi ya emang sih nggak enak lho kalau dibanding-bandingkan itu, kan tiap anak atau orang juga punya kemampuang yang beda-beda.

    Termsuk anak-anak yang dibicarakan di atas.

    Tapi, cakep buat Bu Heni, membandingkan anak dengan diri sendiri, jadi bisa bener-bener memantau bagaimana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak Shandy, sebenarnya bukan hanya anak kecil saja sih, sudah besar juga ngga boleh dibandingkan dengan anak orang yang sukses, takutnya minder.

      Hapus
  17. mengutip tulisan ini "Heni pernah coba menanggapi tapi tetangganya makin merasa tersaingi."

    sepertinya ini emang sifat dasar manusia banget ya mas haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sifat dasar manusia memang apa aja sih, kok sepertinya serem.😱

      Hapus
    2. hehe ya begitu mas, yang punya anak siapa yang risih siapa. kan kocak ya kadang haha

      Hapus
  18. Saya sepertinya beruntung karena nggak pernah dibanding-bandingkan oleh orang tua, dan saya rasa orang tua saya juga nggak pernah dengar teman-temannya membandingkan anak mereka dengan saya :)) apa mungkin jaman dulu, orang-orangnya lebih bisa menjaga perasaan, ya? Entahlah ehehe..

    Berhubung saya nggak ada anak, jadi saya belum pernah dengar secara langsung perihal banding membandingkan ~ tapi beberapa sahabat saya yang sudah pada punya anak pernah bercerita pengalaman mereka ketemu ibu-ibu TK yang sering membandingkan anak mereka dengan anak sahabat saya. Nggak tanggung-tanggung pula yang dibandingkan, bukan lagi soal berat badan dan lain sebagainya, tapi soal tas yang digunakan, merk sepatu yang dibelikan, dan ini itunya :\

    Pusyiaaaang kalau kata orang Padang :"D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, kalo membandingkan barang malah lebih parah menurutku ya mbak, gimana kalo ibunya tidak punya duit atau uangnya pas-pasan ya mbak.

      Alhamdulillah kalo mbak Eno ngga ada yang membanding-bandingkan, aku juga sebenarnya ngga ada yang membanding-bandingkan sih, cuma iseng bikin cerpen saja.😊

      Hapus
  19. Semoga ibu-ibu (dan mungkin juga bapak-bapak) lebih bisa bijak lagi ke depannya. ngga enak bgt dibanding2in gitu.. waktu kecil saya pernah dibanding2in jg sih dan itu nyesek, keinget sampe sekarang.. sekarang yuk kita lebih bijak.. bagus jg tuh kita bandingin anak kita yg skrg dg anak kita sebulan sebelumnya,, setuju kalau ini.. toh membandingkannya dg diri sendiri.. :)

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar ya kang, apalagi kalo dibandingin sama anak orang kaya, tambah nyesek. Misalnya si itu udah bisa beli mobil, si itu udah punya rumah, kok kamu masih pengangguran, jadi pengin nangis.😂😓

      Hapus
  20. bukan cuma anak mas, kita sendiri kalo di banding-bandingkan dengan urusan apapun, kerja misalnya, pasti kesel juga.. yah sebenernya sih memang boleh-boleh aja membanding-bandingin, tapi asalkan jangan over power, dih apa si ini :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kok mas, saya kadang dibandingkan tetangga, kok kakak kamu udah punya rumah dan mobil sementara saya masih ngontrak aja. Penginnya sih bilang, emang kamu mau beliin? 😂

      Hapus
    2. nah itu tuh yang bikin kesel, gw juga pernah itu.. kok adek2mu udah pada nikah dan punya anak kok kamu belom.. langsung pengen gw timpuk pake sendal tuh tetangga :D

      Hapus
  21. Bener banget tuh Mas, membanding-bandingkan anak itu nggak bagus.
    Apalagi kalo seorang ibu malah membandingkan anaknya dengan anak orang lain, itu juga bisa bikin mental si anak jadi rendah diri.

    Btw buat Mbak Hani jangan kecewa kalo ngarepin Lee Min Ho tapi yang datang Bang Satrio, soalnya Bang Satrio juga nggak kalah ganteng kok. 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul bang Rudi, bang satrio udah ganteng suka mangkal juga. Kurang apalagi coba bang satrio? 😱

      Hapus
  22. Tidak bagus sih kalau membanding-bandingkan anak. Semua ciptaan punya keunikan tersendiri dan biarkan seperti itu. Kita hanya perlu membantu dan menatanya saja. Kalau sampai banding-bandingkan begini, bisa-bisa ada perkelahian emak-emak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali bang ancis. Kalo perkelahian emak emak sih sepertinya ngga, tapi misuh misuhan sih iya.😁

      Hapus
  23. Keren banget ini mah!
    Betul banget, kalau mau bandingin ya sama dirinya sendiri ya, bulan kemaren udah bisa apa?

    Etapi mengkhawatirkan juga ya kalau anak bisa ngomong mamanya maenan hape mulu hahaha.

    Tapi memang udah sering banget hal kayak gini, saking seringnya jadi kebiasaan yang seperti dibenarkan gitu.

    Entahlah mungkin nggak ada bahan lain yang diomongin, jadinya pamer hebat-hebatan anak hahaha.

    Meskipun, kadang saya mau memahami aja gitu, maklum ye mamak-mamak hiburannya anak doang, jadinya yang dipamerin anak aja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emak emak yang hobi main hape akhirnya datang juga.🤣

      Iya ya mbak, mau pamerin mobil ngga punya, mau pamer emas cuma dikit. Alhamdulillah kalo anaknya pintar, jadi bangga kalo anaknya juara kelas.😊

      Hapus
  24. Akhirnya mas Agus sekarang bahas parenting juga. Aku curiga kalau ternyata mas Agus ini multitalenta. Selain tukang bikin cerpen jangan-jangan mas Agus ini komedian, ustadz, atau psikolog. Soalnya tulisannya berasa banget lucunya dan kadang ada nasehatnya, ada pengetahuannya seperti tulisan kali ini yang lagi bahas parenting. Oke banget, mas.

    Masalah banding-bandingkan anak ini memang biasa terjadi di masyarakat. Untungnya aku gak pernah ngalami, karena memang jarang sosialisasi di luar rumah. Keluar rumah paling cuma ke pasar doang.😂

    Tapi selain membanding-bandingkan anak, orang juga suka membanding-bandingkan nasib lho, mas. Istilahnya berlomba-lomba menjadi manusia terngenes di seluruh dunia. Biasanya ini terjadi kalau lagi ada yang curhat. Yang diajak curhat pasti menimpali kalau masalah yang dialami yang curhat gak ada apa-apanya dibanding masalah yang dihadapinya. Yaaaaa, kalau dipikir-pikir manusia itu lucu. Suka banget sombong. Gak cuma sombong karena anaknya lebih unggul daripada yang lain, tapi juga sombong kalau dirinya jadi manusia yang lebih ngenes daripada lainnya.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha yang terakhir aku nih, soalnya kadang aku juga suka komentar ngenes padahal aslinya ngga sengenes itu sih.😂

      Kalo soal parenting itu berkat ilmu dari guru saya yaitu mbak yang mirip Titik Sandora.😅

      Hapus
    2. Waduh, kepo aku siapa itu yang mirip titik Sandora. Boleh dong, mas, kenalin ke aku. Supaya bisa aku ajakin Poto. Siapa tau dikira lagi poto bareng artis.😂

      Hapus
    3. Kepo banget apa kepo doang mbak.😂

      Hapus
  25. ceritanya bisa jadi rujukan buat aku nasehatin istri nanti.

    tapi sejatinya manusia emang makhluk yang suka membanding bandingkan. segala hal dibanding bandingkan nggak cuma anak. (mau nyebutin satu satu tapi otak blank) ya begitulah. yang jelas seperti cerita diatas, membandingkan yang baik itu adalah membandingkan kegigihan orang mencapai kesuksesan dengan diri kita. semata mata untuk menjadikan motivasi. dan membandingkan orang yang dirasa lebih tidak beruntung dari kita, semata mata untuk bisa bersyukur. semangat mbak heni membesarkan buah hatinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sih kang, namanya hidup pasti ada persaingan, tapi ya sebaiknya jangan terlalu keras aja perbandingan nya. Misalnya saya baru punya motor beat, bolehlah dibandingkan dengan Nmax, asal jangan sama Fortuner aja.😂

      Hapus
    2. Iya itusih kejauhan bandingannya. Bikin sakit hatinhiyahaah

      Hapus
  26. aku juga sering dapet pertanyaann kayak gitu mas agus..
    kalo ada mak emak yang mau nyinyir dengan pertanyaan "anaknya udah bisa apa mba?"

    lalu aku jawab aja..

    "Alhamdulillah, udah bisa ngerjain soal kalkulus, Aljabar dan Aritmatika" wkwk..

    ya, lagian.. emangnya anak bayi udah bisa apa ya kan? pastinya gak beda jauh lah ya sama bayi-bayi lainnya.. tul gak mas agus? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya itu pertanyaan basa basi saja mbak, kalo tidak terlalu membandingkan ya slow aja sih

      Hapus
  27. terkadang, justru menjadi motivasi dia untuk seperti anak lain....
    misalnya si anak A, juara kelas, motivasi si anak B bukan ingin jadi juara kelas, tapi apa saja yang penting juara.

    # Stay safe, healthy and virus free

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo untuk sekedar motivasi boleh saja sih agar giat belt, tapi kalo terlalu memaksa itu yang kurang bagus menurutku.😊

      Hapus
  28. memang kalau ada yang suka membanding-bandingkan anak itu rasanya gimana, apalagi pas di depan kita walau mungkin kita juga sudah tahu bagaimana cara untuk menyikapinya, namun rasanya itu spontan dan mak jleb....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul juga, kaget jadinya ya mbak dibandingkan.

      Hapus
  29. Nah, ini baru cakep..!!
    Bisa dikatakan anak adalah titipan Ilahi jadi, apa pun kondisi nya wajib disyukuri..

    Jangan seperti Satria, setiap hari nitip Mulu.. 🤭✌️

    BalasHapus
  30. Soal banding membanding di negeri ini rasanya bukan cuma soal anak saja tapi merambah kemana2 sampai kekucing juga, jatoh2nya agak mirip gosip, makin dibanding2kan makin sip 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti 11 12 sama gosip ya kang. Tapi sepertinya sekarang bukan cuma kalo ketemu saja, di sosmed juga masih saingan.😁

      Hapus
  31. Artikel awal bikin merinding mas, sumpah, kalau emak-emak sudah ngerumpi seperti itu ya...

    Ga apa-apa sih membandingkan anak, apalagi antar anak sendiri. Kalau sama anak tetangga mah itu urusan mereka hehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, sabar ya kang Roni. Semoga kang Roni tidak dibandingkan dengan orang lain apalagi dengan selebritis.😁

      Hapus
    2. hahaha jangan merinding mas roni.. hati hatii di lingkungan kita bgitu juga

      Hapus
  32. I can't read your post because my translator doesn't work:( I don't understand your language...
    Greetings

    BalasHapus
  33. anak saya 1 tahun udah bisa terbang wkwkw
    iya bandingannya sama diri sendiri
    tapi harusnya lebih ke apreasiasi dan motivasi

    kalau membandingkan dengan rafatar ya ga kelar kelar ya mas wkwk

    BalasHapus
  34. Momen membanding-bandingkan anak itu terasa banget waktu aku galau soal berat badan anakku yang sempet seret di usia 2-3 tahun ini. Tiap kali liat anak lain yang makannya pinter, hati rasanya sedih kenapa kok anakku makannya milih-milih. Belom lagi era sosmed membuat kita gampang banget kan membandingkan hidup kita dengan orang lain, ternyata anak pun bisa jadi korban perbandingan T_T

    Untungnya sekarang udah tobat hahaha aku malah fokus membesarkan anakku aja. Betul tuh apa kata Mbak Heni, membandingkan anak dengan diri dia sendiri itu paling tepat. Kita jadi orangtua pun bangga yaa kalo ada perkembangan yang nyata dari si kecil (:

    BalasHapus
  35. Liputan nya bagus.. pasti mas Agus ini seorang psikolog temannya kak Seto psikolog dan pecinta anak-anak.hehehe

    BalasHapus
  36. kalau suka membanding2kan anak, kita sebagai orang tua juga akan dibanding2kan anak sama ortu lainnya, aduhhh gawat kannn
    anak saya udah mulai gitu :) jd kapok deh saya

    BalasHapus
  37. aku kalo gede gini dibanding bandingin sama orang lain ya 'ga terima' hehehe
    udah bisa mikir soalnya, jadi tau batas kemampuan diri seperti apa, mungkin aku yang nggak bisa sama seperti dia, tapi dia belum tentu bisa mengerjakan hal-hal yang aku bisa.

    nah ibu ibu kebanyakan juga ngga suka kalo anaknya dibandingin sama anak orang lain, tiap anak pertumbuhannya beda beda meskipun umurnya sama. mungkin ada faktor genetik juga yang mempengaruhi
    bahaya juga kalo anak umur setahunan udah bisa manggil mamang mamang jualan di depan rumah ya hahaha, bangkrut emak nanti

    BalasHapus
  38. Makanya saya sukanya dirumah aja.. kalau keluar pasti di tanya sama tetangga..
    Fuih.. begitulah hidup.. deritanya tiada akhir..
    #tapi boong.. huehu

    BalasHapus
  39. Saya termasuk anak yang tumbuh dan besar dengan dibanding- bandingkan dengan anak tetangga, teman sekolah hingga anak kucing depan rumah.

    Karena saya tahu dibanding-bandingin itu nggak enak, saya nggak mau banding2in anak saya sama anak orang/makhluk apa pun.

    Selain kasihan anak, juga biar nanti anak saya nggak pernah ngebandingin saya dengan bapak kucing tetangga.

    BalasHapus
  40. betul, setiap anak punya keistimewaannya sendiri

    BalasHapus