Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cinta sampai mati episode 5

 


Satria berpikir, memang adil juga rasanya jika pak lurah dipenjara dari pada ia bebas berkeliaran, mana dihormati warga lagi karena ia sering membagikan harta rampokan untuk warga miskin tanpa masyarakat tahu belangnya.

"Baiklah, aku akan ke kantor polisi untuk bersaksi bahwa pencurian yang aku lakukan itu atas perintah lurah keparat itu."

Suster Tiwi menggeleng." Kata bapakku, kurasa itu sulit. Lurah itu bisa saja berkelit dengan mengatakan tidak tahu, apalagi kamu ini, maaf bekas narapidana, yang mana hakim mungkin tidak mempercayai perkataanmu."

Tentu saja pemuda itu jadi dongkol." Jadi baiknya bagaimana?"

Pratiwi tersenyum." Tidak usah khawatir, bapakku sudah berunding dengan kapten Himawan cara terbaik untuk menangkap lurah tersebut. Tak usah khawatir, kapten Himawan sudah berpengalaman dalam hal ini."

"Bagaimana caranya?" Tanya pemuda itu ingin tahu.

"Nanti mas Satria juga tahu. Apakah sekarang tubuhmu sudah sehat?" 

Satria langsung berdiri tegak." Sekarang disuruh berkelahi pun rasanya aku sanggup. Biar Herman aku yang hadapi, kalo pak lurah aku masih bingung dengan ilmu kebalnya, mana dia punya pukulan yang keras lagi."

Rupanya pemuda itu belum tahu kalo musuh besarnya itu sudah kehilangan semua kesaktiannya.

"Sekarang kita ke rumah kapten polisi itu dulu untuk menyusun rencana. Disana sudah ada bapakku."

"Tak sabar aku ingin bertemu dengan bapakmu yang baik hati itu."

* * *

Kalo di kota, Satria dan Pratiwi sedang menyusun rencana maka di desa pak lurah dan Herman malah sedang bingung. Mayat bayi yang kemarin mereka dapatkan dan direndam dalam cairan penyusut tubuh malah berbau. Mata bayi yang harusnya ikut mengkerut ada yang keluar satu dan berbau busuk.

"Herman, apa waktu sebelum kau menggali lubang kuburan itu kau taburkan bunga yang sudah kau bawa agar rohnya tidak mengikuti?"

Herman kaget, baru ia ingat lupa menaburkan bunga pengusir roh karena teringat dengan masa lalunya.

"Maafkan saya pak lurah."

Tentu saja lurah Agus murka." Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus segera mendapatkan gantinya minggu ini juga, sekarang bawa mayat bayi sialan ini keluar dan kuburkan. Haram jadah, aku harus menyiapkan lagi ramuan ini."

Herman mengangguk lalu segera mengangkat mayat bayi bi Saniah keluar dari kamar tersebut. Tubuh bayi yang berwarna hitam akibat cairan penyusut tubuh itu dibungkus dengan hati-hati. Baru kali ini ia gagal sehingga terpaksa mengurusnya. Ia berpikir, tak mungkin menguburnya di tempat semula karena tadi pagi warga desa geger dan lapor kepada kepala desa kalo ada pencurian mayat bayi, mungkin ini akibat dirinya tidak terlalu rapi menimbun tanahnya kembali.

Setelah mengubur mayat bayi itu ditempat sepi maka ia lalu mencari informasi lagi dengan hati-hati. Pusing karena anak buahnya tidak mendapatkan kabar tentang hal itu maka iapun lalu mampir ke warung kopi untuk melepas lelah sekaligus juga mencari informasi.

"Bu, kopi hitam jangan pakai gula, cepat!" Teriaknya. Ibu separuh baya yang sedang menggoreng tempe kaget. Segera ia bergegas membuat pesanan tamunya, karena jika telat bisa-bisa marah.

Sambil menyeruput kopi maka ia lalu melihat sekeliling, hanya ada dua orang lain di dalam warung tersebut yang sedang ngobrol.

"Jadi benar Tini kehilangan bayinya?" Tanya orang berbaju kotak-kotak.

Orang berkaos hitam yang ditanya mengangguk." Benar, kasihan Tini. Anaknya baru seminggu sudah mati pasti shock sekali."

"Kasihan ya, baru lahir hari Jumat kemarin eh matinya juga hari Jumat."

"Udahlah, daripada kasihan mendingan kita kesana melayat, Mumpung bayinya belum dikubur."

"Ayo, memang mau dikubur di mana?"

"Katanya sih di kuburan pojok desa Sumberejo."

Setelah membayar maka kedua tamu itupun pergi. Herman yang menguping tentu saja gembira.

* * *

Bulan separuh tampak menggantung di langit ketika sesosok tubuh tinggi besar mengendap-endap menuju kuburan umum di desa Sumberejo. Dipunggung nya tampak sebuah sekop yang diikat rapi.

Karena baru pertama kalinya ia masuk ke pemakaman itu maka beberapa kali kakinya terantuk papan nisan karena keadaan gelap. Ia melihat langit, rembulan ternyata sudah tertutup awan. Terpaksa ia keluarkan senternya agar bisa melihat keadaan sekelilingnya.

Di sebuah pohon Kamboja tampak sebuah makam yang masih baru. Tentu saja ia girang, pasti itu kuburan yang dicarinya. Segera saja ia melepaskan sekopnya lalu mulai menggali.

Baru menggali setengah meter tiba-tiba tampak beberapa lampu menyala menyoroti dirinya. Tentu saja sosok itu kaget bukan kepalang, apalagi ketika ia melihat sekelilingnya ada lima orang berpakaian seragam mengepungnya, beberapa diantaranya menodongkan senjata api.

"Saudara Herman, kau tertangkap basah hendak mencuri mayat bayi. Menyerahlah!" Sebuah suara keras dari megaphone membuat sosok itu yang memang Herman jadi tambah kaget. Bagaimana para polisi itu bisa tahu namanya.

Terpaksa ia lalu keluar dari dalam makam.

"Kedua tangan segera diangkat keatas." Perintah suara itu lagi.

Dengan dongkol terpaksa ia menurut. Para polisi itu lega, segera saja mereka menuju lelaki tinggi besar itu untuk menangkapnya.

Begitu mereka mendekat Herman geram bukan main ketika melihat salah satu polisi yang ada adalah orang yang tadi sore ngobrol di warung. Tahulah ia kalo dirinya kena jebak.

Begitu salah seorang diantaranya hendak menelikung, tangannya bergerak cepat dan seorang polisi langsung terpental terkena pukulan. Selagi para petugas berseragam itu kaget karena tak menyangka Herman bergerak cepat, tendangan kaki kirinya membuat polisi didepannya tersungkur dan segera saja ia lari sekencang-kencangnya.

"Berhenti..!!!" Teriak petugas dibelakangnya, Herman mana perduli, ia tetap lari.

Dor! Sebuah letusan senjata api terdengar dan lelaki tinggi besar itu berteriak keras. Ia langsung ambruk. 

Melihat hal itu para petugas segera menuju Herman yang tergeletak sambil menodongkan pistol.

"Ampun pak polisi, jangan bunuh, aku menyerah." Teriaknya.

Salah seorang petugas dengan sigap memborgol tangannya lalu membawanya. Herman sendiri terpaksa berjalan dengan pincang karena kaki kirinya terkena peluru.

"Lapor kapten Himawan, target berhasil kami tangkap. Ia terpaksa kami lumpuhkan karena melawan saat hendak ditangkap bahkan melukai dua orang polisi."

Kapten Himawan mengangguk." Bawa dia ke markas segera."

Herman lalu dimasukkan kedalam mobil patroli. Saat hendak masuk itulah ia melihat seorang laki-laki muda di samping kapten polisi itu.

Satria, batinnya. Kini tahulah ia mengapa ia bisa tertangkap, pasti pemuda itu yang membocorkan informasi hingga dirinya masuk perangkap.

"Lekas masuk." Bentak petugas itu sambil mendorong lelaki tinggi besar itu. Herman pun hanya bisa pasrah lalu duduk di belakang didampingi oleh seorang petugas yang siaga.

Ctaarrr..! Petir terlihat di kejauhan dan tak lama kemudian hujan deras pun turun.

"Bagaimana ini kapten." Tanya Satria.

"Tetap laksanakan sesuai rencana, tak perduli hujan atau tidak. Temanmu sudah siap bukan?" Tanya balik komandan polisi itu.

* * *

Hujan deras itu membuat pak lurah Agus menggigil di kediaman rumahnya. Biarpun sudah sering kali hujan dalam beberapa hari terakhir tapi entah kenapa malam ini pikirannya gundah. 

Mungkin salah satunya adalah karena ia tidak segera mempunyai jimat atau pusaka untuk pegangan dirinya. Ia memang khawatir karena memiliki beberapa musuh, salah satunya yang dendam tentulah Satria, yang dulu merupakan salah satu anak buahnya.

Bangsat, kenapa Herman lama sekali batinnya. Segera ia keluar dari kamar khusus di belakang lalu menuju rumahnya.

Setelah berganti pakaian maka kepala desa itu lalu duduk di kursi ruang tengah. 

Ctaarr! Bunyi petir mengagetkan dirinya sehingga hampir saja gelas berisi air hangat itu jatuh. Segera ia meletakkan gelasnya. Tiba-tiba lampu depan rumahnya tampak padam.

Dengan kesal ia mencoba memencet saklar, sudah berulang kali dicoba tapi tetap tidak menyala.

Iapun kembali duduk. Jika tidak ada pekerjaan yang sangat penting rasanya lurah Agus ingin segera tidur saja. Semoga saja nanti Herman tidak lupa menaburkan bunga di makam bayi agar nanti roh bayi itu tidak mengikuti sehingga gagal lagi seperti kemarin.

Ia pun melihat sekeliling. Ruangan tempatnya berdiri sunyi sepi karena istrinya sedang ke rumah lainnya. Dulu, kalo bertengkar maka ia pulang ke orangtuanya seperti anak kecil. Jika dia wanita desa biasa tentu sudah Agus usir jauh-jauh atau mungkin juga dibunuh, tapi karena ia anak gurunya, mana anak satu satunya lagi maka ia tidak berkutik, karena semua kekayaan dan kejayaan yang ia peroleh selama ini atas bantuan gurunya.

Saat itu ia masih pemuda berusia 20 tahun ketika ia pergi dari desanya untuk mengubah nasib agar dirinya tidak miskin terus. Sekolah rakyat yang di enyamnya tidak mengubah keadaan. Memang bukan ia sendiri, kebanyakan teman sekolahnya juga gagal hanya menjadi buruh tani sepertinya dirinya, hanya satu dua saja yang berhasil menjadi orang sukses.

Saat ngobrol dengan salah satu teman sekolahnya (bapaknya Herman), ia dikasih informasi kalo di balik gunung itu ada seseorang yang bisa mengubah nasib jika ia mau berguru kesana.

Mendapat info tersebut, Agus muda yang sudah bosan hidup miskin segera saja kesana. Setelah berhari-hari berjalan kaki dan bertanya tempat yang dituju akhirnya ia sampai juga.

Ternyata orang itu adalah seorang kakek tua berusia sekitar 60an tapi tubuhnya masih kuat. Agus lalu mencoba berguru padanya. Kakek tua itu mau menerima tapi dengan syarat ia harus kawin dengan anaknya.

Anaknya sendiri adalah seorang wanita berusia 35 tahun seumuran ibunya tapi masih sendiri karena orang orang tidak ada yang mau menikah dengannya karena takut dengan bapaknya yang terkenal sebagai dukun. Agus setuju, toh dirinya yang miskin juga tidak bakal dilirik oleh wanita lain.

Setelah menikah maka ia lalu diberikan sebuah pusaka yaitu jenglot bayi. Pusaka itu membuat dirinya kebal senjata tajam dan juga bisa menghilang. Tentu saja ia senang sekali.

Dengan pusaka itu maka ia lalu mulai mencuri uang atau barang berharga. Ia tidak langsung mencuri sebanyak mungkin karena memang menurut gurunya harus mencari hari baik, selain itu untuk menghindari kecurigaan warga desa. Hartanya perlahan-lahan mulai banyak dan ia sanggup membangun rumah impiannya.

Karena harta mulai banyak maka ia mulai bertingkah yaitu kawin lagi, mana istrinya sudah tua kurang menggairahkan. Istrinya tentu saja marah besar, ia lalu kabur lalu mengadu pada bapaknya, Agus sendiri tenang-tenang saja karena merasa sudah sakti.

Seminggu setelah menikah dengan istri mudanya, suatu malam tanpa sebab tiba-tiba ia mati di kamarnya dengan mata melotot seperti ketakutan. Bukan cuma itu, Agus juga tiba-tiba perutnya sakit luar biasa, dadanya seperti ditusuk-tusuk jarum.

"Itulah akibatnya kalo kamu berani menyakiti anakku Agus, kalo kamu masih mau hidup maka segeralah minta maaf padanya atau akan ku santet kamu sampai mati." Sebuah suara tiba-tiba terdengar ditelinga nya. 

Agus sendiri mengenali suara itu adalah suara gurunya. Ia pun segera meminta ampun dan mengaku bersalah.

Bersambung ke jilid 6

Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

69 komentar untuk "Cinta sampai mati episode 5"

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh akhirnya mbak Nita datang juga.😁

      Mungkin deg degan karena mbak bacanya sambil olah raga senam kali, coba berhenti dulu senamnya.🤣

      Yah, begitulah. Harusnya Herman ke rumah Rongdo saja dari pada menuruti perintah pak lurah sehingga tertangkap polisi.😂

      Off ah, sudah malam mau bobo.😃

      Hapus
    2. Heemm sudah ada part 5 ntar aahh bacanya lagi nganu soalnya..😊😊👍👍

      Hapus
    3. Paling mau ngelonin nganu ya kang.😁

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    5. Wkwkwk nanti pak Anton baca dan dijewer lho mbak.😁

      Hapus
    6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    7. kate sape Mbul...😂😂 cuma kan gue dah belajar dari gurunya Lurah Agus..dikasih ilmu jelangkung..bisa nongol tiba2..😂😂

      Perlu wat ngadepin mas Agus..daripada ketangkep dan dikelonin 🤮🤮🤮🤮

      Hapus
    8. Pak Anton sepertinya lagi belajar bikin cerpen makanya jarang nongol mbak, iya kan pak.😁

      Hapus
    9. Lagi nyerap ilmu di para pakar cerpen kangmas termasuk dari mbakyu Mbul 😉😉

      Siapa tau ketularan pinter bikin cerpen..😁

      Hapus
    10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    11. Betul mbak, kalo bukan lulusan sastra ngga bakal lancar menulisnya ya.

      Yuk kita berdua berguru pada suhu Anton.😃

      Hapus
    12. Kalo minta saran aku, paling aku kasihnya saran buat cerpen horor mbak mbul.😂

      Ngggg gimana ya, aku aja mau nulis cerpen lain belum jadi jadi, baru dua tiga paragraf sudah mentok.😂

      Hapus
    13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  2. riwayat pak lurah agus akhirnya diujung tanduk nih.. apakah dia bakal lolos dari sergapan pakpol atau hermawan tutup mulut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya sih berhasil lolos, soalnya kan peran utama.🤭

      Hapus
  3. Yang jadi pertanyaannya siapkah guru merangkap mertuanya pak lurah Agus?
    Ternyata ceritanya masih akan berkembang terus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mas herman ga nyadar uda ada part 6 nya loh itu wkwkwkkw

      tapi kata kang satria kakek sakti dari gunung salak 🤣

      Hapus
    2. Guru Agus namanya Kal El, penghuni planet krypton yang nyasar ke bumi mas.😁

      Hapus
    3. Harap maklum mbak, mungkin mas Herman lagi buru buru mau mangkal bareng satria.😂

      Hapus
    4. Busyet dah part 6nya ada di bawah part 5. Kalau ngga dikomentari saya ngga ngeh part 6nya udah ada pas dibuka kan yang terlihat di layar hp kan cuma part 5 aja.

      Itu part 5 bisa ada di atas part 6 gimana caranya, pakai featured post kah?

      Hapus
    5. Ngga mas, pertama terbitkan dulu part 6 nya, baru setelah itu part 5.😁

      Hapus
    6. Mungkin lagi ngantuk kalo ya makanya part 6 diterbitkan duluan..hihihi

      Hapus
    7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    8. Di mana letak cerdasnya, kalau orang baca part 5nya pasti bakalan nunggu part 6 karena ada di bawahnya akhirnya ngga kebaca tuh part 6nya. Kalau part 6 yang di atas pasti pembacanya langsung scrolling ke bawah cari part 5nya itupun kalau pembaca yang bener-bener membaca kalau yang cuma membaca judulnya aja paling langsung komentar "nice post".. hihihi

      Hapus
    9. Ini hanya untuk ngetes saja mas, apakah lihat part 6 sebelum part 5 atau ngga. Itu makanya tulisan bersambung ke episode 6 bisa di klik.😃

      Hapus
    10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    11. Kalau yang bukanya lewat hp kemungkinan besar ngga lihat kalau ada part 6nya sebelum part 5 sebab tampilan di hp hanya part lima kecuali orang yang belum baca part sebelumnyanya ia akan scrolling ke bawah. Buktinya sudah 4 komentator di sini yang tak lihat part 6nya.

      Hapus
    12. Ya udah ngga usah dibahas lagi, yang penting mas Herman dan mbak mbul bikin cerpen baru biar aku ikutan baca dan semangat buat cerpen lagi.😁

      Hapus
    13. Yang jelas bukan saya mas..ntar saya liatin ktpnya 😁

      Hapus
    14. Sebenarnya mertuanya Agus mau pakai nama pak Anton sih.🤣

      Hapus
    15. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  4. Sakti juga nih gurunya Pak Agus.
    Boleh lah berguru, biar bisa ngilang.
    Apalagi anaknya juga udah nikah, pasti syarat jadi muridnya bisa lebih mudah. 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar bang Rudi syaratnya lebih mudah yaitu harus ngawinin gurunya.🤣

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Iya, karena sudah ngga ada anaknya jadi kakek kakek pun jadi.🤣

      Hapus
  5. "Ctaarr" bunyi gunturnya, aku langsung keingat Syahrini yg sering blg cettar 😆

    Semakin keren nih jalan ceritanya, saya seakan mendapatkan visual seolah melihat Herman dari atas pohon saat saya sedang bertengger didahannya, yup saya gagak hitam bermata elang 😆

    Makin banyak musuhnya.. gurunya jd musuhnya juga, btw itu "Haram jaddah" bahasa darimna itu semakna dgn "sueee" kah? 🤣

    Ok deh dinunggu lanjutannya apakah jadinya setelah ditusuk2 jarum apakah jadi baju atau malah keenakan serasa diakupuntur 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah ada tuh kang lanjutannya, di bawah part 5…hihihi

      Hapus
    2. Mungkin kang Jaey ngga lihat, soalnya ketutupan sama cettar Syahrini.😁

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    4. Kebablasan nulisnya, apa perlu aku ganti sueee saja ya.😂😂😂

      Hapus
    5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    6. Lha kok bagus, apa itu kata mutiara.😂

      Hapus
    7. Jangan diganti suwe mas....malah g keren dan nyambung..kebayangnya nanti si satria salju haus kasih sayang..

      Ganti sama beeeehaaaaa ajah.😂😂

      btw dah pas banget diksinya mas dengan haram jadah..

      Hapus
    8. Yang behaaa mah sudah paten punya kang Satria pak, harus ijin dulu kalo mau pakai, maklum sering pakai behaaa dia kalo mau mangkal.😂

      Hapus
    9. Numpang ketawa dulu 🤣🤣👆👆

      Oh iya udh ada lanjutannya di part 5 🤭

      Reinkarnasi? Nasi ya 🤣

      Hapus
  6. Makin heboh aja nih cerita .., ada tambahan tokoh jenglot pulaak ..
    Bikin rada takut mau ke toilet malam - malam gini datang dimari ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, terus gimana kalo tengah malam pengin pipis, masa harus pakai Pampers.🤭

      Hapus
    2. Terpaksanya, mas 🤭.
      Ngga sabar nih nunggu cerita kelanjutannya ..
      Ntar kalau ada jenglotnya lagi, aku bacanya siang hari aja akh 😁

      Hapus
    3. Udah ada part 6, coba saja itu di klik tulisan bersambung nya. Eh sudah tahu ya.😂

      Hapus
    4. Itu kemana2 bawa jenglot dibawah dagu masa masih takut lagi 🤭🤭

      Hapus
  7. Kapoookkk , udah dikasih jenglot, eh masih mau kawen lagi 🤣🤣🤣

    Btw, sampai di sini malah jadinya kayak film jadul Mas, mungkin karena mendekati klimaksnya ya, apalagi sedikit demi sedikit kisahnya terungkap, jadi berasa kita pembaca ber ooooohhh ria hahaha.

    Lanjutttt ke NEXT berikutnya ahhh 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasa mbak habis nonton film jadul jadi pengin buat cerpen, yah biarpun ngga orisinil yang penting ada updatean.🤣

      Hapus
    2. Laki-laki ya, Mbak Rey. Kalau kaya suka semena-mena.😤

      Hapus
    3. Waduh, kalo suami mbak Roem kaya boleh kawin lagi ngga? 😂

      Hapus
  8. ckckckck yang ada di pikiran agus cuman duniawi dan du ni a wi aja
    aku penasaran sama aksi kapten himawan, cuss

    BalasHapus
    Balasan
    1. ehemb ehem...

      sepertinya mba ai ngefans kapten himawan hihihiii

      ᕕ( ՞ ᗜ ՞ )ᕗ

      Hapus
    2. Sepertinya sih begitu mbak mbul, mbak Ainun fans kapten Tsubasa, eh kapten Himawan maksudnya.😂

      Hapus
  9. Wah, ada sakti2an ih ceritanya. Pake janglot juga hiii serem wkwkwkwk. Oh jadi syaratnya kudu menikahi guru si Agus, toh? Gara2 isternya udah ga menggairahkan juga jadi alasan kayaknya nih hihihii.... Janganlah :) Satu aja cukup yak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Satu saja berat apalagi dua ya mbak, Agus ngga kuat, biar dilan saja.🤣

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  10. Mas Agus lanjutan episode cerita nya kok lompat-lompat ? Yang sebelumnya episode 6 yang ini episode 5 . aku sudah komen di postingan sebelumnya yang episode 5.
    Ceritanya ala Romeo & Juliet versi Satria -Nita. Bersatu di dunia bersatu juga di surga atau neraka? Soalnya endingnya pada bunuh diri cerita nya?

    BalasHapus
  11. Haduuuh telat koment 😁, soalnya dari kemaren-kemaren di cek masih part 4 terus.

    itulah manusia udah hebat dikit mulai betingkah.

    Kenapa gak dari awal pake senter biar gak terantuk papan nisan. Ah Herman. Kesal bacanya bagian itu.

    Otw part 6....
    Selesailah malam ini sampe jam 1

    BalasHapus
  12. Dasar cowo, ga pernah puas dengan 1 istri yaaaak #ehh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang kamu bukan cowok, Dooooo? *Kaboooor 🏃🏃🏃😂

      Hapus
    2. Nah Dodo, kamu boleh kawin empat kali lho.😁

      Hapus
  13. Padahal satria belum tau lho, kalau Lurah Agus hilang kesaktian. Tapi kok bisa menduga kalau suruhannya Lurah Agus lagi cari jenazah bayi ya🤔? Ah jadi kepo. Lanjooot episode selanjutnya aaaaaah.😆

    BalasHapus
  14. Aku kecepetan baca yg 6 dulu yaaa td :p. Pantesan agak bingung. Skr jd ngerti asal muasal ilmu kebal si pak Agus :D.

    Pinter nih bikin alurnya mas... Memang ahli cerita kamunya ;)

    BalasHapus