Cinta sampai mati
Ia memang terkena kasus pencurian setahun yang lalu. Beruntung istrinya Nita tidak minta cerai ketika ia masuk tahanan bahkan beberapa bulan sekali menjenguknya.
"Sayangku padamu tetap besar mas Satria. Aku tetap cinta padamu sampai mati. Tak perduli berapa lama kau dipenjara aku akan tetap setia menantimu."
Selain istrinya, orang yang pernah menjenguknya adalah pamannya tapi hanya sekali. Selain itu ada pak lurah Agus yang menjenguknya dan karena kepala desa itu sudah menjamin bakal memberikan uang pada istrinya makanya ia tenang.
Hari sudah hampir gelap ketika ia sampai dirumahnya. Rumahnya yang ada di pojok desa tampak sedikit tidak terurus, beberapa sampah dedaunan tampak berserakan.
"Nita, ini aku datang sayang." Teriak Agus sambil mengetuk pintu. Ditunggu beberapa saat tapi pintu rumah tetap tak terbuka bahkan sekedar sahutan pun tak ada. Setelah beberapa kali mengetuk pintu tapi tetap tidak ada jawaban akhirnya iapun mendobrak pintu itu yang ternyata tidak dikunci sama sekali.
Dilihatnya rumah dalam keadaan kosong. Ia berteriak memanggil istrinya tapi tak ada sahutan sama sekali. Oh, kemanakah Nita sebenarnya pikirnya bingung.
"Kau sudah pulang satria?" Sebuah suara terdengar dibelakangnya. Ia menengok dan melihat seorang laki-laki paruh baya berdiri di depan pintu.
"Paman, apakah kau melihat Nita istriku. Aku sudah mencarinya kemanapun tapi tidak ketemu. Dimanakah dia, apa paman tahu?"
Paman satria mengangguk. Sorot matanya terlihat sedih. Ia lalu mengajak pemuda berusia 25 tahun itu keluar rumah.
Melihat pamannya mengajaknya keluar maka hatinya menjadi tak enak. Mungkinkah istrinya itu ada main dengan orang lain seperti yang dikatakan oleh rekan satu selnya dulu. Tak mungkin, ia kenal betul dengan Nita, tak mungkin ia tega mengkhianatinya.
Ternyata kekhawatirannya tidak terbukti. Pamannya mengajaknya ke sebuah tempat yaitu kuburan umum yang ada di pinggir sawah. Di pojok kuburan tampak sebuah makam baru, tampak dari tanah merah yang masih menggunung. Sebuah papan nisan bertuliskan Nita tampak di makam baru tersebut. Melihat hal itu ia sangat terkejut, tak terasa kakinya lemas dan ia pun duduk bersimpuh di hadapan makam itu.
"Tiga hari lalu kami menemukan istrimu di pinggir sungai dalam keadaan tak bernyawa. Tak ada yang tahu sebabnya tapi warga menduga ia malu karena jadi omongan warga kampung punya suami narapidana." Ujar pamannya.
"Tak mungkin paman, sebulan yang lalu ia menjenguk ku dan senang karena aku akan segera bebas." Teriaknya keras sehingga beberapa burung yang sedang hinggap terkejut lantas terbang menjauh. Jika pamannya itu tidak mengasuhnya sejak kecil sejak ibunya meninggal maka ia bisa saja menghajar orang yang ngomong sembarangan.
Pamannya angkat bahu lalu pergi meninggalkan satria sendirian di pekuburan itu, matahari sudah tenggelam di ufuk barat dan terdengar suara adzan Maghrib di kejauhan. Ia tahu sudah membuat malu pamannya tapi mau bagaimana lagi, ia butuh uang untuk makan saat itu dan terpaksa mencuri.
Entah sudah berapa lama ia berada di depan makam istrinya itu hingga ia mendengar suara seseorang yang sangat dikenalnya. Suaranya terdengar sayup-sayup.
"Mas satria, tolong aku mas satria..."
Tersirat darah pemuda itu karena itu adalah suara istrinya, tidak salah lagi karena ia hafal betul.
"Nita, dimana kau." Teriaknya. Ia melihat sekeliling dimana hari sudah gelap gulita, kuburan itu tampak sunyi sepi, tak ada seorangpun.
Aneh, apa ia bermimpi atau melamun.
Saat ia melangkah kakinya itu, terdengar lagi suara di kejauhan." Mas satria... Tolong aku mas."
Ia segera melihat sekeliling dan di pojok kuburan itu tampak seorang wanita muda melihat dirinya. Walaupun gelap gulita tapi Satria yang sudah biasa beraksi pada malam hari segera mengenali kalo itu adalah istrinya. Segera saja ia kesana tapi bayangan putih itu pergi menjauh. Seperti gila, pemuda itu segera mengejar sambil berteriak-teriak. Sebenarnya larinya satria tidak kalah dengan seorang atlet lari tapi tetap saja dirinya tidak bisa mengejar sosok tersebut.
Tiba-tiba bayangan itu menghilang sehingga ia bingung. Setelah melihat sekeliling barulah disadarinya kalo ia berada di pinggir sungai. Aneh, untuk apa istrinya itu membawanya kesini dan mengapa ia menghilang.
Matanya yang tajam tiba-tiba melihat sesuatu di pinggir sungai. Ia segera mengambilnya dan mengenali kalo itu adalah baju kebaya kesayangan istrinya. Aneh, mengapa bajunya ada disini. Ia melihat sekeliling dan ketika mendongak keatas segera saja ia mengenali tempat itu. Tampak sebuah rumah megah di sisi tebing sungai dengan lampu di kejauhan.
Pak lurah Agus sedang duduk di kursi teras rumah sambil minum kopi ketika sebuah teriakan terdengar di depan rumahnya. Ia mengenali siapa gerangan yang berteriak mengganggu acara minumnya.
"Pak lurah keparat, kau apakan istriku." Teriak satria murka kepada orang didepannya. Kepala desa itu dulunya adalah orang yang sangat dihormatinya karena telah menolongnya saat ia kesulitan keuangan tapi kini ingin sekali ia menghajarnya. Dilihatnya dua orang datang mendengar teriakannya. Ia mengenal mereka berdua, Herman sebagai kepala centeng yang suka menagih hutang ke warga dan jaey yang tidak dipandang olehnya karena ia hanyalah penjaga keamanan di rumah tersebut.
Lurah Agus tampak santai saja." Kamu ini bicara apa Satria. Aku senang ternyata kamu sudah keluar dari penjara. Mengapa tidak duduk disini minum kopi kita berempat." Ujarnya ramah.
Pemuda itu agak tertegun juga. Bagaimanapun ia selama ini agak dekat dengan kepala desa tersebut sehingga hatinya jadi bimbang." Maaf pak lurah, aku hanya ingin bertanya, apa yang sudah kau lakukan kepada istriku. Kau apakan istriku."
"Satria, kurang ajar sekali kamu bicara seperti itu pada pak lurah. Apa yang kau andalkan heh." Bentak Herman murka. Ia memang selama ini yang jadi andalan mengurus sesuatu ketika pemuda itu dipenjara.
"Biar aku lempar ia keluar pak lurah." Ujar jaey pongah. Ia yang seumuran dengan Satria segera menarik bajunya tapi tentu saja tidak semudah itu.
Segera terjadi perkelahian di halaman depan rumah megah itu. Jaey merasa selama ini ilmunya cukup karena memang belum bertemu lawan yang sebanding jadi terkejut ketika Satria ternyata sangat tangguh. Ia tidak tahu kalo selama di penjara pemuda itu berlatih terus ilmu bela diri sehingga di tahanan ia menjadi narapidana yang disegani bahkan para sipir juga sungkan padanya.
Setelah sepuluh jurus jaey kewalahan menghadapinya dan sebuah tendangan keras di perutnya membuatnya tersungkur. Melihat hal itu Herman segera membantu dan terjadilah perkelahian sengit antara keduanya sementara pak lurah Agus asyik minum kopi sambil menonton mereka seolah melihat tontonan yang menyenangkan. Keadaan menjadi kacau balau, beberapa warga yang melintas depan rumah pak kades buru buru menjauh melihat perkelahian tersebut.
Setelah berkelahi beberapa lama Herman keteteran juga menghadapinya. Sungguh hal ini tak disangka karena selama ini ia tetap berlatih silat tapi tak disangka lawannya lebih tangguh. Tentu saja karena selama ini yang dihadapinya hanyalah jaey yang memang ilmunya lebih rendah sedangkan Satria di tahanan melawan para preman.
Sret, akhirnya Herman mengeluarkan goloknya untuk melawan satria. Pemuda itu terpaksa berhati-hati kalo tidak ingin ia celaka. Perkelahian kembali seimbang karena kepala keamanan itu dengan goloknya adalah lawan yang berbahaya. Pada suatu kesempatan yang baik ia akhirnya berhasil merebut golok itu dan menendang jatuh pemiliknya hingga tersungkur.
"Lurah keparat, matilah kamu." Teriak Satria sambil mengayunkan golok itu ke lehernya.
"Pak lurah, hati hati." Jaey segera mencegahnya tapi sayangnya karena jauh ia tidak berhasil mencegah golok itu ke kepala desa.
Golok itu mendarat telak di leher kepala desa tersebut. Sayangnya bukan lehernya yang putus tapi golok itu malah terpental dan jatuh ke lantai menimbulkan suara. Tentu saja Satria terkejut bukan main. Disaat itulah sebuah pukulan keras mendarat di kepalanya.
Sebuah jeritan keluar dari mulutnya, padahal dalam penjara ia sudah biasa adu pukul dengan tahanan lain sehingga agak kebal tapi pukulan dari lurah Agus benar-benar membuatnya tak berdaya. Melihat pemuda itu jatuh tak berdaya maka Herman tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Segera saja ia mengambil goloknya dan bermaksud menghabisi nyawanya.
"Ada apa ini pak lurah?" Sebuah suara terdengar, tampak di halaman depan beberapa warga yang melihat satria mengamuk lalu mendatangi ingin tahu.
"Bajingan ini ingin menghabisi pak lurah, apa menurut kalian ini pantas." Teriak Herman. Tentu saja warga kampung yang tahu satria adalah bekas narapidana jadi geram.
"Dasar maling tak tahu diri. Sudah bikin malu nama desa masih bertingkah juga."
"Hajar saja, habisi nyawanya."
"Ayo kita hajar saja. Kurang ajar dia berani sama pak lurah." Teriak yang lainnya.
Dalam sekejap satria yang sudah babak belur karena sebelumnya sudah duel dengan Herman dan Jaey jadi bulan bulanan warga. Percuma saja dia berteriak menjelaskan duduk perkaranya mengapa ia mengamuk di rumah pak lurah.
"Berhenti...!!!"
Beruntung sebelum nyawanya hilang diamuk warga desa yang marah sebuah seruan menggelegar terdengar. Semua orang langsung berhenti dan memandang heran pada pak lurah Agus yang menghentikan mereka.
"Pemuda itu pasti shok karena kematian istrinya kemarin sehingga berbuat aneh begini. Kasihan dia, bawa dia ke klinik dan obati sampai sembuh. Semua biaya pengobatan biar nanti aku yang tanggung."
Tentu saja warga desa jadi kagum pada pak lurah. Mereka tidak membantah lalu segera membawa keluar pemuda itu untuk diobati di klinik kampung.
Entah sudah berapa lama Satria pingsan akibat amukan warga. Ia sadar ketika mendengar suara masuk ke telinganya.
"Mas Satria, tolong aku mas Satria...."
Pemuda itu langsung bangun. Ia bingung dimana dia, tapi ketika mencium bau obat obatan ia paham ada di klinik. Ia menengok jam dinding dan dilihatnya sudah lewat tengah malam. Ia ingin bergerak tapi sekujur tubuhnya sakit semua biarpun luka lukanya sudah di perban.
"Mas Satria, tolong aku mas Satria..."
Tentu saja ia makin kaget. Dilihatnya di luar jendela ada sesosok tubuh memandangnya.
"Nita..."
Segera saja ia bangun dan melupakan semua rasa sakitnya karena ingin bertemu dengan istri tercintanya. Tersaruk-saruk ia pergi keluar ruangan menuju sosok di jendela itu tapi bayangan itu sudah menjauh. Dengan susah payah ia berusaha mengejarnya tapi sayangnya dia sudah menghilang.
"Nita, dimana kau sayang. Aku ingin bertemu denganmu." Teriak Satria, cuma sayangnya karena cidera suara yang keluar dari mulutnya lebih mirip rintihan.
Setelah mencari kian kemari tidak ketemu akhirnya pemuda itu memutuskan untuk kembali ke klinik. Saat ia hampir sampai di klinik itulah dilihatnya seseorang mengendap-endap menuju kamarnya, ditangan kanannya ia menggenggam sebuah golok. Ia mengenal nya yaitu Herman. Bangsat, pasti ia suruhan pak lurah agar membungkam mulutnya.
Dengan tersaruk-saruk iapun pergi kembali. Tak mungkin melawannya dengan cidera yang ia alami.
Karena tak tahu kemana ia harus pulang maka iapun melangkahkan kakinya kemana saja. Pulang ke rumahnya ia tidak betah dan juga tak aman karena para begundal pak lurah pasti akan mengejarnya. Ke rumah pamannya nanti malah akan membahayakan dirinya dan keluarganya.
Ia tiba di jalan raya. Karena pikirannya kacau ia menyebrang jalan saja tanpa menyadari bahwa sebuah mobil menuju dirinya dan iapun jatuh.
"Astaga, mang Kardi. Kenapa kau menabraknya." Terdengar suara panik dari arah belakang. Pintu mobil terbuka dan keluar seorang gadis muda berpakaian hijau, wajahnya tampak pucat.
"Ngga non. Mamang tidak menabraknya, sumpah." Terdengar suara ketakutan dari supirnya. Orang yang dipanggil mang Kardi keluar juga. Ia memeriksa pemuda itu dan lega.
"Lihat non, ia hanya pingsan saja. Tak ada bekas luka tabrakan. Sepertinya ia jatuh karena luka lukanya, lihat saja tubuhnya dibungkus perban."
Gadis berbaju hijau itu tampak lega.
"Bagaimana ini non, apakah kita bawa ia pulang atau bagaimana?"
"Bawa ia ke belakang mang, nanti kita obati ia. Bagaimanapun juga tak baik meninggalkan dirinya disini. Bagaimana kalo ia nanti meninggal."
Pria separuh baya yang dipanggil mang Kardi itu menurut. Ia segera membuka pintu belakang mobilnya lalu menggotong pemuda itu dengan susah payah. Maklum, tubuhnya kalah besar dengan pemuda itu. Melihat hal itu gadis itupun kasihan dan ikut membantunya.
"Kok dibelakang non, tidak didepan saja?"
"Ngga mang, biar aku menjaganya, takutnya mang Kardi ngebut dan tubuhnya jatuh ke bawah kursi kan malah repot."
Mobil pun melaju kembali. Karena jalanan yang agak rusak maka tubuhnya terguncang guncang.
"Mang, tidak usah buru-buru mang, kasihan dia."
Supir itu hanya mengangguk. Gadis itu melihat orang yang ditolongnya. Wajahnya sebenarnya tampan tapi sayangnya karena bengkak jadinya tidak karuan.
Tiba-tiba satria membuka matanya sedikit. Dilihatnya samar samar seorang gadis berada di sampingnya, wajah yang sudah sangat dikenalnya karena ia yang selama ini dirindukannya.
"Nita, kau kah itu Nita?"
Bersambung
Sepertinya cerita ini sudah pernah dipublikasikan cuma lupa di WP apa di MWB, ya?
BalasHapusItu namanya ada yang ketukar, Satria jadi Agus, mas
Eh suhu kal El datang, sungkem hu.
HapusMemang dulu aku posting di WP hu.😂
Ntar aku cek lagi mana yang ketukar tapi nanti, ini lagi jualan.
Kalau di WP berarti cerpen (eh cerpen apa cerbung tapi itu bersambung berarti cerbeng) ini di buat waktu sedang ramai-ramai FB dan nama tokohnya bukan Satria sama Agus kan?
HapusKalo ngga salah nama tokohnya Herman sama Reny mas.🤣
HapusIya, kalo ngga salah buat ini habis mwb tutup, aku waktu itu main FB terus, masih galau antara WP apa blogger apa Nextwapblog.
Mungkin juga atau dia atau siapa lagi yang di tahun itu yang lagi jadi sorotan? (Sedikit lupa)
HapusDan ada sedikit typo tuh lurah sama kades. Lurah sama kades sedikit berbeda walau tingkatannya sama.
Entahlah, aku juga sudah lupa, mungkin emde sama pak nana kali ya.😆
HapusMemang lurah sama kades beda sih, tapi anggap saja sama mas, namanya juga cerpen.😁
Mungkin juga atau Frida sama Kenari Paseh atau mas Kay..ah lupa tapi yang jelas bukan Agus sama Satria.
HapusBener juga sih cuma cerpen tapi typonya itu kadang disebut lurah kadang kades kan jadi sedikit bingung.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusOgah ah, soalnya saya ngga dapat peran utama.
HapusDisini adanya pemilihan kepala desa, tapi tiap orangnya nongol maka dibilang tuh pak lurah datang, bukan kepala desa datang mas.😂
HapusPerasaan mas Herman sering dapat peran utama ya mbak mbul apalagi pas bagian yang apes.😁
HapusHu um mas her kan sering dipasangkan ama ningsih, mang mau peran k
HapusYang kayak gimana hihi
Mas agusss, tul eeehhh hahaha
Mungkin penginnya sekali kali peran utama tapi pasangannya Nita.😀
HapusTapi sayangnya ngga ngasih pulsa.😂
Oh... kenapa setiap daku berkunjung dan membaca postingan Kang Agus, daku fokus dengan karakter Jaey.....hmmmm
HapusSemoga ada karakter baru selain Jaey, misal Lengkuas
Jaey soalnya bagus untuk kesehatan dokter, bisa untuk menjaga daya tahan tubuh dan meningkatkan kekebalan seseorang melawan Corona.😆
HapusSatria ini masih seger ya 25 tahun. Sayang bener bisa dipenjara gitu huhuhuhu... :( Nita juga setia sama suaminya. Dari dramatis jadi aksi berantem nih ceritanya mantap, Mas Agus hahaha :D Berasa dalam mimpi ini si Satria ya...kunang2 kayaknya dia butuh piknik wkwkwkwk :D
BalasHapusIya mbak, disini satria masih seger ceritanya karena baru berusia 25 tahun, kalo yang aslinya mah udah 60 tahun karena lahir pas jaman pak Karno 😆
HapusBeeehhhaaaa...Suuieeee..🤣🤣🤣
HapusWah, kang satria sekarang pakai beha ya.😂
HapusMungkin mau mangkal makanya pakai beha.. wkwkwk
HapusWah kok tahu mas, apa suka mangkal bareng.😂
HapusBeehaahaaa!! Suuueee...🤣🤣🤣
BalasHapusTerus wanita berbaju hijau yang bersama mang Kardi siapa doongg beneran Nita atau nyiroro kidul..🤣🤣🤣
Kayaknya sih bukan nyi Roro kidul atau Nita kang, tapi Ratna.😂
HapusGuruu ajari aku ilmu kebal 😆
HapusGampang kang, tinggal pakai baju Ironman nanti kebal.🤣
HapusSaran yang jitu.. wkwkwk
HapusSiapa dulu dong guruku, mas Herman gitu lho.😀
Hapus😆😆😆
Hapuswah jadi penasaran nih mas endingnya jangan kelamaan ya
BalasHapusIya ngga lama kang, paling seminggu.😂
Hapusbtw jadi inget film favorit saya mas "Ani kaukah itu Ani"
Hapustumbenan ini kok kang satria di jodohin sama mbak mbul nita :D, biasanaya jadi ceng cengan agus di warung :D
BalasHapusPenginnya malah saya yang jadi tokoh satria biar sama Nita, terus satria yang jadi lurahnya. Cuma kemarin di sogok pulsa jadinya tukeran peran.🤣
Hapuswah gawat nih kok pak sutradaranya mudah di sogok, pake pulsa pulsa duaribu pula ckckck :D
HapusSoalnya mas khanif ngga ngasih kuota, kalo ngasih kuota unlimited sebulan akan aku beri peran utama.🤣
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMbull!!...Mbuuullll....Saadarrr!! Syuting udah kelar hayoo kita pulang bayarannya cuma Chepeceng..
HapusKita demo saja sutradaranya..🤣🤣🤣 Kalau besok masih Chepeceng juga bayarannya..🤣🤣🤣
Ya udah tunggu saja ya mbak, sambil tunggu syutingnya lanjut, silahkan ngopi dulu sama kang satria.😁
HapusHahaha tahu saja kalo idenya habis nonton film jadul.😂😂😂
eeeeh shootingnya lanjut besok lagi yak???
Hapuswokaaaaaay tinggal nunggu amplopan dari pak lurah...
kaboooooorrrrr 😂🤣🤣🤣
Oke ku coba jawab beberapa pertanyaan itu mbak.
Hapus1. Pak lurah Agus itu ... Sama Nita. Silahkan isi sendiri titik titik nya.🤣
2. Nita mati beneran atau cuma halusinasi ya? Ah coba tanya pada rumput yang bergoyang.
3. Paman Satria yang namanya Dahlan itu menyerahkan Nita pada pak lurah atau tidak? Tanyakan pada Dahlan nanti ya.😆
4. Herman habis berguru sama jawara UFC kemarin makanya ilmu gelutnya udah pro, protol maksudnya makanya kalah sama mantan preman Satria.
5. Pak lurah ceritanya memang lebih sakti karena berguru sama Sinto gendeng.😁
6. Spoiler saja deh, nona berbaju hijau itu namanya Pratiwi. Nita dan Pratiwi memang wajahnya mirip, entah kenapa mirip, yang nulis juga ngga tahu.🤔
7. No komen
8. No komen juga, tanya sutradara aja, besok lanjutin syuting nya atau mungkin ditunda dulu karena kena psbb.😂
🤣🤣🤣🤣 pemeran wanitanya semangat banget..udah dibilang cut masih terus lanjoot..
HapusPenjiwaan yang luar biasa 🤣🤣
Mungkin terinspirasi dirimu kali kong..🤣🤣🤣
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSetelah baca2 komen diatas, aku baru nyadar ternyata Nita itu orangnya ada disini 😆😆
HapusLha, selama ini memang kemana, kok baru tahu Nita disini.😂
HapusOh, di rumah rongdo ya, pantes.🤣
Rongdo again.. wkwkwk
HapusRongdo royal soalnya mas.😁
HapusItu nama makanan 😆😄
HapusYa biasanya kan panggilannya klo gak Mbul kdg Gus 😆🏃♂️
HapusBerarti namanya nanti jadi Gus Mbul ya kang jaey.😆
Hapusaah, bersambung dan sepertinya ceritanya masih panjang dan mulai rumit...hahhaha
BalasHapusditunggu kelanjutannya mas agus :D
Iya, ceritanya panjang tapi ngga panjang sekali sih, cukup dua atau tiga episode saja, kalo panjang juga capek ngetiknya.
HapusAduh, Mas. Untung aku baca sore, enggak malam. Entahlah aku kok kebayang setan aja. Hiii
BalasHapusUntung bacanya sore ya mbak, tapi lebih pas baca jam 1 atau 2 malam sih.😱
Hapusaku ingin melihat pak lurah secara langsung wwkwk
BalasHapusSilahkan datang ke rumah pak lurah kang kalo mau liat.😄
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusJadi takut aku mbak, ngapain ya.😱
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusOh syukurlah, kirain aku mau di grepe grepe, takut mbak.😱
HapusBaru kali ini nih aku gak suka banget sama karakter Agus, Herman, dan Jaey. Mereka kelihatan jahat banget di episode ini. Mudah-mudahan sih mereka sebenarnya baik ya, mas. Aku gak mau suudzon juga soalnya. Takut dosa. Hehehe.🤭
BalasHapusNgomong-ngomong penasaran banget sama Nita. Apa bener sudah meninggal. Kalau iya, apa yang menyebabkan Nita meninggal. Duh, jadi gak sabar baca episode selanjutnyaaaaaa.😆😆😆
Betul mbak Roem gimana kalau kita getok pakai Palu..🔨🔨🔨🔨🔨
HapusIya mbak mudah2an habis itu semuanya tobat naik haji 😆
HapusIya betul, semoga saja tobat lalu naik jadi capres atau minimal caleg ya kang jaey
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusHuuss!! Bukan mbak Roem tapi Ustadjah Roem..😊😊 Sungkem bu haji..🙏🙏
HapusLha, emang mbak mbul ngga relijius, perasaan kemarin ceramah lho 🤔
HapusAamiin, semoga mereka semua tobat dan naik haji, supaya kelak bisa hidup bahagia di surga 🙏. Eh tapi kasihan Jaey nya dong, baru niat nyolong udah mati duluan.😱😱😱
Hapussantai saja mba roem, ini hanya cerpen kok
Hapuskan kita kita cuma menjiwai peran, aslinya tentu saja pada baik baik semua hehehe ☺😊🙏🙏
Sumpah penasaran banget saya mas, itu sebenarnya nita nya ada dimana yaa 🤔,suara nita selalu memanggil di tempat berbeda kadang ada di kuburan, di pinggiran sungai, ada juga di klinik, mungkin juga ada di rumah pak lurah, atau mungkin yang ada di mobil tadi barusan menabrak nya 🤔...
BalasHapusDitunggu kelanjutannya mas Agus.
saya yakin nita pasti baik-baik saja. Tapi saya curiga sama pak lurah nya.. Hmm..🤔
Nita lagi syuting kang, jadi tidak usah cemas, tunggu saja episode selanjutnya besok.😄
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusBeberapa bulan kemudian akhirnya pak lurah dan Nita berjodoh... 😁
Hapus~ T A M A T ~
Jadi yang gatel lurahnya apa Nitanya mas Eko..🤣🤣
HapusKayaknya kedua duanya kang, Nita ntar dijadikan bini ketiga.🤣
HapusLurahnya kebal murid si pitung 😆
BalasHapusTinggal kebaya ya dipinggir kali, hmm.. hihi
harusnya lurahnya di gasak pakai gergaji kayu biar lebih greget, wkwkckkk
HapusKok gergaji kayu, harusnya pakai duit gasaknya koh.🤣
HapusKlo pke gergaji jatohnya ky Limbad dong 😆😆
HapusWadaw Limbad, serem amat kang.😆
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusAsyik...😁
HapusEh, tapi aku ngga punya goceng buat ngasih mbak.😂
pemeran utamanya pengunjung blog ini, massatria dan mas agus sebagai tokoh figuran,..good story nih untuk ceritanya,....nyimak dengan secangkir semangat di pagi hari
BalasHapusIya kang, biasa buat cerpen dengan pemeran teman blogger biar lebih akrab.😄
HapusCerpen terasa hidup klo pke nama teman 😆 klo kata Bu Rini MWB cerpen seolah ada rohnya 😆😆
HapusBerarti tuh cerpen gentanyangan dong kaya suketi..🤣🤣🤣
HapusTerus kang satria nanti yang jadi Mr. G saja ya kedepannya.😂
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusMas satria tibake pernah masuk penjara to? Ckck nggantenge kayak gitu ternyata maliing..
BalasHapusAsiik dah mulai cerbung lagi niih. Tapi tadi malam tidak jadi saya baca penuh, ini baru taklanjut siang. Tadi malam njegrik, Merindiiing dengar nita memanggil manggil ..itu mau minta oleh oleh kemenyan apa ayam geprek cabe ijo yaa
Biar maling yang penting ganteng mbak, dari pada koruptor, udah tua jelek lagi.😂
HapusNgga tahu kenapa Nita manggil manggil satria, mungkin bener minta ayam gebrek cabe hijau level 30.😄
sepertinya bukan ayam cabe ijo tapi jengkol cabe ijo 😆😄
HapusCie, yang suka jengkol langsung nongol nih.😁
HapusHuaaaa bersambung 😤
BalasHapusPadahal lagi greget-gregetnya hahaha.
Kak Agus ini hebat sekali membuat cerpen yang sanggup membuat orang gregetan ya! 🤣
Sengaja kak Lia, soalnya kalo endingnya ngga bikin penasaran maka orang biasanya malas membaca lanjutannya.🤣
HapusSengaja bener.. Biar orang penasaran. Ini namanya S3 Marketing haahaa
Hapusditunggu lanjutannya, om Agus! :D
Dan yang paling bikin geregetan itu Pak Lurahnya. Minta digampar online itu lurahnya.🙈
HapusIdih, ada kompor meleduk nih.🙄
Hapus"Gadis itu melihat orang yang ditolongnya. Wajahnya sebenarnya tampan tapi sayangnya karena bengkak jadinya tidak karuan"
BalasHapusSi gadisnya genit juga, langsung fokus pada ketampanan... :D
Dan ternyata ia adalah .....
Hapuskarena wajahnya yang bengkak itu sampai tidak mengenal pria yang ada disampingnya itu siapa, jangan jangan ia adalah orang yang ditungguinya selama ini.. Rindu lama bersemi kembali
Wah, sepertinya sudah pada tahu lanjutan ceritanya nih. Namanya juga tokoh utama harus ganteng biarpun ganjen dikit.🤣
HapusDuh... Bersambung, padahal lagi seru-serunya tuh.
BalasHapusDitunggu kelanjutannya Mas.
Oke bang Rudi, ini juga lagi menulis lanjutannya.😀
HapusApakah Nita jadi wanita simpanan Pak Lurah biar dia bisa dapet uang "jatah" selama si suami di penjara?
BalasHapusIni pak lurah pemain debus mas? Wkwkw. Bisa-bisanya si golok malah mental pas kena leher beliau?
Endingnya lumayan bikin penasaran. Apakah memang si Nita? Apa orang lain, dan si Agus hanya berimajinasi kalau si "non" punya wajah mirip dengan almarhum istrinya?
Tokoh utamanya bukan Agus mas tapi satria.
HapusTunggu saja episodenya selanjutnya untuk mengetahui kisah selengkapnya mas. (Udah kayak sinetron saja.🤣)
Sudah terlanjur baca, baru nyadar ada laber horror nya. Untungnya ngga terlalu seram.
BalasHapusUntung ngga seram ya Bu guru, kalo begitu baca lanjutannya ya.😀
HapusBaca dari awal sampai akhir, jadi ikut merasakan bagaimana keadaan orang yg baru keluar dari penjara. Ngenesnya, si Satria harus rela kehilangan sang istri ketika dia berada di penjara. Cerita yang seru mas. Ditunggu lanjutannya :)
BalasHapusAlhamdulillah kalo suka, sudah terbit mbak lanjutannya.😀
Hapussepertinya teman-teman bisa bikin kumpulan short story ya mas
BalasHapusIya, ayo kang Rusdi juga bikin dong.😀
Hapuslagi asik bikin story kayaknya wkwkwk
HapusPenasaran, apakah istrinya dijadikan tumbal?
BalasHapusKenapa leher pak lurah nggak terpotong, jangan-jangan goloknya mainan tuh hahahaha.
Mau nebak ah, nantinya si Satria jadian ama gadis yang nolong dia kan? kan? kan? :D
ini ada nuansa film susananya ya mas? serem juga aku bacanya tengah malam gini. Tapi penasaran dibaca sampai selesai, eh belum ding. Masih bersambung. :D
BalasHapusLagi seru ceritanya bersambung..
BalasHapuseng ing enggggg....... teka teki bersambunggg
BalasHapusjadi si nita udah meninggal atau belum..
BalasHapusgadis yang menolong satria itu nita atau bukan?
baca lanjutannya ah biar gak penasaran.. :D
Aggghhhhhhhhh pas lagi seru2nya, malah bersambung hahahahah. Seruuu nih mas :D. Apalagi kalo mengingat gayamu yg suka bikin ending ga disangka2 , aku jd penasaran mau tau akhirnya :D.
BalasHapusGemes banget bacanya.. wkwk
BalasHapusSi pak lurah kayanya punya aji-ajian itu..
Kasihan satria, sudah jatuh tertimpa tangga pula...
Mumpung di tolongin gadis kaya yah.. mau baca kelanjutannya nnti pas pulang kerja...
baru pertama kali mampir nih, langsung penasaran buat baca part awalnya dulu ya terus nanti lanjut ke part berikutnya, salam kenal.
BalasHapusSejujurnya, aku baru selesai baca cerita ini setelah banyak kesibukan di dunia nyata, hahaah.
BalasHapusAku penasaran yaa kok Pak Lurah bisa langsung dituduh
Kalo lihat sekilas dari komen, pak lurah ada "main" yaa sama Nita.
Lanjut besok ah bacanya