Cinta sampai mati episode 6
Walaupun Agus sudah diampuni tapi sayangnya rasa sakit di dadanya yang seperti tertusuk jarum tidak langsung sembuh. Saudaranya lalu membawanya ke mantri desa tapi tidak tahu penyebabnya dan tidak bisa diobati.
"Tak usah, nanti juga sembuh sendiri kok. Kalian tidak usah repot-repot." Kata Agus yang memang tahu kalo ia tidak bisa disembuhkan secara medis. Ketika saudaranya usul agar dirinya dibawa ke dukun juga ditolak, ia tahu hanya sedikit paranormal yang bisa mengobatinya dan tempatnya sangat jauh.
Tiga hari kemudian istrinya datang dan setelah diobati dengan ramuannya maka sakitnya langsung sembuh. Walaupun Agus dongkol tapi tidak bisa berbuat banyak. Beruntung ia tidak pernah mengalami santet lagi karena istrinya memaafkan dengan syarat ia tidak boleh kawin lagi.
Tak lama kemudian ada pemilihan kepala desa. Agus lalu mencalonkan diri karena cukup banyak uang, ditambah dengan bantuan gurunya akhirnya ia berhasil menjadi kepala desa dengan menyingkirkan dua orang saingannya. Begitu juga dengan lima tahun kemudian ia masih bisa menjabat lagi hingga sekarang.
Setelah menjadi kades, ia tidak mencuri secara langsung karena lebih suka menyuruh anak buahnya, tentu dengan memberikan imbalan atas kerja kerasnya. Herman sendiri tidak ia suruh karena lelaki tinggi besar ini kurang lincah dan lebih pas sebagai kepala keamanan karena wajahnya yang sangar.
Biasanya tugas itu ia berikan kepada Jaey karena ia lebih lincah tapi sayangnya jika menemui halangan misalnya yang punya rumah atau toko memasang pagar gaib maka ia akan mundur. Beruntung jaey bisa merekrut Satria, Anggota baru yang bisa mencari celah. Hampir tidak ada tugas yang tidak bisa ia kerjakan
Sayangnya ia malah menjalin permusuhan dengan pemuda itu. Kini ia menganggap dirinya adalah musuh besarnya.
Ah persetan, seharusnya satria tahu diri, kalo bukan karena bantuannya maka ia tidak akan bisa menikah dengan kekasihnya itu.
Ctaarr! Petir menyambar membuat pak lurah Agus tersadar dari lamunannya, sementara hujan makin deras. Tapi petir itupun mengingatkan dirinya kepada peristiwa beberapa waktu lalu.
Saat itu gurunya sekaligus mertuanya itu meninggal dunia. Istrinya tentu saja langsung mengajaknya kesana tapi Agus menolak, alasannya karena masih banyak tugas penting di desa yang harus dikerjakan. Istrinya sendiri tidak memaksa karena ia tahu suaminya tidak akur dengan bapaknya sejak kejadian dirinya di teluh.
Hujan deras dan petir sesekali terlihat di kejauhan ketika seorang perempuan muda masuk ke rumah tersebut. Wanita cantik itu kagum sekali dengan ruangan tempatnya berdiri. Biarpun suaminya sudah lama menjadi anak buah tuan rumah tapi baru kali ini ia menginjakkan kakinya di rumah tersebut.
"Jangan berdiri saja Nita, silahkan duduk." Sebuah suara menyadarkan perempuan muda itu. Ia lalu duduk di sebuah kursi sofa yang empuk, beda dengan kursi di rumahnya yang keras karena terbuat dari kayu. Di depan kursi itu ada sebuah lemari berwarna coklat dan juga televisi berwarna hitam putih, disebelahnya ada motor Vespa PX150 yang merupakan barang mewah bagi orang desa sepertinya. Sebuah tangga menuju lantai dua tampak di kejauhan.
"Jadi.. apakah benar suami saya akan keluar dari penjara beberapa hari lagi pak lurah?" Katanya membuka percakapan setelah tuan rumah duduk di depannya. Ia memang datang kesini karena kabar tersebut.
"Benar sekali Nita, beberapa hari lalu aku menyuruh anak buahku untuk bertanya pada pegawai penjara. Jika tidak ada rintangan, misalnya suamimu berkelahi lagi di penjara, maka dalam tiga atau empat hari ini ia akan bebas. Sepertinya uang yang aku kasih pada hakim dulu berpengaruh pada masa tahanannya." Ujar kepala desa itu panjang lebar.
Nita langsung berdiri." Terima kasih banyak atas kebaikan pak lurah, jasa bapak tidak akan aku lupakan seumur hidup."
Pak lurah Agus buru-buru mengangkat tangannya." Tak perlu begitu, satria anak buahku sendiri jadi sudah tugasku. Lagipula ini sudah kewajiban sebagai kepala desa menolong warganya biarpun ia bukan anak buahku juga."
Tentu saja perempuan itu makin kagum. Iapun mengucapkan terima kasih sekali lagi. Pak Agus hanya mengangguk lalu mengeluarkan sebuah amplop.
"Apa ini pak lurah?" Tanyanya tak mengerti.
"Ini uang untuk kalian, untuk sementara ini setelah satria bebas aku tidak bisa mempekerjakan dulu karena nanti ada teguran dari camat karena aku mengambil bekas narapidana, tapi aku janji jika sudah adem maka suamimu itu nanti bisa bekerja lagi kepadaku. Ini cukup untuk makan kalian berdua sebulan, aku tidak bisa memberi lebih banyak lagi karena sudah keluar banyak untuk menyogok hakim."
"Ah tidak usah pak lurah, uang yang bapak berikan tiap bulan kepadaku itu masih banyak." Katanya menolak karena tidak enak. Tiap bulan memang ada kiriman uang dari pak lurah kepada istrinya satria karena ia berjanji dengan syarat pemuda itu tutup mulut tidak membocorkan pencurian. Biasanya jaey yang memberikan atau dititipkan pada tetangganya.
"Terimalah." Katanya setengah memaksa.
Akhirnya Nita terpaksa menerima juga. Setelah memasukkan amplop tersebut ke sakunya maka iapun permisi.
"Tak perlu buru-buru, hujan masih deras diluar Nit."
Gadis itu menggelengkan kepalanya." Saya bawa payung pak lurah, lagi pula aku sudah biasa hujan-hujanan di sawah. Lagi pula saya tidak enak sama Bu lurah."
Setelah itu ia langsung berdiri. Sejak ia masuk ke rumah itu mata kepala desa itu selalu memandang dirinya dengan tajam sehingga ia merasa risih. Ia tidak melihat istrinya dari tadi, coba kalo ada tentu ia tidak akan terlalu canggung. Ia sengaja memancing dengan kata Bu lurah agar lelaki dihadapannya itu tahu diri.
Setelah mengucapkan terimakasih, Ia segera menuju pintu untuk keluar, tapi betapa kagetnya ia ketika pintu itu tidak terbuka sama sekali.
"Pak lurah, apa artinya ini?" Teriaknya, sambil mulai takut. Tak mungkin tidak ada apa-apa karena pintu itu seperti dikunci dari luar.
Lurah Agus tertawa." Kau pikir mudah mendapatkan uang apa Nita, aku ingin tubuhmu untuk imbalan uang yang selama ini kau terima."
Tentu saja wanita itu terkejut bukan main tapi juga tambah takut." Aku akan membayar semua uang yang diterima pak. Kumohon lepaskan aku."
Kepala desa itu hanya menyeringai lalu menuju dirinya. Nita yang takut bukan main segera berlari tapi dalam sekejap ia sudah terkejar. Tubuhnya segera di baringkan di kursi sofa.
"Pak lurah, kumohon jangan lakukan ini." Teriaknya sambil menangis dan melawan. Tapi tenaga perempuan muda itu mana bisa melawan kepala desa itu yang memiliki tubuh besar plus juga kesaktian yang juga kesetanan. Pukulan maupun cakaran tangannya dari Nita tidak dirasakannya, bahkan dengan sekali tarik maka sobeklah baju kebayanya di bagian depan, memperlihatkan tubuhnya yang bagus.
Duk, sebuah tendangan keras mengenai bagian bawah perut pak lurah. Tubuh besarnya terhuyung sedikit kesamping. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Nita. Ia segera berlari dan karena bingung ia malah berlari ke lantai dua rumah itu.
"Mau kemana kau sayang." Teriak pak lurah lalu ikut mengejar ke lantai atas. Wanita itu tentu saja makin ketakutan apalagi dilihatnya tidak ada seorangpun disana. Mau berteriak minta tolong juga mustahil, hujan deras di luar membuat suaranya tidak akan terdengar apalagi rumah kepala desa itu agak jauh dari penduduk karena berada di pinggir sungai.
"Menyerahlah sayang, aku berjanji tidak akan menyakiti mu."
Ctaarr, suara petir di kejauhan dan angin dingin bercampur air hujan yang masuk dari jendela yang terbuka membuat Nita tambah takut, apalagi ketika ia melihat pak lurah makin mendekat.
"Jangan kemari atau aku akan melompat." Teriaknya nekad. Ia memang sudah terpojok, tak ada tempat lari lagi baginya. Di depannya ada pak lurah yang ingin memperkosanya sedangkan di belakang hanya ada jendela, diluar tampak gelap gulita, hanya terang saat petir menyambar.
Tuan rumah tampak menyeringai, tanpa banyak cakap ia langsung bergerak untuk menangkap mangsanya. Melihat hal itu Nita yang nekad langsung melompat keluar jendela.
"Jangaannn..!!!" Teriak pak Agus kaget karena tidak menyangka kalo wanita itu ternyata nekad. Ia berhasil menangkap bajunya tapi sayangnya gagal menyelamatkannya. Kain kebayanya sobek dan tubuhnya tanpa ampun jatuh kebawah di barengi jeritannya.
"Lurah keparat, aku pasti akan membalas mu, membalasmu, membalaassmuuuu..!!!"
Kepala desa itu tercekat, tanpa sadar ia bergidik mendengar sumpahnya, kain kebaya di tangannya pun lepas.
Pagi hari sekali ia langsung memberikan perintah pada Herman." Cari mayat perempuan itu lalu kuburkan dalam-dalam, jangan sampai warga desa tahu apalagi Satria."
Tapi sayangnya tebing di bawah rumahnya susah dilalui sehingga Herman tidak menemukan tubuh nya ketika sampai disana, malah warga desa yang menemukan mayat Nita tersangkut di sebuah akar pohon pinggir sungai. Terpaksa pak lurah membuat isu kalo perempuan itu bunuh diri karena malu punya suami seorang narapidana.
Ctaarrr, bunyi Guntur membuat Agus kembali sadar dari lamunannya. Lampu ruangan itu tiba-tiba mati.
Tentu saja pemimpin desa itu kaget bukan main. Memang mati lampu adalah hal biasa di desanya tapi mengapa harus sekarang. Mana Herman belum datang juga.
Bangsat, apa ia tidak mengerjakan tugas pentingnya tapi malah pergi ke rumah janda incarannya, tapi sepertinya tidak mungkin. Ia kenal Herman sebagai anak buah yang sangat patuh, lebih taat dari pada jaey atau Satria, mungkin karena merasa berutang budi.
Ah, kalo saja ia berhasil membuat kembali jimatnya maka ia tidak perlu merasa takut terutama, entah kenapa malam ini ia malah membayangkan Nita.
Aku akan membalasmu pak lurah keparat, aku akan membalasmu.
Bulu kuduknya entah kenapa tiba-tiba berdiri.
Segera saja ia berdiri untuk mengambil patromax yang ada di gudang untuk menerangi rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki.
"Herman, kau kah itu man?"
Suara langkah kaki itu makin terasa. Entah mengapa kepala desa itu terasa meremang bulu kuduknya.
Ctaarr, bunyi petir terdengar sangat keras, ruangan yang gelap gulita tampak terang sejenak. Tapi hal itu malah membuat lurah Agus ketakutan karena sekilas ia melihat seseorang di tangga lantai dua menuju ke bawah. Jelas itu bukan Herman karena tubuhnya ramping, selain itu pakaiannya juga agak terkoyak terutama di bagian depan. Matanya menatap tajam kepadanya penuh amarah.
"Ni... Nita." Desisnya tanpa sadar.
Wanita itu turun perlahan-lahan ke bawah. Tatapan matanya yang tajam membuat pak lurah makin ketakutan.
"Lurah keparat, aku akan membalasmu malam ini." Suaranya keluar perlahan tapi entah mengapa di telinga pak Agus terasa sangat keras. Tentu saja ia makin ketakutan, tanpa jimat pusaka miliknya ia tidak bisa mengusir roh halus.
"Maafkan aku Nita, aku waktu itu khilaf." Teriaknya minta ampun.
"Lurah keparat, kau membunuhku malam itu. Malam ini aku akan membalas dendam."
"Tidak Nita, aku tidak membunuhmu, kau melompat sendiri." Bantah Agus dengan ketakutan.
"Manusia keparat, kalo kau tidak memaksa ku maka aku tidak akan melompat, apa kau tidak mengaku kalo kau yang menyebabkan aku mati." Teriaknya keras, teriakan yang langsung meluluhkan nyali pak kades.
Ia langsung bersujud." Aku mengaku bersalah, aku mengaku kalo aku yang menyebabkan engkau mati, maafkan aku."
Tiba-tiba ruangan tempatnya berdiri terang benderang, lampu menyala dan beberapa orang petugas polisi tampak langsung menghampirinya. Tentu saja ia terkejut bukan main.
"Apa.. apa ini?" Ucapnya tak mengerti.
Seorang pria bertubuh tinggi tegap menghampirinya." Pak lurah Agus, anda kami tangkap karena membunuh seorang wanita. Selain itu anda juga kena tuduhan pencurian mayat bayi. Petugas, borgol dia."
"Siap kapten." Teriak anak buahnya.
Kepala desa itu masih terbengong-bengong bagaimana ia bisa diakali seperti ini, tapi ketika melihat pemuda di sebelah kapten polisi itu tahulah dia.
"Satria keparat, ternyata kamu penyebabnya, dasar pemuda tak tahu diri, tak tahu balas budi."
Mendengar makian itu, tangan Satria langsung terkepal dan akan melayangkan sebuah jotosan sebelum dicegah oleh kapten Himawan.
"Sabar bung, aku pastikan ia akan mendekam lama di penjara atas semua perbuatannya."
Dua orang polisi lantas segera membawa keluar kepala desa itu yang masih menyumpah serapah padanya. Satria sendiri tidak perduli, ia lebih memperhatikan wanita yang masih berdiri di atas tangga lantai dua.
"Nita, kau kah itu sayang."
Wanita diatas itu mengangguk." Kemarilah kang satria sayang." Bisiknya.
Mendengar bisikan tersebut maka pemuda itu lalu berjalan menuju tangga ke lantai atas. Kapten Himawan hanya memperhatikan saja sambil tersenyum, sementara pak Dahlan disampingnya agak berkerut keningnya.
Tiba-tiba pintu depan terbuka, masuklah seorang gadis dengan wajah yang pucat." Maaf aku terlambat, tadi mobil mang Kardi mogok di tengah jalan. Tak ada angkutan lain jadinya terpaksa menunggu mang Kardi membetulkan mobilnya."
Tentu saja kapten Himawan dan pak Dahlan terkejut bukan main." Apa, jadi siapa gadis yang diatas tadi."
Segera saja mereka bertiga menuju ke lantai atas. Di balkon jendela tampak satria dan wanita cantik berpakaian kebaya hijau.
"Apakah kau mencintaiku kang satria."
"Tentu sayang, sampai mati pun aku akan tetap mencintaimu."
Gadis berwajah pucat itu tersenyum." Kalo begitu ikutlah denganku." Katanya sambil mengulurkan tangan yang segera disambut oleh pemuda itu.
Melihat hal itu Pratiwi segera berteriak." Kang Satria sadarlah, ini aku Pratiwi."
"Benar nak satria, ini anakku disini." Pak Dahlan berteriak juga. Tapi sayangnya teriakan itu seakan tak terdengar olehnya. Sambil berpelukan, keduanya lalu terjun ke bawah.
Melihat hal itu maka Pratiwi langsung jatuh terduduk, samar-samar ditelinga nya terdengar sebuah suara, terima kasih atas kebaikan mu selama ini padanya, tapi suamiku hanyalah milik ku.
Dan Pratiwi pun jatuh tak sadarkan diri.
Keesokan harinya penduduk desa menemukan Satria sudah menjadi mayat. Ajaibnya tubuhnya tersangkut sama persis di tempat para warga menemukan tubuh istrinya. Wajahnya pucat tapi bibirnya seperti tersenyum.
Sore harinya tampak sebuah makam baru di sebelah makam Nita, siapa lagi kalo bukan kuburan satria. Pratiwi hanya bisa mendoakan semoga saja pasangan suami-istri ini bahagia di alam sana.
TAMAT
Terima kasih kepada teman teman blogger yang sudah aku pakai namanya. Terima kasih kepada Satria, Nita Pratiwi, Herman, Jaey, Andy, Himawan, Lia, dan lainnya yang tidak bisa ku tulis satu persatu. Terima kasih juga buat para pembaca yang sudah sabar menanti cerbung ala kadarnya ini hingga selesai.
Btw, kenapa Langsug episode 6. Mana episdoe 5 nya om agus? 😅
awal-awal baca terasa biasa-bias saja, tapi semakin dalam kok semakin terasa ya, peran setiap tokohnya bisa di ungkapkan dengan baik, dan ending ceritanya bikin baper,....satria dan nita selalu bersama di dunia sana, oh so suit,..tapi sayang udah tamat cerita ini
menunggu ceritanya berikutnya mas, he-he
Kirain bakal happy ending dengan Pratiwi, ternyata Nita tetap posesif sama Satria sampai alam bakal huhuhuuu.
Karena tak ada kejelasan dari herman yang tak datang2... Aguspun kembali menerawang ke masa lalu dimana kala itu ia ternyata mendapatkan apa yang ia inginkan dari seorang engkong2 sakti yang bermungkin di gunung salak Bogor.....Meski harus mengawani perawan tua.. Anak engkong sakti tersebut.🤣 🤣
Hingga pada akhirnya rumahnya pun di kepung polisi yang dipimpin kapt Hino....Karena menolak diajak mangkal akhirnya Agus diborgol dan dipenjara...
Masa akhirnya gw mati bunuh diri sama Nita...🤷♀️🤷♀️ Adminnya & Sutradaranya sentimen nih...seharusnya Satria & Pratiwi main lirik2kan...Terus minum bir bareng dan menempuh hidup baru..🤣 🤣 🤣 Beeehhhaaa suuueee..🤣
Aku pikir yang di tangga itu adalah Pratiwi yang menyamar, ternyata beneran Nita 😨😨😨
Akhirnya Lurah Agus juga mendapat hukuman, semoga dihukum seadil-adilnya 😂
Dan akhirnya, beneran cinta sampai mati Satria dan Nita. Setidaknya, Nita nggak jadi arwah penasaran lagi sehabis ini hihihi.
Cerita yang seru dan menegangkan Kak Aguss! Udah bisa jadi novel nih 🤭
Terima kasih juga atas kesempatannya menjadi cameo di tulisan Kakak! Pengalaman yang tak terlupakan 🥺
Hebat, mas. Dari 2 dibikin jadi 6 sungguh pengembangan yang luar biasa.
Benar-benar cinta sampai mati. 👍
Menarik banget, awalnya saya pikir endingnya dia bakal jadian ama saudari istrinya, ternyata enggak.
Dan jadinya kok lakon hantunya kental di episode ini hahaha.
Dan adegan mati bersama ini, mengingatkan cerita Mas Agus dulu yang seorang gadis mengajak pemuda di tepi tebing 😁
akhirnyaaaa aku tau endingnya dan nggak nyangka kalau satria harus begini, hiks hiks
eh iya lho sama kayak Lia, aku kira yang di tangga tadi adalah pratiwi yang nyamar. kayak di film film gitu
ah dari dulu dia memang jahat yah.. ga pernah kapok
Ya udahlah memang Nita dan Satria harus sehidup semati... tetap bersatu selamanya.. meskipun dengan cara terjun dari atas. Romeo Satria dan Juliet Nita berbahagia selamanya.
Sumpah keren banget mas Agus... baru kelar ini bacanya saya..
Mainin emosi banget... Kasian Mba Nita.. dasar lurah keparat... mampus kowe pak lurah... tapi malah dipenjara yah.. tak sangka mati mengenaskan *eeehhhh 🤫
Lanjutkan mas.. ditunggu kisah2 selanjutnya.. kapan lagi kan yah bisa baca Cerpen bagus and GRATIIISSSS... makasih mas.. 😆
keren mas ceritanya, bener-bener sesuai judulnya. tadinya aku kaget kok endingnya malah mati juga. Trus baru ingat, oiya ding judulnya kan cinta sampai mati ya.
aku menanti cerita baru selanjutnya dengan pemeran-pemeran yang familiar nih :D
Di episode pamungkas ini tampaknya ada beberapa sentilan yg disisipkan salahsatunya sentilun buat hakim 🤣
Sama seperti di part 5 disini saya juga mendapatkan visual, saya membayangkan Agus adalah Billy Bujengger, artis Indo yg mmg perannya suka menganu cwe 🤣
Klo Satria, siapa artis yg suka bunuh diri diperannya, Bokir cocok kyknya 🤭
Ternyata begitu proses kematian Nita loncat dari jendela, jatuh kesungai, sisa sobekan kebaya yg ditemukan Satria di episode pertama. Hmm 😆
Dan Lurah Agus dipenjara, hmm, barangkali ingin keluar silakan sewa jasa Sylvister Stallon spesialis membantu kabur 😆
Pertamax...
Sankin serunya aku kelewatan
saya pikir busana yg dipake nita selama ini berupa busana kayak anak Abege sekarang ternyata pake kebaya, bawahan nya pasti pake kain lipatan. Cerita nya emang beneran di pedesaan banget ya mas. Keren deh.
Cinta sampai mati, pas bener sama judulnya, mati di tempat yang sama dan cinta yang sama.
Tapi saya agak bingung mas Agus, di cerita part 1,2,3 itu kan satria sedang mencari istrinya nita yang hilang saat itu, dan gak tau kabar nya sekarang seperti apa, trus satria seolah di bayang bayangi seperti arwah nita kan,dan banyak kejadian yang menyerupai seperti nita, dan kadang kala setiap wanita dianggapnya nita, trus di part 6 nita barusan meninggal karna ulah pak lurah yang ingin melampiaskan nafsu nya lalu di tolak.
Pertanyaannya.
1. Nita di bagian part 1,2,3 itu masih hidup atau udah meninggal beneran.?
Mohon pencerahan nya dikit aja mas Agus. Ya ya ya 🙏🙂🙏
Saya tunggu untuk cerbung berikutnya mas, apalah arti malam saya tanpa kehadiran cerbung mas Agus ini.
🙏🙏🙏🙂☺🙏🙏🙏
#DoyanBacaMalam
btw, ini kook bisa mengimajinasikan sampe sedetail itu? Apakah om agus benar-benar mengatahui kehidupan masyrakat yg seperti ini yaa? Adakah beneran terjadi hal semacam ini?
Tapi kunci dari kisah ini sebenarnya ada di Nita dan Kapten Himawan. Tanpa mereka berdua Lurah Agus tidak bisa ditangkap.😆
Baguus cerita yg ini.. endingnya aku ga nyangka bakal gitu sih. Mendingan lurahnya yg dibikin mati wkwkwkwkwk. Tetep ga trima :p
menarik