Cinta sampai mati episode 3
"Kok makannya sedikit saja Tiwi." Tanya seorang wanita paruh baya, pria yang seumuran dengannya di sebelahnya jadi ikut memperhatikan. Mereka bertiga saat ini sedang sarapan.
"Lagi tidak nafsu makan ma." Jawab Pratiwi singkat. Ia memang sedang malas makan sejak kejadian aneh itu yaitu pasiennya yang bernama Satria menyangka dirinya itu istrinya yang sudah mati. (Silahkan baca selengkapnya tentang kejadian tersebut di Cinta sampai mati episode 2)
"Apakah ada kejadian di rumah sakit hingga kau tidak nafsu makan Tiwi?" Tanya Dahlan ayahnya.
"Enggak kok pah, Tiwi lagi ngga doyan makan saja. Mungkin panas dalam atau gimana." Elaknya.
"Apa masakan Bu Saidah kurang enak Wi?" Tanya ibunya. Heran juga dia, padahal lauknya adalah tumis kangkung dan telor dadar spesial kesukaan anak satu satunya.
"Aduh maaf non kalo masakan bibi ngga enak." Asisten rumah tangga yang bernama Saidah yang sedang membersihkan kamar lalu mendekat meminta maaf.
Pratiwi buru buru bicara." Aduh maaf Bi, masakan bibi sangat enak kok. Aku saja yang lagi ngga mood. Udah bibi jangan khawatir masalah masakan."
Setelah mendapat kode dari bapaknya maka bi Saidah akhirnya pergi.
"Makanya kalo kamu tidak mau bikin orang lain tidak enak makanya terus terang saja nak. Atau kau mungkin sudah tidak mau bercerita pada bapakmu ini ya?"
Mendengar hal itu maka Pratiwi tidak bisa mengelak lagi. Memang kedua orang tuanya ini sudah mengenalnya, sehingga jika ada masalah maka mereka tahu. Maklum ia anak satu satunya sehingga selalu diperhatikan. Ia lalu menceritakan tentang pasiennya barunya yang ia temukan saat pulang dari rumah sakit, termasuk peristiwa semalam dimana ia disangka istrinya.
Ibunya menghela nafas panjang." Kau bilang kau malah menghindarinya. Apa itu sikap yang pantas untuk seorang suster terhadap pasiennya."
"Maaf mah, aku waktu itu kaget dan shok."
"Ya sudah, sebaiknya kamu coba diskusikan dengan temanmu seorang dokter yang dulu pernah kesini, kalo ngga salah namanya Andy, bagaimana baiknya."
Pratiwi mengangguk.
Esoknya ia langsung bertanya kepada dokter muda tersebut.
"Dokter, bagaimana hasilnya. Apakah pasien bernama Satria ada kemajuan?" Tanya gadis itu ketika sudah bekerja di rumah sakit.
Pria muda berbaju putih yang sedang memakai kacamata itu mengangguk." Aku sudah bicara dengannya tadi siang. Menurutku tidak ada gangguan kejiwaan pada dirinya, kecuali ia tetap bersikeras mengaku kalo kamu istrinya."
"Apakah dokter sudah mengatakan kalo sebenernya aku ini Pratiwi, bukan Nita istrinya."
"Sudah, ia akhirnya bimbang ketika aku mengatakan bahwa kamu adalah orang lain, hanya orang yang mirip saja. Aku juga memberikan contoh foto beberapa orang yang mirip wajahnya padahal tidak ada hubungan darah dan terpisah jarak ratusan kilometer."
"Oh syukurlah. Apakah lukanya sudah sembuh dok?"
Dokter Andy agak kecut hatinya karena kini gadis yang ditaksirnya malah memperhatikan orang lain." Sudah makin baikan, dalam satu dua hari lagi juga bisa pulang. Tapi ia masih diikat karena takut membahayakan orang lain."
Tentu saja suster itu terkejut dan merasa bersalah." Apa tidak dilepaskan saja talinya dokter, kasihan dia."
Pria itu mengangguk." Kalo kondisi pikirannya sudah stabil tentu akan dilepaskan talinya. Dan jalan satu-satunya adalah kamu harus meyakinkan dirinya kalo kamu bukanlah istrinya dengan cara menemuinya."
Agak tegang juga tubuh gadis muda itu." Apakah sekarang aku harus menemuinya?"
Dokter Andy menggeleng." Menurutku sebaiknya siang saja, sekarang sudah malam, pasti disangkanya kamu arwah istrinya yang muncul. Kalo siang hari kurasa lebih baik, tidak ada setan yang muncul siang hari bukan sehingga ia percaya kamu orang lain. Lagipula kamu bisa menyiapkan mental bertemu dengannya. Kamu besok masuk siang saja, akan ku atur agar suster lain masuk menggantikan shift kamu."
"Makasih banyak dokter." Ujar Pratiwi gembira.
Dengan pikiran itulah ia gembira ketika pulang jam 11 malam dengan supir setianya. Sampai di rumah ia menyetel radio dengan suara kecil dalam kamarnya, takut mengganggu kedua orang tuanya. Mau menyalakan televisi juga pasti tidak ada siaran karena hanya ada stasiun TV.
Angin dingin terasa ketika ia sedang mendengarkan radio. Dilihatnya ternyata salah satu jendela tampak membuka. Segera saja ia menutupnya.
Karena sudah mengantuk maka ia memutuskan untuk tidur. Saat itulah tiba-tiba ia melihat seorang wanita di depan lemari pakaiannya. Wanita muda itu memiliki wajah yang mirip dengannya tapi seperti ada luka yang mengucurkan darah dari kepalanya yang sobek. Pakaiannya awut awutan bahkan ada yang robek sebagian terutama di bagian depan.
Saat Pratiwi seakan tak percaya dengan penglihatannya, gadis didepannya itu berbicara." Tolonglah suamiku Pratiwi, tolonglah suamiku, tolong lah..."
Tidaakkk!!! Segera saja gadis itu berteriak ketakutan dan keluar kamar. Mang Kardi suami bi Saidah yang sedang berjaga tentu saja terkejut bukan main, begitu juga dengan kedua orangtuanya.
"Ada apa Tiwi?" Tanya ayahnya dengan segera, takut terjadi sesuatu kepada anak kesayangan itu. Ia kenal anaknya bukan penakut kecuali jika ada sesuatu yang tidak biasa. Kalau penakut, tentu anaknya tidak akan menjadi suster yang membutuhkan mental kuat.
Pratiwi yang sedang memeluk ibunya lalu menjawab." Tadi ada hantu pah. Hantu itu masuk kamar Pratiwi." Katanya dengan sesenggukan.
Tentu saja semua orang terkejut mendengar perkataan wanita muda itu.
" Biar aku lihat kamar nona tuan, takutnya ada maling menyamar sebagai setan, kan berabe kalo ada barang yang hilang."
Setelah melihat anggukan dari majikannya maka mang Kardi bergegas ke kamarnya yang baru pertama kali di masukinya. Tak ada sesuatu pun yang aneh.
"Maaf tuan, tidak ada sesuatu di kamar nona, jangankan hantu, nyamuk juga tidak ada."
"Tapi pah, Tiwi tidak bohong." Pratiwi tentu saja membela diri.
Buru buru mang Kardi menjawab." Maaf non, mamang tidak bermaksud begitu."
"Sudah, bi Saidah kamu tidur saja lagi, besok masih banyak pekerjaan. Mang Kardi juga biasa jaga diluar ya mang." Akhirnya Dahlan, bapaknya Pratiwi bicara.
Mang Kardi segera keluar, begitu juga istrinya segara masuk ke kamarnya.
Setelah kedua suami istri itu pergi maka Dahlan segera mendatangi istri dan anaknya yang sedang duduk di sofa. Istrinya tampak sedang mengelus elus anaknya yang masih memeluknya.
"Tiwi, tolong ceritakan kejadiannya ya."
Pratiwi segera menceritakan peristiwa yang dialaminya, termasuk yang membuatnya shock adalah keadaan gadis itu yang mirip dirinya.
Tentu saja kedua orangtuanya kaget. Mereka memang sudah mendengar kalo pasiennya itu ada yang berbicara mirip dengan anaknya, tapi mereka menyangka kalo itu adalah omongan pasien yang lagi labil sehingga tidak begitu percaya. Tapi kini Pratiwi bicara sendiri kalo sosok yang mendatanginya mirip dirinya, mau tak mau mereka harus percaya.
Setelah saling bertukar pandangan akhirnya suami istri itu memutuskan untuk masuk kamar kembali, tentu saja setelah meminta Bi Saidah untuk tidur menemani anaknya agar ia tidak takut.
"Pah, apa mungkin sosok yang datang itu adalah saudaranya Tiwi?" Tanya ibunya hati hati dengan suara pelan.
"Aku juga tidak tahu. Memang kudengar kalo Tiwi itu punya saudara, tapi kalo mukanya mirip aku tidak tahu." Jawab Dahlan. Matanya menerawang seperti membayangkan masa lalunya.
Ibunya Pratiwi juga tahu apa yang ada di pikiran suaminya. Ia lalu teringat masa lalunya ketika masih kuliah dan berkenalan dengan seorang lelaki yang kuliah di universitas berbeda tapi masih satu kota lalu mereka berpacaran. Ia pertama kali jatuh cinta dengan lelaki itu sehingga menyerahkan segalanya kepada termasuk kesuciannya di tempat kost. Tak disangka akibat hubungan terlarang itu ia akhirnya hamil. Tentu saja ia meminta tanggung jawab kekasihnya tersebut.
Kekasihnya mengelak dengan alasan ia masih fokus kuliah bahkan semenjak itu ia pindah ke tempat lain setelah sarannya agar ia menggugurkan kandungan ditolak. Beruntung ada seorang lelaki baik hati bernama Dahlan yang mau meminangnya. Peristiwanya kebetulan ketika ia hendak bunuh diri dengan terjun dari jembatan dan pemuda itu kebetulan lewat dan menghentikannya.
Dahlan sendiri memang mencintainya sejak lama karena mereka berdua kadang bertemu. Dahlan hampir lulus kuliah saat pertama kali melihatnya, sedangkan ia baru masuk kuliah.
Awalnya ibunya Pratiwi mengusulkan agar janin yang dikandungnya digugurkan tapi ditolak oleh Dahlan. Bagaimanapun dia anakmu, darah dagingmu sendiri, aku berjanji akan menyayangi nya seperti anakku sendiri. Tentu saja ia makin cinta pada lelaki itu. Mereka akhirnya menikah tanpa banyak orang tahu pengantin wanita sebenarnya sudah hamil.
Dahlan sendiri baru mencampuri istrinya setelah Pratiwi lahir. Setelah lima tahun berumah tangga mereka tidak memiliki anak lagi. Dahlan yang penasaran akhirnya melakukan tes dan betapa terkejutnya dirinya ketika dokter berkata kalo dirinya mandul. Mungkin keturunan karena ia adalah anak satu satunya, pamannya yang sudah dua puluh tahun menikah juga belum punya anak dan akhirnya mengangkat anak.
Dahlan sendiri akhirnya menyayangi anaknya itu dengan sepenuh hati, apalagi Pratiwi memang tidak tahu kalo dirinya bukan bapak kandungnya karena sejak bayi ia selalu disayang olehnya.
Karena sudah tahu dirinya mandul itulah maka ia lalu berusaha memajukan perusahaan peninggalan orang tuanya apalagi ia anak satu satunya. Berkat kegigihannya dibantu istrinya akhirnya ia berhasil menjadi salah satu pengusaha yang disegani di kotanya.
"Pah, kok malah melamun." Teguran istrinya membuat Dahlan sadar.
"Apa kamu masih ingat dengan tempat kekasihmu dulu mah?"
Tentu saja istrinya terkejut bukan main." Untuk apa kau tanyakan manusia tidak berbudi pah."
Dahlan buru buru menjelaskan." Maaf mah, papa tahu mama masih sakit hati dengannya. Tapi bagaimanapun ini menyangkut anak kita. Sepertinya saudaranya itu meminta bantuan Tiwi karena tidak tenang di alam kubur. Kita harus tahu apa yang membuatnya tidak tenang agar dirinya tidak mengganggu Tiwi lagi."
Istrinya tentu saja terharu bukan main." Terima kasih banyak pah, kalo tidak ada papa entah bagaimana nasibku ini. Aku sendiri tidak tahu dimana ia berada dan memang tidak ingin tahu."
"Aku akan coba tanya pada dokter andy nanti, istri pasiennya berasal dari mana, mungkin kalo ditelusuri bisa menguak misteri ini."
Keesokan harinya Dahlan lalu menyiapkan keperluan untuk bekal perjalanannya setelah ia mendapat informasi dari dokter andy yang senang bapak dari gadis yang disukainya menelponnya. Melihat bapaknya membawa koper untuk perjalanan jauh tentu saja Pratiwi heran.
Ada perlu penting, begitu kata bapaknya sambil mengelus rambut anaknya. Walaupun heran karena biasanya ayahnya cukup mengirim orang tapi Pratiwi mengerti, sambil tak lupa berpesan agar hati hati di jalan maka ia pergi ke rumah sakit dengan baik motor Vespa PX150 yang baru beberapa bulan dibeli karena mang Kardi ikut ayahnya membawa mobil Toyota Corolla.
Setelah siap dan mendapat instruksi dari dr. Andy maka iapun masuk ke dalam ruangan dimana Satria berada. Pasien itu kini sudah tidak diikat lagi, tapi ada dua orang satpam yang berjaga di sebelahnya, tentu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Bagaimana Satria, kini kau percaya kalo ia bukan Nita istrimu?"
Pemuda itu menarik nafasnya dulu." Setelah aku perhatikan, memang wajahnya tidak sama dengan istriku biarpun mirip. Nita memiliki tahi lalat kecil di bawah bibirnya, sedangkan nona ini tidak."
Dr. Andy tentu saja gembira." Jadi kamu sekarang percaya kalo Pratiwi adalah orang lain."
"Aku sedikit percaya, tapi akan lebih percaya lagi kalo nona ini mau memperlihatkan bahu kirinya kepadaku. Ia punya tanda disana."
Tentu saja Pratiwi jadi terkejut, begitu juga dengan dr. Andy, sedangkan kedua satpam itu senyum senyum.
Akhirnya dokter muda itu mengangguk dan menyuruh kedua sekuriti itu keluar, digantikan oleh dua orang suster.
Pratiwi akhirnya dengan malu malu menurunkan sedikit bajunya, tampak bahunya yang putih mulus.
"Kebawah sedikit lagi nona." Pinta Satria.
Tentu saja gadis itu dongkol, tapi setelah melihat rekannya itu mengangguk akhirnya ia menurunkan lagi pakaiannya.
Satria tampak kecewa, ia tertunduk lesu." Ternyata kau bukan dia. Nita memiliki bekas luka goresan kena kayu akibat bekerja di sawah dulu, sedangkan nona tidak. Maafkan aku telah menyusahkan dirimu."
Tentu saja gadis itu lega. Begitu juga dengan dokter Andy.
* * *
Jika Pratiwi lega maka nun jauh disana di sebuah desa Herman justru sedang gundah. Sebabnya majikannya lurah Agus menyuruhnya untuk mencari seorang mayat bayi. Bukan sembarangan mayat bayi lagi karena yang dicarinya adalah bayi yang lahir pada hari Jumat dan meninggal pada hari Jumat pula dan belum berumur sebulan. Tentu saja itu yang sangat susah.
Sudah beberapa hari ini ia mencari informasi tentang hal itu, bertanya pada para kuncen penjaga makam di kampung yang jauh tapi belum ketemu. Akhirnya terpaksa ia pulang kembali, tak disangka salah satu anak buahnya memberi laporan kalo tetangganya ada yang anaknya meninggal dan keadaannya persis seperti yang dicarinya.
"Kenapa dia meninggal?"
"Katanya kena muntaber bos, sekarang kan lagi wabah."
Setelah memberikan uang pada anak buahnya itu ia akhirnya melaporkan hal itu pada majikannya.
Lurah Agus yang biasanya berwibawa tampak agak lemah di ranjang. Ia memang sedang terluka.
Beberapa hari yang lalu, khanif, kakak dari Jaey menghadangnya saat ia sedang keliling kampung menengok warga. Tanpa basa-basi lelaki berusi empat puluh tahun itu langsung bertanya pada kepala desa itu perihal adiknya yang tidak pernah kelihatan.
"Ia pergi entah kemana." Jawabnya acuh tak acuh.
"Tak usah berdusta lurah keparat, aku tahu kamu membunuhnya bukan." Teriak khanif lantang, habis itu ia langsung mencabut goloknya lalu menyerang pak lurah.
Golok itu mengenai leher kepala desa itu dengan telak, tapi sayangnya malah goloknya yang mental seakan khanif membacok karet.
Setan ini ternyata benar punya ilmu kebal, batin khanif.
Lurah Agus menyeringai." Pilihlah bagian tubuhku yang empuk nif, kau boleh memilih yang mana saja."
Tiba-tiba lelaki berusia empat puluh tahun itu menyerang ke kaki, bukan dengan golok tadi dengan kakinya. Kepala desa yang tidak siap itu tentu saja terkejut dan jatuh terjerembab ketika tendangan khanif kena telak di kakinya.
Melihat lawannya jatuh, khanif langsung mengeluarkan bambu kecil berwarna kuning runcing dan langsung menusukkan ke telapak kaki lawannya.
Jeritan keras setinggi langit langsung keluar begitu bambu kuning runcing itu menancap di kakinya. Ternyata bambu kuning atau Pring gading dan telapak kakinya itulah kelemahan dari ilmu kebalnya selama ini.
Herman yang ada di sebelahnya tentu saja terkejut bukan main, segera saja ia menghadang khanif yang ingin membacok pak lurah yang sudah kehilangan kesaktiannya. Khanif yang senang karena telah melumpuhkan lawannya jadi lengah dan golok Herman tanpa ampun bersarang di perutnya. Matilah ia tanpa sempat membalas dendam kematian adiknya.
"Apa kau sudah dapat mayat bayi yang aku cari man?"
Herman mengangguk." Sudah pak lurah, anak buahku tadi memberi tahu kalo bi Saniah baru saja kehilangan anaknya, ia lahir pada hari Jumat, meninggal juga hari ini hari Jumat. Katanya baru tadi pagi dikuburkan."
Pak lurah Agus girang. Luka di kaki nya terasa sembuh mendengar kabar tersebut. Lukanya memang sudah diobati oleh mantri desa dan katanya tidak apa-apa, seminggu lagi juga sembuh, tapi kesaktiannya yang hilang itulah yang membuat ia takut karena ia memiliki musuh.
"Aku percayakan tugas ini kepadamu Herman. Aku yakin kau bisa melakukan tugas ini untukku."
* * *
Suasana kuburan umum di pinggir kampung itu sepi sekali, maklum siapa pula yang mau bermain di kuburan, mana malam hari lagi. Tapi dimalam yang sunyi dan dingin sesosok tubuh berada di sana, bukan hantu gentayangan tapi siapa lagi kalo bukan Herman. Lelaki berusia tiga puluh lima tahun ini membawa sebuah cangkul selain golok yang ada di pinggangnya.
Sebelum menuju kuburan yang menjadi targetnya ia berhenti dulu di dua makam yang bersebelahan. Makam itu adalah kedua orangtuanya. Ingatannya kembali ke masa dua puluh tahun silam saat negeri ini dilanda gejolak.
Orang orang anggota sebuah partai politik yang saat itu gagal memberontak menjadi korban. Ayahnya yang hanya seorang buruh tani menjadi korban, padahal ia bukan anggota partai terlarang itu, hanya kebetulan punya kawan dekat yang menjadi pengurus partai.
Ayahnya dibantai tanpa ampun oleh para penduduk desa setelah ada instruksi dari pihak militer, ibunya juga tewas tak kalah mengenaskan. Herman yang waktu itu berusia lima belas tahun hanya bisa menangis dan ketakutan di persembunyian melihat kedua orangtuanya mati mengenaskan.
Iapun lalu lari keluar desanya jauh jauh hanya berbekal pakaian yang ada di badan. Tujuannya adalah pak Agus, sahabat baik ayahnya karena mereka berdua pernah sekolah rakyat bersama. Agus pula lah yang melindunginya ketika ada desas-desus kalo ia adalah anak partai terlarang itu. Selain itu ia juga yang memakamkan jenazah kedua orangtuanya di desa itu karena desa kelahirannya tidak mau menerima.
Aauuunggg, suara anjing di kejauhan menyadarkan Herman dari lamunan. Setelah mengusap wajahnya ia lalu menuju makam yang dicarinya. Beruntung baginya karena kuburan itu tidak dijaga, selain itu juga bulan purnama sehingga suasana tidak terlalu gelap. Heran juga karena biasanya jika ada anak yang mati hari Jumat ada yang menjaga. Ah, tentu karena keluarga bi Saniah orang tidak mampu sehingga tidak bisa mengupah seseorang. Pak Karto suaminya juga sepertinya acuh tak acuh, maklum ia punya anak lainnya berjumlah delapan orang yang juga harus diberi makan, kehilangan seorang anak tidak terlalu berpengaruh apalagi ia hanya tukang becak.
Dengan tergesa-gesa akhirnya ia berhasil juga mencuri mayat bayi itu. Segera saja ia membawanya setelah merapikan kuburannya kembali. Keluar dari pemakaman tiba-tiba ia merasa ada seseorang yang membuntutinya.
Bersambung
ternyata ilmu kebalnya pak lurah kelemahannya ada di telapak kaki ya. Jadi berandai-andai kalau ceritanya dibuat film pasti seru nih ada laganya, ada dramanya, horornya dapet banget jg.
baru dapet ni horronya, tapi ngakak juga sih wkwkwk
Tapi itu bayi buat dibikin apa, buat supaya kebal lagi kah 😆😆
Bagian tiga ini bener-bener berubah total ngga ketebak arahnya mau ke mana?
Plot ceritanya mulai lebih jelas dan nampak :D
Keren mas agus.
Ditunggu kelanjutannya :D
Emang posisi tahi lalat si pratiwi ada dimana kang..�� �� ��
Khanif gw bilang apa berguru dulu sana ke Gunung merapi sama Aki muka bangkai biar dapat ilmu tapak merapi.�� ��
Siapa yang ngikutin Herman dan pak lurah ... Mungkin arwah Jaey Biden kali minta ganti rugi quota kepada Lurah Agus.�� �� ��
Kurang tahu tahi lalat nya Pratiwi dimana, mungkin bisa tanya nanti sama orangnya langsung.😆
Jangan jangan arwah mbak kukun mau minta mangkal bareng sama Herman.🤣
Sudah tak asing lagi kesucian hilang di kamar kost, padahal 0y0 lagi pr0m0 🤭🤭🤭
Semoga dapat petunjuk untuk keluarga pak Dahlan untuk mengungkapkan misteri ini.
Kirain mati itu pak lurah setelah kena bambu kuning itu, harusnya Herman tidak ada bersama pak lurah saat perkelahian itu.
Gagal fokus saya dengan Luka bekas pada bagian bahu Tiwi, imajinasi ku semakin terasa mas. wkwkw.
Brrrrrr ..rrr ..
[Efek suara angin]
Kenapa ya teriba aku jadi merinding baca di bagilan akhir bab ke 3 ini .., mayat bayinya diambil dari kuburan!.
Tetiba saja keingetan wajah seorang blogger kalau saja cerbung ini dibuat pilem, pemeran wanita yang paling pas karakternya adalah ...eng ...ing ...eeeeng ... Gustyanita ..., Hahaha 😂
seriuuus ga sabar bngt mau baca endingnyaaa... ^o^.. siapa yg nyangka kalo pratiwi bukan anak kandung. eh tapi aku agak ga mudeng ama sodara tiwi.. Mamanya kan bilang, apa mungkin itu sodara tiwi... mksdnya sodara gimana mas? apa si tiwi kembar saat dilahirkan?
Tokoh Khanif jadi kakaknya Jaey ..tapi kok ya Khanif baru aja keluar kok ceritanya dihabisin.. jadi pemeran figuran ternyata...
Kirain Satria tadinya itu modus pura-pura ngira suster Pratiwi itu istrinya.Ternyata emang karena shock aja, syukurlah sekarang sudah sadar suster tsb berbeda bukan istrinya.
Siapa ya yang ngikutin Herman di kuburan? Pasti dech hantu istrinya Satria, kan meninggalnya terus Herman yang disuruh buang kan sama Lurah Agus?
Ditunggu kelanjutannya.
Untuk Pak Agus, aku mau bilang: Kapok. Akhirnya kena getahnya juga kan. Mudah-mudahan aja ilmunya hilang untuk selamanya.😆
Para hantu mulai bergentayangan.
Ternyata Pak Agus punya kelemahan juga, Satria harus dikasi tau nih.
akhirnya ya si satria percaya kalo pratiwi itu bukan nita :D