Dihukum guru karena membawa kaset VCD
Daftar Isi
Kenalkan, nama saya Jaenudin, biasa dipanggil Jaey. Kali ini mau ceritakan kembali kisah saya waktu sekolah di SMP bersama dua teman karib saya yaitu Ahmad dan Herman setelah sebelumnya kisah saat SD, Agus sendiri tidak ada karena ikut orang tua nya merantau ke Jakarta. Kami bertiga akrab soalnya selain satu sekolah juga masih satu desa, cuma beda rumah saja.
Seperti kebanyakan sekolah lain. SMP kami juga kadang mengadakan razia untuk mengecek barang apa saja yang ada di tas sekolah. Jika ada barang yang terlarang seperti hape dan rokok hampir pasti akan ditegur keras bahkan kadang diberi sanksi.
Seperti pagi ini, jam 8 tahu-tahu sekolah mengadakan razia. Aku tenang-tenang saja karena merasa tak membawa barang yang dilarang. Begitu juga Ahmad, teman sebangku ku, ia juga kalem saja.
Saat razia dilakukan, ada beberapa teman kelasku yang kedapatan membawa rokok. Ia tentu saja ditegur keras. Saat aku SMP awal 2010 hape masih sedikit mahal, sehingga sedikit saja yang punya, seperti Herman. Wajar saja, orang tuanya salah satu pemilik toko terbesar di desa.
Karena tak terdapat barang didalam tasku yang dilarang maka aku aman. Kini giliran Ahmad diperiksa, ia tenang saja. Aku percaya dong, ngga mungkin ia bawa barang terlarang apalagi ia anaknya lugu.
"Ahmad, apa-apaan ini. Mengapa kamu bawa barang seperti ini ke sekolah." Kata pak guru sambil mengacungkan sebuah barang. Ya Allah, aku hampir tak percaya, ia membawa kaset VCD bokep, kelihatan dari sampulnya.
Ahmad tentu saja segera dibawa ke ruang guru BP. Aku sendiri tidak berani membantunya karena barang bukti ada. Ia segera di interogasi.
"Ahmad, mengapa kamu bawa barang terlarang seperti ini ke sekolah?"
"Barang terlarang apa pak guru?" Kata Ahmad. ia tak mengerti mengapa ia disidang.
"Ini." Kata pak guru BP menunjuk kaset VCD bokep yang ada di mejanya.
"Oh itu, ini saya bawa biar teman-teman di kelas semangat belajar pak guru."
"Semangat, apa maksudnya Mad."
"Aku kadang lihat ayah saya bawa kaset ini sambil berkata. Bu, kita nonton ini yuk biar semangat." Jawab Ahmad polos.
Tentu saja guru BP dan wali kelas tergagap tak bisa menjawab.
* * *
Usai pulang sekolah aku langsung menaruh tas. Aku memang langsung berniat pergi karena kami bertiga sudah berjanji akan memancing. Iya, memancing ikan memang salah satu hobi kami bertiga selain mencari durian jatuh. Tadinya waktu Ahmad dibawa ke ruang BP aku sempat khawatir, ternyata tidak terjadi apa-apa, buktinya ia tidak dihukum keliling lapangan seperti Eko yang ketahuan bawa rokok.
"Jaey, mana hasil ulangan tadi." Sebuah suara menghentikan langkahku. Aku terkejut karena ibu sudah menghadang di depan pintu. Aku hanya bisa pasrah, lantas mengambil tas dan memberikan bukunya.
"Apa ini, mengapa nilai kamu cuma 40." Ibu tentu saja langsung marah begitu melihat nilai bahasa Indonesia ku. Ibu terus nyap-nyap sementara aku diam saja, nanti kalo sudah bosan juga berhenti sendiri.
Benar saja, tak lama kemudian ia berhenti ngomel. Aku tentu saja lega tapi kaget ketika ibu bilang akan lapor bapakku Satria. Aku memang paling takut pada bapak, soalnya ia suka menjewer telinga sampai merah kalo marah, sakitnya duh.
Karena takut aku lantas sembunyi di gudang. Tak lama kemudian aku mendengar suara bapak pulang dan ibu ngomel tentang nilai ulangan ku.
"Mana dia!!!" Teriak bapak menggelegar, membuat makin ciut nyaliku.
"Entahlah pak." Jawab ibuku Rohaya.
Tak lama kemudian terdengar suara Herman dan Ahmad memanggil manggil namaku. Ibu tentu saja mengomel, gara-gara kalian berdua mengajak main saja, nilai Jaey jadi jelek dan berbagai omelan lain. Mereka berdua tentu saja langsung kabur.
Sudah dua jam aku di dalam gudang. Akhirnya aku menyerah karena lapar. Saat hendak keluar itulah, kakiku secara tak sengaja menyenggol sebuah buku lama karena sudah berdebu.
Aku mengendap-endap ke lemari untuk mengambil makanan. Tapi ternyata bapak sudah menunggu, lengkap dengan wajah angkernya.
"Mana buku ulangan kamu." Bentak Satria bapakku.
Aku hanya bisa pasrah lantas memberikan buku sambil menunduk.
"Apa ini, mengapa nilai kamu cuma 30. Dasar kamu banyak main saja. Pokoknya mulai sekarang kamu tidak boleh bermain sampai nilainya bagus, mengerti." Teriak bapak keras-keras.
"Maaf pak, coba bapak lihat nama siapa di buku itu."
Bapak yang sedang marah-marah langsung berhenti. Ia melihat nama di buku itu dan tiba-tiba mukanya merah. Ternyata itu adalah buku ulangan nya sendiri dulu.
"Eheemm, ya sudah. Kegagalan memang bisa terjadi pada siapa saja. Mulai sekarang kamu harus rajin belajar."
" Baik pak. Aku boleh bermain kan."
Bapak hanya mengangguk. Horeee, Aku segera keluar menuju tempat biasa kami bertiga bertemu yaitu warung Bu Ijah.
* * *
Sampai di warung Bu Ijah, aku lihat mereka berdua. Ahmad sedang minum es sedangkan Herman sedang menelpon. Ternyata ia sedang menelpon Rina pacarnya. Mereka berdua sedang renggang karena Herman ketahuan jalan berdua dengan Linda, teman sekelasnya. Herman menelponnya untuk minta maaf.
"Rina sayang, Bang Herman minta maaf nih. Kita balikan lagi yuk sayang."
" Apa balikan. Abang pikir semudah itu."
"Ayolah sayang, itu cuma salah paham. Bambang tuh suka ngompori." Kata Herman menyebutkan nama temannya yang suka mengadu.
" Ngga semudah itu. Coba Abang ambil satu gelas."
Walaupun tak mengerti, tapi Herman menurut juga mengambil gelas.
" Setelah itu coba Abang jatuhkan tuh gelas."
PRAAKK, Herman menurut saja menjatuhkan gelas tersebut.
"Coba Abang lihat, gelas itu pecah berkeping-keping bukan. Begitu juga hati Rina bang. Tak akan bisa kembali utuh."
" Tapi Rina, masalahnya gelas ini tidak pecah."
" Eh benarkah?"
" Iyo, soalnya gelas yang Abang jatuhkan adalah gelas plastik."
" Eh, dasar kadal buntung."
Herman terus melancarkan rayuan gombalnya. Akhirnya Rina pun terbujuk dan mau balik lagi. Aku dan Ahmad pun senang, karena itu artinya kami akan banyak ditraktir oleh Herman nanti.
Tamat
Besok-besok kalau ada acara ngambekan lagi, jatuhinnya rantang ya .. terus sambil direkam suaranya hiar bisa dijadiin ringtone xixixi ..
Yaa2...Memang menghermankan.....Kalau gw jadi Rina gw timpuk si Hetmannya pake gelas...🤣🤣🤣🤣🤣
dasar si abang herman.. jangan mau balikan lagi Rina, nnti diselingkuhi lho, kabuurrrr
Lalu gimana tu kelanjutannya si ahmad pas disidang bp, guru bpnya istigfar apa malah ikutan nonton karena terisnpirasi semangat bapak ibunya ahmad pas nobar vcd hahah
Si agus pindah sekolah ya, ga bisa duet maut lagi dong, atau ntar ada part selanjutnya yang gedenya ketemu si agus lagi ahhah
Si jaenudin... Emang turunan bapaknya ternyata. Nilainya aja nggak jauh beda.
Itu juga si herman, kecil-kecil udah jadi kadal buntung aja😂 udah punya rina masih jalan sama linda.
pendek tapi menarik...
gimana kalau dijadikan buku saja :P
tapi ini gara gara temen si jalan SMP, awal-awal booming warnet dan MIRC
hahahah gelas plastik aku ngakak bagian itu
kok ya bisa bisanya
Tapi memang benark kok, bisa menjadi penambah semangat :D
Dah yang kedua dan ketiga, saya tak perlu koment. Takut petut kram.
Saya mau ikutan juga ah :D
Btw jadi ingat bapak saya deh, beliau galak banget kalau nyuruh saya kudu juara mulu.
bakalan menghukum kalau ada nilai jelek, apalagi nilai merah.
Sementara, raportnya sendiri kebakaran, merah semua hahaha.
Tapi bapak pinter cari alasan, katanya justru karena itu dia nggak ingin anak-anaknya ikut kisahnya :D
Harusnya sy kenal dari dulu biar bisa berguru.. Wkwkw
Herman mah bsa aja, syukurlah udah baikan lagi.
Bapaknya Ahmad lagi, udah tau punya blue-blue film, malah naruh sembarangan...
Kocak emnk mereka bertiga tuh. Punya tabiat masing-masing yg unik2.. wkwkwk
Ngelesnya boleh juga nih, apalagi si Herman ~XD
Ahmad juga nih, pakai bawa-bawa Bapaknya segala waktu bawa VCD blue film mbhahahaah ~XD
Terus itu si Herman masih SMP kan dicerita atas? 🙈 kok bisa-bisa sudah jadi 'kadal' hahahaha jadi penasaran bapaknya siapa 🤭 thank you mas untuk ceritanya, suka banget sama yang pendek-pendek begini, twist-nya ada banyak 😂
Plot twistnya selalu bikin ngakak wkwk..
Makasihh mas Agus hiburannya ahaha..
Ah, jadi orang tua selalu benar ya :D
ah jadi kangen masa mbeling2an masa sekkolah dulu.
memang ya istilah buah jatuh nggak jauh dari pohonnya nurun aja, sebelas dua belas sama jey