Mengantar hantu wanita
Daftar Isi
Sebagai tukang ojek, sudah banyak pengalaman yang dialami oleh Agus. Ia sudah bertemu dengan berbagai macam karakter penumpangnya. Ada yang menghargai profesinya dengan memanggilnya secara sopan, ada yang bawel, ada pula yang ngasih upah seadanya padahal barang belanjaannya harusnya pakai mobil pickup. Agus menjalani profesi itu dengan ikhlas karena mencari pekerjaan makin sulit di hari hari belakangan ini.
Seperti sore ini, Agus kembali ngetem di perempatan jalan dengan motor Honda Supra yang sudah setia menemaninya selama ini setelah mengantar seorang karyawan yang baru pulang. Di tempat mangkal tersebut sudah ada beberapa temannya yang juga berprofesi sama yaitu Herman dan Satria.
Mereka berdua tampak sedang asyik ngobrol.
"Ah, paling itu hanya cerita iseng." Kata Herman.
"Cerita iseng apanya. Si Rojak beneran mengalami kejadian itu. Aku yakin ia tidak bohong." Bantah Satria. Agus tertarik juga karena ia kenal dengan Rojak yang juga sering mangkal disini. Berebut penumpang bersama, tapi ia tidak melihatnya sekitar tiga hari ini.
"Memang kenapa dengan Rojak kang satria?" Tanyanya.
"Gini Gus, kan si Rojak sudah tiga hari ini tidak kelihatan. Walaupun orangnya agak rese suka merebut penumpang tapi sebagai sesama tukang ojek aku khawatir. Aku lalu ke rumahnya tadi siang, kebetulan ada tetangganya yang ngojek." Terang satria.
Agus dan Herman menyimak bersama.
"Kebetulan ia sedang ada diluar. Aku lalu ngobrol sama dia terus tanya. Kang, kok tumben ngga ngojek, apa dapat warisan banyak, candaku. Katanya, dia tidak ngojek karena habis ketemu hantu beberapa hari yang lalu?"
Hantu, tentu saja Agus kaget mendengarnya. Sementara Herman hanya menyimak saja sambil menghisap rokok.
"Iya Gus. Jadi ceritanya seperti biasanya ia mangkal disini nyari penumpang Tiba-tiba ada seorang wanita minta diantarkan ke kampung gedong songo. Rojak sebenarnya ogah, selain tempatnya jauh melebihi kebun jati yang luas, juga karena sudah malam hari, takut digarong. Tapi karena wanita itu memohon kepadanya maka ia kabulkan juga. Nah, sampai di gedong songo di sebuah rumah kosong ia menghilang. Rojak tentu saja shok dan ia jadi takut ngojek." Terang Satria panjang lebar.
"Wah, beneran ngga tuh ceritanya?" Tanya Agus agak sangsi. Soalnya ia sering lihat di YouTube prank soal hantu untuk mengerjai orang.
"Kalo ngga percaya, sudah datangi saja Rojak."
Agus malas ke rumahnya. Selain jauh dari pangkalan ojek ini juga karena tidak terlalu akrab dengan Rojak yang suka main serobot kalo ada penumpang. Mau marah tapi tidak berani, selain Rojak badannya besar juga ia banyak temannya disini. Agus sendiri hanya seorang perantauan yang numpang cari rejeki disini.
* * *
Sebelum Maghrib Agus pulang dulu ke rumah. Selain untuk sholat juga untuk bercengkrama bersama anak dan istrinya. Ia sendiri pulang dengan agak lesu karena hanya membawa sedikit uang, padahal Rojak saingannya itu tidak ikut ngojek.
"Mas, besok Wulandari harus bayar iuran mas." Istrinya memberi tahu setelah mereka selesai makan malam. Anaknya sendiri sedang di kamar belajar.
Agus hanya mengangguk saja. Ia lalu memberikan tiga lembar uang 10 ribuan dan lima lembar uang 5 ribuan." Mas hanya dapat segini saja dek, itu juga belum untuk ngisi bensin."
Istrinya mengambil uang yang diberikan." Iuran anak kita 400 ribu, sedangkan uang yang ada didalam semuanya hanya 150 ribu, masih kurang 250 ribu. Apa sebaiknya aku jual saja kalung yang dulu buat mas kawin ini mas?"
Agus tentu saja terkesiap. Ia ingin marah tapi masih bisa menahan diri." Tak perlu dek, nanti aku bisa cari uang lagi."
Habis berkata demikian Agus menghabiskan sisa teh manis yang dibuat oleh istrinya lalu segera pergi. Istrinya hanya bisa menghela nafas saja, sambil berdoa semoga suaminya dapat uang banyak sehingga ia tidak perlu menjual mas kawin yang terakhir di lehernya.
* * *
"Kang satria, kamu punya uang tidak?" Kata Agus tanpa basa-basi pada temannya yang sedang nonton hape di pangkalan ojek.
"Berapa Gus?"
"Sekitar 250 ribu kang."
"Waduh tidak ada Gus. Uang ngojek tadi sudah aku berikan semua pada istriku. Lagi pula minggu lalu kamu utang 100 ribu belum bayar kan." Katanya menyeringai.
Asem, batin Agus. "Herman mana?"
"Udah pulang duluan, mungkin mau apel ke rumah Ningsih pacarnya, mungkin juga takut diutangin sama kamu hahaha." Satria tertawa lalu segera pergi sebelum temannya itu menaboknya. Agus cuma bisa ngelus dada karena kedua sobat karibnya tidak ada yang bisa menolongnya.
Sudah hampir jam 10 malam ketika Agus kembali ke pangkalan ojek sehabis membawa penumpang. Karena kedua temannya itu pergi maka hanya tinggal ia sendiri yang ngojek. Lumayan juga hasilnya, dari habis Maghrib sampai sekarang sudah dapat 50 ribu, 65 ribu sebenarnya tapi 10 ribunya sudah untuk beli bensin, dan 5 ribunya untuk gorengan yang sekarang penjualnya sudah pulang. Motor Supra nya buatan tahun 2004 memang irit bahan bakar, tapi karena sudah tua jadinya kalah bersaing dengan Herman yang memakai Honda beat atau Satria dengan Vario CBS nya.
Sudah jam 11 lewat tapi belum ada tambahan satu penumpang lagi. Agus berhitung, uang untuk bayar iuran anaknya masih kurang 250 ribu sedangkan hari ini ia total dapat 100 ribu, masih kurang 150 ribu. Tapi biaya sekolah anaknya bisa dibayar hari Senin nanti, adapun besok baru hari Jumat. Jadi masih ada sisa waktu tiga hari lagi, rasanya cukup untuk memenuhi target.
Dengan pikiran seperti itu maka ia memutuskan untuk pulang saja. Saat hendak pulang itulah sebuah suara memanggilnya.
"Bang, anterin aku ke gedong songo dong."
Agus menengok. Dilihatnya ada seorang wanita dengan baju putih berdiri tak jauh dari jalan raya. Mukanya tidak terlalu kelihatan karena tertutup rambutnya dan juga gelapnya malam.
"Wah, sudah malam neng. Abang harus pulang, lagi pula jauh tempatnya." Agus berlagak jual mahal.
"Tolongin aku dong bang." Katanya lagi.
"Boleh saja sih, tapi 30 ribu ya. Mau?"
Wanita itu hanya mengangguk. Agus girang karena akhirnya dapat tambahan juga. Sebenarnya kalo siang hari cukup 20 ribu saja, tapi berhubung ini sudah malam maka harga segitu adalah wajar.
Agus segera menyalakan motornya. Ditengah perjalanan Agus tidak terlalu berminat untuk mengajak ngobrol, wanita itu juga hanya diam membisu saja di belakang. Kampung gedong songo sendiri cukup jauh dari jalan raya, menembus kebon jati yang cukup lebat. Walaupun sudah beberapa kali ia pergi mengantar penumpang ke kampung tersebut tapi ntah mengapa malam ini agak beda. Mungkin karena sudah hampir tengah malam kali.
"Mbak, rumahnya sebelah mana sih? Apa dekat tugu masuk kampung?" Kata Agus setelah hampir dekat ke lokasi. Wanita dibelakangnya hanya mengangguk saja, sungguh wanita yang irit bicara, batinnya.
Setelah masuk ke kampung yang tentu saja sudah sunyi sepi, Agus lalu bertanya lagi." Mbak, ini sudah masuk kampung. Tempat tinggalnya dimana? Apakah sudah dekat."
"Di pertigaan depan nanti belok kanan mas. Rumahku Tidak jauh dari pertigaan itu." Akhirnya wanita itu bicara juga. Agus lega juga karena penumpangnya bicara dan juga karena pertigaan jalan paling hanya sekitar beberapa menit lagi. Setelah sampai pertigaan ia lalu belok kanan. Jalanan sudah sepi sekali, mana tidak ada lampu rumah sama sekali yang menyala. Agus mengendarai motornya pelan-pelan karena jalanan kampung yang jelek dan berbatu.
Entah mengapa Agus tiba-tiba ingat obrolannya dengan Satria sore tadi. Apa mungkin ia hantu wanita yang diantar oleh Rojak? Karena takut maka ia pun berhenti, mana suasananya makin mencekam.
"Mbak, rumahnya masih jauh ngga?" Kata Agus dengan suara bergetar.
Tak ada sahutan. Agus menengok dan wanita berbaju putih tadi hilang entah kemana. Ia tentu saja shok. Tapi karena ia merasa bertanggungjawab takut penumpangnya tadi jatuh karena jalan yang jelek ia lalu memanggil namanya lagi, walaupun dalam hati ia sebenarnya takut penumpangnya bukan jatuh tapi terbang.
"Mbak, mbak..." Teriaknya lagi. Teriakannya kali ini ada yang menyahuti.
"Ada apa mas?" Seorang laki-laki berusia sekitar 30 tahunan keluar dari sebuah rumah.
Syukurlah, ternyata ada orang juga. Agus lalu menjelaskan kronologisnya tentang hilangnya penumpang nya tadi.
"Wah, pasti itu hantunya si Anisa mas."
"Anisa?"
"Iya. Anisa itu aslinya warga kampung sini yang kerja di kota. Tiap hari ia bolak balik pulang kesini naik ojek. Suatu hari ia kena kecelakaan saat mau pulang kerja dan meninggal di tempat. Ia lalu menjelma menjadi hantu yang sering minta diantarkan pulang kesini oleh para tukang ojek. Tiga hari yang lalu juga ada tukang ojek yang dikerjainnya, ia minta diantar kesini lalu menghilang." Jelas lelaki itu. Agus tentu saja takut bukan main, buru buru ia pulang ke rumahnya. Ia pun langsung demam dan meringkuk di tempat tidur.
* * *
Sementara itu, tak lama setelah Agus pergi dan menghilang di pertigaan jalan, seorang perempuan berbaju putih keluar dari balik tembok. Ia menjinjing sepatunya dan mendekati laki-laki tadi.
"Ia sudah pergi mas?" Katanya tersenyum pada lelaki yang ngobrol dengan Agus.
"Sudah, ayo pulang sayang." Katanya lalu menggandeng tangannya masuk rumah.
TAMAT
Terus si Agus kpn sembuhnya, bagaimana dgn duit buat bayar anu yg masih kurang.
Trs hutang sama Satrio udh lunas blm?
Trs Si Hermini kmn sdh ketemu blm?
Jg, Sepedanya udh dibalikin blm? 😂😂
Suatu saat ntar kalo ketahuan gimana cerita nasibnya ya itu cewek 🤔 ?
E bentar ku nyampe bacanya 2 kali, soale agak loading, jadi si anisa hantu boongan biar dapat nebeng gratiskah mpe gedong songo, trus laki2 tersebut yg digandeng tangannya berkepentingan sebagai apa dalam cerita?
Kalau sampai endingnya emang mbk kun mungkin saya bakal kepikan sampai besok.
boleh juga tuh idenya.. besok2 aku kalo gak ada uang buat ngojek, pake caranya si anisa ini aja lah.. haha
boleh juga idenya.. kapan2 kalo lagi ga punya uang bisa dicoba cara ini.. haha..
btw si agus penghasilan dari ngojek 250 per hari udah lumayan itulah, kalo kuli bangunan perhari cuma 100 ribu wkwkwk :D
Lanjutkeun ��
aoakah cara ini bisa ditiru? wkk
halah malah opening number
wkakakaka endingnya mesti anu ya
agus dua kali kena prank dari hantunya
eh cerpennya dibukukan mas lumayan jadi antologi cerpen
idenya asik asik lo sungguhan
Tapi ajib juga ya itu si mba bisa turun dari motor yang sedang melajuuuu.
agus sampe sakit begitu plus shock :D
Mending kalau udah ada firasat gimana, gak usah aja deh daripada dikerjain gitu. Jahat banget. Nanti jadi hantu beneran baru tau rasa. Huh!!
Cerpennya semakin kesini semakin bagus mas Agus, tapi gambar mbak kuntinya itu lho yang bikin serem pa lagi kalau lagi baca sendirian .
Bisaan bikin ceritanyya g ketebak
Udahlah saya merinding, dipaksain tetep baca, lah kok penipuan hahahaha.
Harusnya memang saya baca komen dulu baru baca keseluruhan wakakakak.
Etapi saya penasaran, bagaimana caranya si hantu boongan itu turun dari boncengan?
Dan kok ya nggak takut apa ya kalau tiba-tiba ada kembarannya datang.
"Halo Mbak, ikutan nebeng dong!" bisa-bisa dia yang pengsan hahahaha
Dan pasti skill turun dari motornya tanpa diketahui udh jago :D. Walo jalan motor agak diperlambat secara jalanan jelek, ttp aja ga gampang turun dari motor yg sdg jalan :D. Hahahah. Cewenya kerja jd stuntman di film2 laga kayaknya :p