Disasarkan oleh makhluk halus
Daftar Isi
Dahlan sampai di Brebes saat lewat jam 12 malam. Maklum, bis yang ditumpanginya dari Jakarta mengalami macet cukup parah akibat banjir di daerah Bekasi sehingga molor. Biasanya ia sudah sampai jam 6 atau jam 7, tapi karena macet itulah ia terlambat hingga 5 jam.
Dahlan meneruskan langkahnya sambil membawa tas ransel. Ia memang hanya membawa tas itu karena tidak ingin ribet di perjalanan. Maklum, ia pernah ketiduran sehingga turun di daerah Pemalang. Sialnya ia membawa banyak barang, dari tas, kardus, sampai plastik berisi oleh oleh sehingga saat putar balik lagi ke Brebes ia kerepotan.
Jalanan desa yang ia lalui sunyi sepi, maklum saja karena sudah tengah malam. Ronda juga jarang dilakukan di desanya kecuali kalo ada keadaan darurat misalnya banyak yang kemalingan. Ia sendiri menggerutu, coba kalo tidak ada banjir, sudah dari tadi sampai dan sekarang mungkin ia sudah tidur.
Ia percepat langkah kakinya. Setelah melewati kebon pisang punya pak Rusdi, ia berhenti dulu untuk berdoa karena sebentar lagi ia akan melewati pertigaan jalan.
Pertigaan jalan itu sebenarnya hanya pertigaan jalan biasa. Lebar jalannya hanya cukup untuk dua mobil kecil, maklum jalan kampung. Tapi pertigaan itu banyak menyimpan cerita misteri yang sudah terkenal di desanya, bahkan sampai desa sebelahnya. Karena kabarnya banyak orang yang kena ilusi jalan, jadi para pengguna jalan seolah melihat ada jalan, padahal sebenarnya tidak ada. Kata orang jaman dulu sih, ilusi jalan itu disebabkan oleh dedemit yang menunggu tempat tersebut.
Jadi pertigaan jalan itu kalo ke kanan akan menuju kuburan umum yang merupakan jalan buntu, kuburan itu terlihat dari pertigaan tersebut, sedangkan kalo ke kiri menuju kampungnya, sedangkan satunya menuju jalan raya, yang Dahlan lalui ini. Depannya pertigaan itu ada sawah yang luas, tapi kadang orang melihat seolah ada jalan sehingga tak jarang ada motor atau sepeda yang terperosok ke sawah.
Anehnya, kebanyakan yang disasarkan malah orang desa sebelah. Pernah suatu ketika ada orang hendak menuju jalan raya. Saat di pertigaan itu, ia belok kanan yang memang menuju jalan raya. Tapi anehnya saat itu ia hanya berputar-putar saja tidak sampai juga. Suatu ketika ia kesandung dan betapa terkejutnya ternyata ia di kuburan. Tentu saja ia ketakutan dan demam sampai tiga hari. Ok, kalo malam hari mungkin itu wajar, tapi ini sore hari lho.
Lain cerita, ada orang dari kota sebelah Tegal yang hendak apel ke rumah pacarnya yang ada di desaku. Ia datang mengendarai motor setelah Maghrib. Anehnya saat itu ia hanya berputar-putar saja ditempat sekitar pertigaan itu dengan motornya sampai ada seorang yang lewat dan menyadarkannya. Setelah itu ia kapok dan tentu saja dapat diduga, kisah cintanya kandas. Cemen amat ya, baru digodain dedemit aja udah putus, apalagi digoda janda.
Tapi yang paling heboh adalah ketiga ada seorang laki-laki yang tidur di kuburan itu. Ceritanya malam itu ada hajatan pernikahan dengan hiburan penyanyi dangdut. Saat asyik berjoget itulah ia melihat seorang wanita berbaju putih yang menurutnya sangat cantik. Ia lantas menggodanya dan ternyata wanita itu malah menanggapi dengan genit. Setelah puas berjoget maka mereka lantas pulang menuju rumah sang wanita tersebut. Rumahnya sangat bagus dan megah. Walaupun lelaki itu agak aneh karena belum pernah melihat rumah seperti itu di desa tersebut, tapi ia masa bodoh saja, mungkin juga karena pengaruh minuman keras yang ia minum. Dirumahnya lelaki itu menggodanya dan mengajaknya bermain cinta hingga ia tertidur. Betapa terkejutnya ia ketika bangun ternyata ada di kuburan dan ia sedang memeluk papan nisan.
Dahlan sendiri agak heran waktu itu saat beritanya gempar. Seingatnya ia sering sekali lewat pertigaan jalan itu dan tak pernah mengalami kejadian aneh. Kuburan itu juga sering ia sambangi, misalnya saat ia hendak memancing karena di belakangnya ada sebuah sungai yang cukup besar, atau kalo pas hari Jumat Kliwon, sering ia dibawa bapaknya ke kuburan umum itu untuk ziarah ke makam kakeknya.
Ok, mungkin semua itu akan dianggap Dahlan sebagai ocehan penakut atau tukang mabuk sampai ia sendiri pernah mengalaminya. Jadi ceritanya ia habis bermain ke tempat kawannya di Tegal. Saat Maghrib ia sampai di pertigaan itu dan melihat di depannya ada sebuah jalan lain. selain jalan ke kanan yang menuju kuburan dan ke kiri yang menuju desanya. Ia hampir saja jalan lurus terus, untung ia segera ingat dan berhenti. Setelah ia membaca bismillah 3x, jalan itu hilang dan berganti menjadi areal persawahan. Hampir saja motornya terperosok ke sawah.
Saat Dahlan cerita pada orang tuanya, mereka berdua langsung saja kompak bicara." Makanya kalo Maghrib tuh didalam rumah, karena banyak sengkolo lewat tahu."
Ia sendiri akhirnya tidak terlalu sering mendengar keangkeran pertigaan jalan itu sejak ia pindah ke ibukota untuk bekerja. Memang sih, jika ada paman yang datang ke Jakarta kadang cerita kalo masih ada satu dua orang yang tersasar, tapi menurutnya berita itu kalah menarik dibandingkan dengan berita politik cebong kampret atau artis KPop yang jadi idolanya sehingga ia tidak terlalu minat.
Beni, teman satu SMP nya dulu juga kirim chat, kalo ia pernah dikerjain. Ceritanya ia hendak mengantar pulang Widi, janda muda di desanya sehabis belanja di pasar. Ia malah terperosok ke sawah, sambil tak lupa ia kirim gambar tangannya yang lecet. Paling kau kesengsem sama Widi jadinya melamun dan kepleset ke sawah, begitu ledeknya.
Sampai ia akhirnya disuruh pulang kampung oleh ibunya, kangen katanya. Duh, padahal dahlan sudah besar Mak, tahun depan kan mau melamar Hani, harus cari duit yang banyak.
Dahlan kembali merapatkan jaketnya karena dingin menyergap. Ia berharap ada orang lewat agar ada yang menemani, tapi tetap nihil. Siapa pula yang berani lewat pertigaan jalan, yang jangankan tengah malam, sore saja sudah angker.
Dengan membaca bismillah dan juga permisi, ia lewati pertigaan itu. Srak srak srak, langkah kakinya terasa berat. Dahlan percepat langkahnya dan tidak berani melirik ke kanan, ke arah kuburan desa.
Legaaa, itulah perasaannya ketika ia sudah melewati jalan tersebut. Ia kini mulai berjalan santai bahkan sambil sedikit bersiul untuk menghilangkan ketegangan. Beberapa lampu rumah penduduk mulai terlihat di kejauhan.
Dahlan bernafas lega, akhirnya ia sampai juga di rumah. Segera saja ia mengetuk pintu agar ibu atau bapaknya bangun. Cukup lama juga ia menunggu sampai pintu itu terbuka dan seorang wanita muda tampak berdiri didepannya. Kecantikan terlihat jelas walaupun ia baru bangun tidur.
Dahlan terkejut karena yang ada di hadapannya adalah Widi, janda muda yang diceritakan beni.
Dasar dhemit iseng, kok ia malah disasarkan ke rumah janda sih.
TAMAT
By the way saya mau tanya dong mas, yang namanya Satria itu teman mas Agus? Saya kira itu blog mas Agus juga (cuma beda url karena belakangnya sama-sama pakai mwb) hihi. Soalnya beberapa kali komen di blog saya terus gaya tulisnya mirip mas Agus jadi saya pikir, "Ah ini blog mas Agus yang lain."
Endingnya itu kok aneh banget dah?
Sebenarnya emang sudah niat dalam hati, jadi tolong jangan salahkan demit :D
Jangan nuduh demit loh, entar dia sedih, galau , baper, terus datang beneran gimana? hahaha.
Ini lama-lama jadi spesial penulis horor, etapi keren loh nulis horor itu, sama dengan nulis sadis atau thriler, menulis bukannya memikirkan ya.
Nggak kebayang-bayang terus tuh di dunia nyata? :D :D
Kalau saya yang nulis gini, dijamin bahkan mau ke kamar mandi pun minta ditemani hahahaha
Btw, di tempat saya juga ada jalan kayak gitu. Dulu sering ada orang kecelakaan karena katanya jalannya lurus padahal belok tajam. Alhasil, naas, mereka nabrak pagar. Untung nggak parah.
Hehe...
Btw, kenapa harus nyasar ke rumah janda? Tapi, okelah, di luar dugaan nyasarnya. Hehe...
Aku gak bisa bayangin gimana ekspresi setan pas joget di acara kawinan orang.😂
Ini kebetulan buka lagi pas pagi, hehehe.
Dulu saya banyak mendengar kisah seperti itu. Ada 'sengkolo' juga, hehehe. Jawa banget.
Setelah baca kok saya mesem sendiri. Dhemitnya baik banget, hahaha.