Karena wabah Corona maka kita tidak leluasa
Daftar Isi
Di depan sebuah rumah, tampak dua orang sedang asyik ngobrol. Mereka adalah Agus sebagai tuan rumah dan tamunya Jaenudin. Mereka saat itu sedang berbicara di beranda rumah.
" Jadi tidak Gus besok ke pengajian kyai Mansyur?" Jaenudin memulai percakapan.
Agus tidak langsung menjawab, pikirannya saat ini sedang bimbang. Wabah penyakit Corona yang sedang melanda di daerah sekitar rumahnya membuat ia tidak bisa langsung mengiyakan ajakan teman baiknya. Apalagi ada himbauan dari pemerintah agar penduduk mengurangi aktivitas sosial agar tidak tertular. Tapi disisi lain ia juga tidak enak sama Jaenudin yang sudah jauh-jauh datang ke rumahnya, apalagi rencana ini sudah mereka bicarakan sejak bulan lalu.
"Din, sepertinya aku besok tidak jadi kesana Din. Sekarang kan sedang ada wabah Corona dan kita dihimbau untuk tetap di rumah."
"Ealah, kok kamu takut amat sih. Pokoknya aman kesanalah Gus."
"Aman, emang ada jaminan kita akan aman darimana Din?"
Sang tamu menyeruput dulu kopi yang dihidangkan tuan rumah baru menjawab." Ya kita yakin saja sama Allah SWT. Sebagai orang beriman kita tidak perlu takut pada wabah begituan Gus. Apalagi ini kan untuk menghadiri pengajian kyai besar, termasuk ibadah lho, bukan untuk hura-hura atau senang-senang apalagi maksiat.
Agus bimbang. Benar juga, mereka kan hendak menghadiri pengajian.
"Tapi menghindari penyakit berbahaya juga penting Din, ini juga termasuk bagian dari ikhtiar." Agus berbicara dengan hati masih bimbang, apalagi sejak Jaenudin datang keadaan di lingkungan sekitarnya tetap sepi padahal dia datang sore hari. Biasanya ada banyak orang lewat atau beberapa anak kecil yang berlarian kesana-kemari dengan riang, tapi sejak kemarin sudah sepi sejak korban yang terkena virus Corona makin banyak ditambah makin banyaknya orang yang meninggal.
"Alah, bilang saja kamu males keluar rumah, pakai alasan takut tertular virus segala." Tampaknya dia mulai ngambek, nada bicaranya juga sedikit menyentil.
Agus sedikit tersentil emosinya oleh perkataan temannya. Saat ia akhirnya akan menjawab ajakan temannya untuk nanti malam datang ke pengajian tiba-tiba lewat seseorang.
"Assalamualaikum, sepertinya ramai nih Gus. Ada tamu ya?" Tamu yang baru datang mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam pak ustadz. Monggo masuk pak ustadz." Agus buru-buru membukakan pintu sambil tak lupa cium tangan lantas memberikan kursi. Kebetulan batin Agus, yang datang adalah ustadz Satria Al Ghozali, tokoh agama di desanya yang juga menjadi imam masjid dimana Agus sering sholat. Jaenudin juga bangkit berdiri lalu bersalaman. Agus sendiri lalu masuk ke dalam meminta istrinya Sarilah untuk membuatkan minuman serta cemilan.
"Silahkan cicipi kopinya pak ustadz." Seru Agus ketika hidangan sudah datang.
"Terima kasih Gus." Ustadz Satria Al Ghozali menyeruput minumannya.
"Maaf pak ustadz, saya mau minta saran nih pada ustadz." Kata Agus
"Ada apa Gus?"
"Begini pak ustadz, saya dan temanku ini rencananya habis Maghrib mau ke desa sebelah untuk menghadiri acara pengajian kyai Mansyur. Nah, yang bikin aku bimbang adalah sekarang kan lagi wabah Corona ustadz. Sudah banyak yang jadi korban, bahkan di kecamatan sebelah ada juga yang meninggal." Tutur Agus panjang lebar.
Tokoh masyarakat itu tersenyum. Ia berfikir sejenak baru menjawab." Saran saya sih, sebaiknya kalian ini tunda dulu, dirumah saja. Tunggu situasinya aman dulu."
"Lho kok begitu pak ustadz." Jaenudin tidak setuju." Inikan untuk ibadah, untuk apa kita takut pada virus seperti itu."
"Kita memang tidak boleh takut pada virus mas, hanya boleh takut kepada Allah SWT, tapi kita juga wajib berikhtiar agar selamat, bukan mencelakakan diri sendiri."
" Tapi kan jika takdir saya tidak akan kena penyakit, mau gimana-gimana tetap saja saya tidak akan kena sama tuh virus. Tapi jika takdir saya kena virus, biarpun didalam rumah tetap saja akan kena virus, iya toh." Jaenudin tetap ngotot.
"Lha, kok mas yang mengatur takdir."
"Bukan aku maksudnya mau mengatur takdir." Jawab Jaenudin keki juga." Tapi kalo takdirku kena virus setelah ke pengajian begitu ya apa boleh buat." Ia mengangkat bahu.
Sang ustadz tersenyum." Begini lho mas, resiko kamu terkena wabah itu lebih besar kalo berkumpul di tempat ramai seperti ke mall, tempat rekreasi ataupun acara pengajian dari pada jika diam di rumah. Aku yakin kamu tahu ini. Itu seperti kamu mainan api dan resikonya bisa terbakar kalo mainan api."
"Lalu kamu bermain-main dengan keyakinan kalo Allah tidak akan mentakdirkan kamu kena penyakit. Tidak disangka ternyata kamu kena virus tersebut. Masih mendingan kalo kamu sendiri. Mas ini siapa namanya?"
"Jaenudin namanya ustadz." Agus yang dari tadi diam akhirnya bicara juga.
"Mas jaey punya istri?" Tanya ulama yang rambut dan jenggotnya sudah putih semua pada tamu didepannya.
"Alhamdulillah sudah pak ustadz, anak juga sudah punya dua." Jaenudin menjawab.
"Alhamdulillah kalo begitu. Tapi bagaimana kalo ternyata mas jaey kena dan tidak tahu lalu tanpa disadari menulari keluarga mas sendiri. Apa mas mau begitu."
"Tentu saja tidak pak ustadz." Ia ngeri juga, apalagi selain anak istrinya, di rumahnya juga ikut ibunya juga yang sudah tua. Membayangkan kalo ibunya yang sudah berumur itu terkena Corona tentu saja ia takut, apalagi kabarnya virus itu berbahaya kalo menyerang orang tua karena sistem imun lebih lemah.
"Nah karena itulah sebaiknya kita jaga diri sebaik mungkin. Jika diri kita sendiri yang kena celaka mungkin kita ikhlas, tapi jika anak istri kita juga ikut kena, alangkah disayangkan padahal kita bisa mencegahnya."
"Baiklah pak ustadz, aku memutuskan untuk dirumah saja." Akhirnya Jaenudin menyerah.
"Nah begitu dong jaey." Agus turut senang juga.
"Lebih baik begitu, lagi pula pengajian sekarang juga bisa mengikuti lewat internet. Namanya apa ya Gus?"
"YouTube pak ustadz."
"Ok, sebelum saya pulang ada baiknya kita berdoa bersama agar wabah Corona ini segera hilang agar kita leluasa mau kemana saja, baik ke pengajian ataupun ke masjid untuk beribadah.
Ia lantas mengangkat kedua tangannya “Ya Allah! Angkat dari kami penyimpangan dan malapetaka dan gempa bumi dan bencana, serta segala cobaan yang buruk baik yang nyata maupun yang tersembunyi, dari negeri kami ini khususnya, dan dari semua negeri kaum muslimin, dengan Rahmat-Mu, Duhai Yang Maha Penyayang."
"Amin ya rabbal alamin."
TAMAT
Tokoh-tokohnya juga berkarakter, cuma agak heran tumben tokoh Satria (dalam fiksi saja lo hehe) kali ini dijadikan karakter pak ustad. Lempeng dan logis pula ya karakternya. Sip deh
Pokoknya pas lah sesuai dengan timing dan keadaan yang ada saat ini, jadi pesan moralnya pun sampai. Great job, dan semangat terus menulis cerpennya ya.
Sekarang banyak banget yang ngotot buat keluar rumah, padahal kalo kena, bisa nularin keluarga sendiri.
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Alhamdulilahi rabbil ‘alamin,
Was sholatu wassalamu ‘ala,
Asyrofil ambiyaa iwal mursalin,
Sayyidina wa maulana Muhammadin,
Wa ‘alaa ‘alihi wa shohbihi ajmain.
Ama ba’du.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Ilaahi Robbi yang telah memberikan kita beribu-ribu kenikmatan, baik Nikmat Iman dan Islam ataupun Nikmat Sehat Wal’afiat, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul di sebuah blog yang bikin saya mulai aneh...🤯🤯🤯
Mungkin dikarenakan sang admin blog ini yang kesambet, Tapi entahlah.
Maka dari itu saya masih menunggu apa yang beliau ucapkan setelah ini..😊😊 🙏🙏🙏
Ya, Allah? Aku haturkan dan inginkan dari doa yang ada, Allah kabulkan termasuk dapat lindungi kita semua dari marabahaya wabah virus Corona saat harus terpaksa Keluar rumah.
Mas Agus, sebaiknya jangan cium tangan pak ustadz, takutnya kalau ada virus nempel disitu gimana? Seharusnya tangannya pak ustadz diberi hand sanitizer dulu baru dicium.😱
Harus menambah kekebalan tubuh supaya tidak mudah terinfeksi virus corona :)
Nggak tahu, siapa sebenarnya yang seharusnya bertanggung jawab akan menyebarnya virus ini, akan tetapi sesungguhnya yang paling berdampak ya masyarakat kecil.
Ekonomi menurun, banyak pengangguran huhuhu.
Semoga wabah ini segera berlalu, semoga kita semua bisa merasakan bagaimana rindunya kita pada pengajian dan masjid, jangan setelah kayak gini baru deh kita merindukan sholat berjamaah di masjid :(
Agak aneh baca cerpennya karena biasanya ketawa tapi ini luruuuusss banget.
Semoga corona segera berlalu, ya.
Blognya punya ciri khas Mas Agus. Blog yang isinya cerpen. Keren.
Mas Agus ngga nyusul bikin konten youtube 🤔 ?
Moga2 Corona cepat berakhir, ntar leluasa lagi ke mana-mana
haduhhh capek ngasih tau orang kaya begitu
Mungkin kalo kita sendiri yang kena tinggal dirasain sakitnya. Nah kalo keluarga/orang sekitaran kita trus gak memiliki ketahanan tubuh yang mumpuni, apa ya gak malah jadi merasa bersalah kalo terjadi sesuatu.. ?
Tapi semoga kita semua tetap sehat selalu.. amin.
Semoga wabah ini segera berlalu.
Aku yakin sih Mas, kalau kawan-kawan ini semua sebaik Mas Agus ga ngototan kaya mas Jaey insyaallah pertambahan ga significant karena itu pun disebabkan penelusuran dari yangs udah terjangkit. Jadi tim medis bisa fokus pada yang sakit.
Bismillah ini segera berlalu.
Kalo gk jadi ke pengajian, gimana kalo kita kerumah si korona saja mas, ajak jg ust satrio 😆😆
Berharap wabah ini cepet hilang. Moga2 skr ini jd pengingat juga buat semua supaya bisa LBH menjaga kebersihan dan sering cuci tangan
By the way, belakangan ini orang-orang sepertinya sudah mulai agak sadar akan bahaya Corona, karena banyak yang lebih memilih stay di rumah, meski yang harus kerja tetap kerja, tapi saya lihat dari banyak berita, tempat-tempat mulai sepi dan orang-orang memilih di rumah. Semoga Corona segera hilang ya mas :>
Ya aku berdoa juga semoga wabahnya cepat teratasi. Jadi budaya cium tangan bisa kembali dilakukan seperti biasanyaa..ga perlu dilarang lagii huhuhu
Ustad Satria keren yah, blogger sekaligus penceramah
ehh tapi kapan hari di kotaku ada yang "nekat" ngadain pengajian gede-gedean, biasa ulama gede kayaknya, jadi ya cuss lanjut terus.