Misteri televisi yang hidup sendiri
Daftar Isi
Sore itu Heni sedang duduk santai di kamar kost ketika teman kuliahnya Astri datang. Ia tampak tergesa-gesa seakan ada sesuatu yang sangat penting. Dan ternyata memang benar, ia datang karena ada perlu yaitu minta tolong agar Heni bisa menyelesaikan masalah gaib yang menimpa rumah bibinya.
Jadi bibinya yang bernama Reyne sekitar tiga bulan lalu bisa membeli rumah. Sebuah rumah yang cukup besar dijual oleh pemiliknya dengan harga murah. Kebetulan bibi Astri yang bernama Reyne ingin memiliki rumah sendiri, agar tidak numpang di rumah mertuanya terus. Setelah melihat rumah tersebut, ia merasa cocok, apalagi harganya sangat murah dibawah harga pasaran. Walaupun beberapa tetangga di sebelah rumah tersebut agak mewanti-wanti agar ia berpikir karena itu rumah tusuk sate, tapi Reyne tetap memaksa suaminya untuk membelinya. Apa sih enaknya serumah terus dengan mertua.
Setelah mengumpulkan semua uang tabungannya, akhirnya Reyne jadi juga membelinya. Suaminya lantas mengadakan syukuran dengan mengundang kyai agar rumahnya aman. Bulan pertama sih aman-aman saja, bulan kedua mulai ada gangguan. Anak pertamanya yang kecil kadang ngomong sendiri kalo bermain di halaman belakang, tapi Reyne tidak terlalu menghiraukan. Wajar kan kalo anak kecil suka berkhayal, pikirnya.
Tapi ia mulai kena juga. Jadi ceritanya sore itu Reyne menutup jendela kamarnya. Tiba-tiba jendela yang sudah ditutupnya itu membuka kembali. Tentu saja ia terkejut. Ia menutupnya kembali, tapi sehabis dari dapur, dilihatnya jendelanya sudah membuka lagi.
"Serem pokoknya." Begitu Astri berkomentar dengan bergidik.
"Mungkin ada tetangga iseng kali." Sahut Heni.
"Ngga bakal, tetangga sekitar tanteku semuanya juga tahu kalo rumah itu kadang begitu, makanya jarang tetangga yang main. Aku bahkan ikut dikerjain." Seru Astri dengan wajah pucat.
"Oh ya, lihat ada pocong di rumahnya?"
"Ih bukan, kalo aku lihat pocong udah pasti pingsanlah." Sergahnya. " Jadi ceritanya aku main ke rumah bibi gitu, biasa kangen karena aku dan bibi agak dekat. Aku lalu nyetel tivi gitu mau lihat berita. Bibi sama anaknya lalu keluar beli kue buatku ke toko padahal sudah kucegah, ngga enak gitu. Nah, aku lalu kebelakang buat lihat-lihat rumah barunya itu, tapi sebelumnya aku matikan dulu televisinya. Saat aku masuk kembali, aku lihat tivi tersebut sudah menyala lagi, padahal aku yakin sudah matikan. Bibi juga ngga ada, seremkan."
"Lalu, apa hubungannya denganku?" Tanya Heni biarpun ia sudah tahu pasti apa maksud temannya itu.
"Ya, kamu kan anak indigo dan bisa melihat makhluk halus gitu. Siapa tahu kamu tahu solusinya, dijampe-jampe atau gimana gitu." Jawab Astri sambil tersenyum.
Asem batin Heni, ia disamakan dengan dukun.
Heni sebenarnya malas, pertama ia masih ada mata pelajaran kuliah yang harus ia kerjakan. Kedua, ia sungkan berurusan dengan kayak gitu. Tapi temannya memaksa juga. Nanti aku bantuin soal kuliah, sambungnya. Ia memohon karena bibi dan pamannya itu mulai bertengkar, pamannya agak marah karena bibinya itu tetap memaksa membeli rumah tersebut padahal sudah diberi tahu kalo rumahnya tidak beres.
Akhirnya hari itu juga ia dan Astri menuju rumah bibinya dan sampai sehabis Maghrib. Reyne menyambut hangat. Pamannya sendiri tidak kelihatan karena ada pekerjaan di luar kota. Begitu masuk kedalam rumah, Heni memang sudah merasa hawa dingin yang tidak enak. Setelah melihat-lihat sebentar, ia lalu berbisik pada Astri.
"Tri, tolong sediakan nasi putih, ayam goreng, telor rebus, dan air putih. Kalo ada sih minyak wangi juga."
"Oh, itu sajen yang diminta oleh penunggunya ya?"
"Bukan, aku lapar dari siang belum makan. Kebetulan pula minyak wangi di kost kan juga sudah habis." Jawabnya sambil nyengir.
Oalah, Astri langsung menepuk jidatnya sendiri.
Saat Heni sedang asyik makan itulah, tiba-tiba keluar sepeda roda tiga dari gudang. Sepeda itu berjalan sendiri tanpa ada penunggangnya mengitari mereka bertiga yang membuat Astri dan bibinya ketakutan. Seakan itu belum cukup, televisi di ruang tamu tiba-tiba ikut menyala. Heni hanya geleng-geleng kepala karena ia melihat pocong dan beberapa makhluk halus berkulit hitam legam tampak berjoget mengikuti lagu lagi syantik yang tayang di tivi tersebut. Setan ternyata gaul juga. Belum cukup heboh, jendela kamar ikut terbuka sendiri sehingga angin malam yang dingin menerobos masuk.
"Bagaimana ini hen?" Tanya Astri ketakutan sambil memegang tangan Heni.
"Iya, bagaimana ini Mbah?" Tuan rumah ikut berbicara. Heni hampir keselek makannya, masa ia masih syantik begini dibilang Mbah, baru 19 tahun ye.
"Itu kalo sepedanya di taruh lagi digudang, maka sering keluar sendiri ya mbak Rey?"
"Iya betul." Sahut Reyne." Kalo ditaruh di gudang pasti keluar sendiri."
Baca Juga: loading
Heni langsung berdiri lalu memegang sepeda tersebut. Ia lalu membawanya kembali ke gudang. Astri dan Reyne melihat mulutnya tampak komat kamit entah membaca apa. Agak lama kemudian ia baru keluar."Ini cuma iseng saja kok mbak Rey. Mbak mau tahu tidak?"
Reyne mengangguk.
"Ia cuma anak lelaki kecil." Heni menjelaskan sambil duduk." Dulu anak itu aku lihat korban kecelakaan di depan rumah ini, tapi ia tidak sadar kalo ia sudah meninggal. Jadi ia masih bermain saja di rumah ini, main sepeda, nonton tv dan kadang gelantungan di jendela. Mungkin dulu waktu masih hidup anaknya aktif."
"Terus bagaimana ini Mbah?"
Heni hampir menangis karena lagi-lagi ia dipanggil Mbah, tapi ia tahan juga." Sudah tidak apa-apa. Tadi aku beritahu dia, dan dia berjanji ini katanya hari terakhir ia bermain disini."
Syukurlah, tuan rumah bernafas lega. Heni sendiri lalu mengusir pocong dan genderuwo yang tadi joget-joget ngga jelas, cuma ia tidak memberi tahu Astri ataupun Reyne, takut mereka merinding.
Heni sendiri menolak ketika tuan rumah hendak memberinya uang. Ia lebih memilih minyak wangi yang ada dikamar tuan rumah. Reyne hanya tersenyum saja padahal dalam hati ia cemberut karena harga minyak wangi itu lebih mahal daripada uang di amplop yang hendak ia beri.
Heni dan Astri lalu pamit pulang. Saat ia hendak meminta Astri untuk membantu tugas kuliahnya tiba-tiba hapenya berbunyi. Ternyata ibu Astri menelpon dan meminta agar ia pulang sebentar, kangen katanya.
Maaf ya, nanti kalo aku pulang dari rumahku pasti aku bantuin kamu, begitu Astri berkata. Heni hanya mengangguk saja. Astri lalu naik angkutan kota tanpa ia sadari kalo sesuatu mengikutinya.
Dua hari kemudian Astri menelpon.
"Aduh gawat Heni."
"Ada apa, memang apa yang gawat."
"Sekarang tivi dirumah ibuku sering menyala sendiri."
Oalah.
TAMAT
Tri, tolong sediakan nasi putih, ayam goreng, telor rebus, dan air putih. Kalo ada sih minyak wangi juga."
"Oh, itu sajen yang diminta oleh penunggunya ya?"
"Bukan, aku lapar dari siang belum makan. Kebetulan pula minyak wangi di kost kan juga sudah habis." Jawabnya sambil nyengir.
Wkwkwkk.. jadi ngga konsen baca lanjutannya.. sorry ya.. wkwkwk
Wah? Mas Agus makin kreatif nih, bisa - bisanya bikin cerpen horor + humoris . Bikin gini berapa hari? Btw? Udha kok tumben sekarang tak pernah BW ke sohibnya Baik itu mas Hino, om Agus, dan lainnya kecuali saya.
Kalo aku ada disitu, ban sepedanya langsung kulemparin permen karet biar brenti 😅
Mbah *eh* Mbak Heni ini indigo ya. Kok bisa lihat makhluk-makhluk tak terlihat. Sepertinya bakat nih, jadi dukun. Lumayan, bisa menghasilkan uang. Tapi kalau dibayar pakai parfum mahal oke juga tuh. Ah, bisa aja tokoh Mbak Heni ini, bisa-bisanya tau mana parfum mahal, mana parfum ecek-ecek. Apa dikasih tau hantunya mungkin. Hehehe.🤭
Mbah eh Mbak Heni pinter. Mintanya parfum yang lebih mahal daripada amplop. Ada2 aja ceritanya Mas. Saya sampai nggak kepikiran ama jalan ceritanya lho, hehehe.
Ini si Mbak Rey, kaya ibu-ibu yang kurang ndengerin pendapat suami sepertinya. Udah dibilangin jangan dibeli, nekad dibeli aja itu rumah. *geleng-geleng kepala*
Saya jadi ingat, bulan Februari lalu, salah satu tamu saya ada yang kesurupan di salah satu villa saya huhu pas kebetulan dia adalah tamu-tamu terakhir sebelum villanya saya tutup karena mau dijual. Itu pertama kalinya ada tamu kesurupan di villa mas, sampai saya nggak berani buka video-video yang dikirimkan oleh staff yang urus villa :\ usut punya usut ternyata karena penunggu-nya marah, entah marah karena apa saya juga nggak paham. Dan tamu saya baru bisa sembuh setelah memanggil semacam ahli yang bisa urus begituan (pak mangku dan ibu Bali).
Kalau ingat itu saya jadi bergidik, ini mengetiknya juga merinding hahaha. Soalnya kejadian pagi-pagi sekitar jam 6, dan saya baru bangun waktu dikasih kabar. Jadi kebayang dong shock-nya saya sampai loncat dari kasur, mas :)))
Kalo tv nya masih hidup nyala lagi coba2 telpon kang Erbete beliau ahli servis 😆😆
Pokoknya yang kocak tuh karakternya mbak heni dan bibi reyne, udah deh mules bacane akutuh, kebayang pas senyum kecutnya juga tu parfum diembat heni. Pinter amat batinku ngarah yang branded branded....
Eh, ini jadi kayak semacam sekuel gitu klo dibikin film, yang tokohnya heni itu berarti kebagiannya yang khusus horror hahahhaha...
Tp punya rumah berhantu gini memang serem sih. Untungnya rumah2 yg prnh aku tinggalin g ada yg aneh2. Pernah diganggu Ama makhluk halus justru di kantor :p. Tiap pagi kan aku hrs cek server kantor utk memastikan cctv selalu aktif. Pernah wkt itu kayak ada yg bisik di telinga, lgs merinding trus kabur :p.
Pernah jg pas LG meriksa, trus dr kamar mndinya, ada suara keran air LG nyala. Padahal lantai itu udh kosong, Krn cm ada server. Kaget aja bak mandi di toiletnya tetiba penuh :p. Banyak pokoknya kejadian aneh2 kalo kantor .
Lha, itu yang di sepeda roda tiga Shinchan, bukan, Mas Agus? :D
Btw, Mas Agus saya tag buat blog award di blog saya, Mas. Tadi pagi ditag award itu sama kawan, terus pas diminta menominasikan penerima berikutnya, blog sarilahmwb langsung kepikiran. Buat senang-senang saja, sih, Mas Agus. Juga sebagai ungkapan terima kasih sudah sering mampir ke blog jejaka petualang. :D Tapi santai saja, lho, Mas Agus. Nggak perlu dikerjain juga. Hehehe.
Akhirnya yang akhir-akhirnya nggak berani saya baca, tapi kepo juga dong, ceritain di sini dong *loh :D
Btw, sejujurnya saya itu amat sangat menolak percaya hal-hal yang nggak masuk akal, kayak tusuk sate itu.
Tapi, kakak saya punya rumah yang lokasinya tusuk sate juga, itu nggak sengaja terbentuk tusuk sate, karena dia beli rumah itu pas awal banget, nggak tahunya di depan rumahnya jadi jalan memanjang gitu.
Dan entah kenapa, dia jadi sering berantem sama suaminya, suami dan dia juga sering banget sakit, sakitnya pun aneh-aneh, yang dokterpun nggak bisa jelasin diagnosanya, dulu malah kami pikir lupus, tapi kayaknya bukan.
Akhirnya saya kan liat rumah orang China selalu dikasih kaca, saya suruh dia pasang kaca, sejak saat itu semua yang lewat di depan rumahnya kesal.
SOALNYA SILAU BOOOKK hahahahahahahahahahah.
Etapi serius, entah karena sekarang pintu rumahnya diubah menyamping, jadinya lebih sehat deh, udah jarang sakit :D
btw, itu pocong sama genduruwo jaman sekarang suka nya joget-joget yaa? gak tik tokan sekalian? wekekek..
Duh, mas agus mah paling jag deh kalo bikin cerita horor..
besok kalo mampir kesini kudu sambil nyemilin popcorn ah.. biar terasa di bioskop.. wekekek
Jadi, maap kak saya langsung scroll ke bawah baca komenan. Eh emang horor ternyata ceritanya. Tadi saya skip duluan pas baca 'pocong'. Pas baca judul aja udah saya tebak "Jangan-jangan ini cerita horor", eh emang iya yahh. Duh ini saya bacanya malam hari, maaf ya mas nggak berani. Ciyuss nih🙈
Eh, mbak Rey umurnya 19 jalan berapa tahun? :D
Oalah tv yg nyala sendirinya benda tempat sekalinya
Hahaha...
Tapi, ini menarik sih. Pasti lucu kalau dijadikan film pendek dengan visualisasi yang pas.
Aduh, moga2 ada anak perfilman mampir sini deh.
Mas saya serius baca dari atas, jujur saya penasaran... tetapi sampai di bagian ini,
"Tri, tolong sediakan nasi putih, ayam goreng, telor rebus, dan air putih. Kalo ada sih minyak wangi juga."
"Oh, itu sajen yang diminta oleh penunggunya ya?"
"Bukan, aku lapar dari siang belum makan. Kebetulan pula minyak wangi di kost kan juga sudah habis." Jawabnya sambil nyengir.
Oalah, Astri langsung menepuk jidatnya sendiri.
selanjutnya saya uda baca siksak... mas mau naya, gaya tulisan seperti ini terinspirasi dari mana?
Menurut saya orang yang menulis dengan gaya ini adalah mereka yang imajinasinya tinggi bangat?
Boleh dong dishere tipsnya...heheh kepo dikit ya kwk
Berarti astralpun kenal teknologi
:D
emang kalo baca blognya mas agus ini jangan malem deh hahaha
kayaknya hampir di tiap rumah ada ''penunggunya', dibawa positif thingking dan berdoa aja
Bagian poci sama genderewo ngga diceritain kisah meninggalnya.. mungkin mereka meninggal gara2 terlalu asoy berjoget .. hahaha..
Belum ada artikel baru ini? Ya dah, balik dulu dah? Tar kalau sudah ada artikel baru aku.baluk lagi. 👌
Saya ngakak pas baca heni minta makan, kirain buat demitnya ternyata dimakan sendiri. Dipanggil mbah lagi, trus minta bayarannya parfum yang harganya mahal😂😂😂bisa ae mas agus bikin ngakak anak orang