Misteri uang kontrakan Herman
Daftar Isi
Dari 15 kontrakan yang ada, semuanya selalu terisi penuh. Maklum, harga sewanya yang cuma 300 ribu sebulan jelas murah sekali karena ditempat lain rata-rata 400 ribu bahkan ada yang 500 ribu.
Ibu Heni sendiri sebenarnya awalnya hanya menerima karyawan saja karena menganggap mereka selalu punya uang, soalnya tiap bulan kan gajian. Tapi sejak ada perumahan baru di desa sebelah maka ia menerima siapa saja yang mau kost, tentu dengan syarat mematuhi peraturan di tempat tersebut.
Salah satunya adalah Herman. Ia sebenarnya adalah seorang supir truk yang biasa mengantar barang milik perusahaan tempatnya bekerja. Tapi sejak ada wabah covid 19 ia dikeluarkan pabrik tempatnya bekerja dengan alasan efesiensi. Karena Herman hanyalah karyawan lepas maka ia tidak mendapatkan pesangon sama sekali.
Selepas dari pabrik, Herman lalu bekerja apa saja yang penting menghasilkan uang. Pertama ia ikut kuli bangunan, kebetulan di sebelah tempatnya ngontrak sedang ada renovasi rumah. Sayangnya ia hanya bekerja dua Minggu saja karena renovasi dihentikan karena yang empunya rumah tak ada duit.
Agar tidak menganggur maka ia lalu menjadi tukang ojek. Awalnya ada beberapa karyawan yang jadi langganan tukang ojeknya, tapi sejak bulan lalu tidak ada karena mereka mengambil kredit motor. Herman akhirnya jadi tukang ojek pengkolan yang penghasilannya tidak menentu karena rata-rata daerah sini orang pada punya motor sendiri, yang punya mobil juga cukup banyak. Belum lagi gempuran dari tukang ojek online.
Bu Heni sebagai induk semang tentu saja selalu memperhatikan semua yang ngekos di tempatnya termasuk Herman.
Ia selalu heran dengan Herman. Dulu waktu Herman masih bekerja ia kadang malah nunggak beberapa hari atau seminggu, tapi sejak jadi tukang ojek kok malah selalu bayar tepat waktu. Padahal ia kadang perhatian tidak terlalu banyak membawa penumpang. Maklum, pangkalan ojeknya ada di sebelah rumahnya yang jadi satu dengan kost sehingga bisa dilihatnya.
Muka pas pasan, kerja hanya kadang-kadang, makan di warung juga kadang ngutang tapi herannya kok uang kontrakan selalu dibayar bahkan kadang sebelum waktunya. Padahal Satria, yang kerjanya di kantor sebagai staf saja pernah nunggak selama dua bulan.
Sebagai ibu kost siaga maka Bu Heni tidak mau kalau salah satu orang yang mengontrak rumah ternyata melakukan kegiatan ilegal. Maka mulai saat itu ia lalu memata-matai Herman. Tidak terlalu sulit mengintainya karena bukan hanya wajahnya saja yang datar, hidupnya juga demikian.
Sudah dua Minggu ini ia perhatikan tapi tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan pada Herman. Ia masih kerja seperti biasa di pangkalan, kadang bahkan seringnya main hape. Tidak terlihat seperti orang yang banyak kesibukan. Di kontrakannya juga tidak ada sesuatu yang mencurigakan, misalnya barang terlarang dan semacamnya, paling hanya beberapa bajunya saja yang sudah kusut.
Bu Heni sendiri hampir menyerah sampai suatu ketika sehabis Maghrib ia didatangi oleh Herman saat ia sedang santai santai di teras rumah sambil memperhatikan penghuni kos. Ia datang karena ingin membayar uang kontrakan.
"Sehat sehat nak Herman." Sapa Bu Heni ramah.
"Alhamdulillah sehat Bu. Aku datang ke ibu mau bayar kontrakan selama tiga bulan." Jawab Herman sambil mengangsurkan uang.
Bu Heni tentu saja hampir tidak percaya. Ia menghitung dan memang benar jumlahnya sebanyak 900 ribu. Padahal biasanya ia hanya bayar satu bulan kok ini tiga bulan.
Merasa mendapat kesempatan, Bu Heni lalu langsung mengajukan pertanyaan. " Nak Herman, ibu ingin tahu kok bisa punya banyak duit. Padahal aku lihat ngojek tidak terlalu ramai."
Herman agak kaget juga tapi ia menjawab juga." Anu Bu, aku dapat uang dari internet. Jadi di pangkalan ojek aku membuat konten video lalu di upload ke YouTube. Nah, jika ada yang menonton videoku itu nanti aku dapat bayaran."
Walaupun Bu Heni tidak terlalu tahu tentang hal seperti itu, tapi anaknya yang sedang kuliah pernah cerita tentang cara mendapatkan uang dari internet jadi ia percaya saja. Ia malah jadi malu sendiri karena sudah mencurigai nya." Wah nak Herman ternyata kreatif ya. Makasih banyak ya atas uangnya."
Herman pun segera berlalu. Ia lalu rebahan di kamar kontrakan sambil senyum-senyum kecil karena berhasil mengibuli ibu kostnya. Jangankan buat konten lalu upload ke YouTube, untuk nonton YouTube saja ia harus ngirit karena kuota terbatas atau numpang WiFi tetangga sebelah. Lagipula ia tidak punya banyak video maupun subscriber untuk monetasi kontennya.
* * *
Malam itu Bu Heni lalu bercerita pada Agus suaminya.
"Herman ternyata banyak duit pah. Ia tadi habis Maghrib bayar uang kontrakan, mana langsung tiga bulan lagi secara penuh."
Agus yang sedang main hape jadi heran. "Herman, yang suka ngojek itu Bu. Masa sih?"
"Betul pak. Yang ngontrak disini dan namanya Herman ya dia saja."
"Dapat duit dari mana ia langsung bayar tiga bulan. Katanya ngojek sepi. Apa mungkin ia Nemu duit sekoper di jalan?"
"Ya ngga lah pah. Ternyata Herman itu dapat duit dari YouTube katanya."
Oh, hanya itu komentar Agus sambil tetap main hape. Ia lalu menambahkan. "Jangan lupa simpan uangnya yang benar ya mah, akhir akhir ini kan banyak tuyul disini."
Perkataan suaminya itu membuat Heni tersentak karena ia baru ingat kalo memang uang kos kosan miliknya sering hilang terutama sudah sekitar empat bulan ini.
Tengah malam Agus terbangun. Ia bangun pelan pelan lalu berjalan perlahan menuju lemari pakaian tempat istrinya menyimpan duit. Ia buka pelan-pelan lemari itu lalu mengambil semua uang dari amplop yang berisi uang kontrakan Herman.
Dengan pelan pelan pula ia lalu menuju kamar mandi sambil pura pura memegangi perutnya. Setelah didalam ia lalu naik ke atas dipinggir kolam lalu menaruh uang amplop tersebut di jendela yang agak tersembunyi, tak lupa ia taruh batu agar amplopnya tidak terbang kena angin
Agus tidak langsung keluar tapi pura pura buang air dulu. Setelah waktunya dirasa cukup baru ia keluar lalu masuk kembali ke dalam kamar.
Baru ia mau tidur tiba-tiba istrinya menggumam pelan. "Dari mana sih pah, kok tengah malam keluar."
"Biasa mah sakit perut, mungkin karena makan bakso terlalu pedas tadi malam." Jawab Agus sambil mengelus perutnya.
"Makanya kalo makan ingat jangan pedas pedas pah." Heni lalu melanjutkan tidurnya.
* * *
Satu jam setelah Agus pergi dari kamar mandi, Herman lalu menuju kamar mandi. Sambil bersiul siul kecil ia lalu masuk kamar dan langsung naik ke kolam. Matanya langsung membesar ketika melihat amplop.
Ia lalu membuka amplop tersebut. Ada sembilan lembar uang berwarna merah didalamnya. Herman lalu mengambil empat lembar saja, sedangkan sisanya ia taruh kembali kedalam amplop.
Dengan senyum cerah Herman lalu keluar kamar mandi. Sudah beberapa kali memang ia selalu mendapatkan uang secara gratis di kamar mandi ini. Sambil kembali ke kamar, ia berpikir juga siapakah orang tolol itu yang menaruh uang di jendela kamar mandi.
Pagi ini cuaca tampak cerah, matahari bersinar lembut menerangi rumah kontrakan Bu Heni. Pagi ini Clara, salah satu penghuni kost Bu Heni yang bekerja sebagai SPG produk kecantikan keluar kamar sambil tersenyum kecil. Wajahnya sudah memakai bedak dan lipstik sehingga tampak cantik. Ia lalu menghampiri pak Agus yang sedang mencuci mobilnya.
"Pak Agus, saya sudah terima uangnya. Kalo bapak nanti malam mau, tinggal masuk ke kamar saja ya, tapi pastikan ibu sudah tidur ya." Katanya berbisik lalu berlalu pergi. Agus sendiri tampak acuh tak acuh tetap melanjutkan mencuci mobilnya. Setelah itu ia lalu memakai pakaian yang rapi terus berangkat kerja. Setelah sampai di tempat kerja, hapenya tiba-tiba berbunyi. Ternyata istrinya Heni yang menelpon.
" Aduh pak, uang kontrakan hilang lagi pak."
TAMAT
Sungguh patut saiaaa tiru .. xixixi 🤭
Jadi duit yg dikamar mandi itu harusnya buat si Clara ya, tapi dibajak separoh oleh bajak laut, hihi
Terus kapan waktunya bapak kostnya masuk ke kamar si Clara, tdk disebutkan, kalau disebutkan kan enak, biar Mas Himawan total dlm mencontohnya 😂😂🏃♂️🏃♂️
si Herman untung banyak, agusnya yg ngelus dada. Awas aja kl q punya suami begitu udah tak pasang cctv, wkwk
Enak banget si Herman dapat uang segar, makanya duitnya banyak mulu.
Lagiaaann, kenapa coba naruhnya sembarangan sampai si Herman bisa tahu.
Oh ya, dulu saya pernah bercita-cita pengen punya kos-kosan, ternyata serem juga ya kalau punya kos cewek, gaswaattt :D
Meski Herman dapet sisa yaa yang penting double sisa yaa...🤣🤣😋😋
Ngomongin kost jadi inget waktu kuliah ngekost suka sama anak ibu kost yang rada2 tulalit tapi montok 😋🤣🤣🤣🤣
Jadi karena tulalit gw belum bayar kost dibilang sudah oleh anak ibu kost. Karena kalau bayar kost selalu gw titip keanaknya dengan alasan buru2 banyak pelajaran di kampus.🤣🤣🤣
Lumayanlah Setahun ngekost 3 bulan gratis....uangnya bisa buat modal mejeng dan biaya kebutuhan pelajaran gw.🤣😋🤣
Hihihi
menghibur cerpennya….
bacaan pas untuk puasa.
Clara mah o'on pisan nggak curiga apa duitnya diembat sama Herman terus..
ahahahahha
-traveler paruh waktu
Alurnya menarik banget mas agus, tak terduga.. wkwk..
ternyata tuyulnya suami bu kos sendiri..
demi kencan sama SPG.. wkwk
eh, tapi berarti si SPG cuma dapet duitnya setengah dong ya? setengahnya kan udah diambil herman? :D
Wah, kayak apa itu cewek gebetannya, ada photonya kagak? :D
Sedih aku tu sama istri yang udah bersusah payah nagihin duit ke para penyewa, eh si lakinya malah maen di belakang layar. Asem T_T
bisa bisa kualat nih ntar
Ngomong-ngomong, rezekinya si Clara jadi dibagi dua sama Mas Herman, ya. Memang benar, rezeki itu bisa datang dari mana aja. Contohnya ya mas Herman itu. Sungguh menghermankan ya, mas? 😆
Nggak bener nih
kenapa murah sangat tu?
Ternyata
Herman juga untungnya gak ngambil semua duitnya, jadinya gak curiga deh tuh.