Santai saja, tidak apa-apa
Karena waktu liburan masih lama maka aku, satria, Herman yang sedang berlibur di rumah Himawan di Magelang memanfaatkan waktu yang ada untuk kembali jalan-jalan setelah sebelumnya ke candi Borobudur dan gunung andong.
"Mas, enakan habis ini jalan-jalan kemana ya?" Kataku sambil menyantap hidangan. Kami sedang makan Sop empal di sebuah warung makan dekat klenteng Hok An Kiong. Himawan merekomendasikan kesini ketika kami bertanya mengenai kuliner dan ternyata memang nauzubillah setan enaknya. Daging sapinya dimasak dengan rempah pilihan dan digodok semalaman.
"Bagaimana kalo ke Pantai Ngrumput saja."
"Pantai, memang ada pantai di Magelang?" Tanyaku kaget. Bukannya Magelang ada di dataran tinggi.
"Ya enggak mas. Pantai ngrumput adanya di daerah gunung kidul. Nanti lewat Bantul terus ke selatan ketemu pantainya. Pantai itu ada di laut selatan."
"Ada yang pakai bikini tidak mas Iwan?" Tanya Herman yang dari tadi diam saja karena kekenyangan makan sop empal. Mungkin kalo tiap hari makan begini perutnya cepat buncit.
Aku tentu saja kaget, kirain mau tanya Nyi Roro kidul malahan bikini.
"Oh ada mas. Ada yang pakai bikini." Jawabnya dengan tertawa.
"Wah, benarkah?" Tanyanya dengan mata terbelalak, mungkin tidak menyangka selain di Bali juga ada pengunjung pantai yang boleh pakai baju minim.
"Iya, ada di bikini bottom, yang pakai bikini Sandy si tupai temannya Spongebob." Katanya sambil tertawa. Kami yang mendengarnya pun ikutan tertawa.
Baca juga cerita liburan kami berempat sebelumnya:
Kami pun langsung otw menuju kesana. Seperti biasa, aku naik motor Vario karbu nya Satria sedangkan mereka berdua naik motor masing-masing. Berangkat jam 10 sampai pantai ngrumput jam 12 lewat karena terkendala macet sedikit di Bantul.
Ternyata benar pantainya bagus, cuma sayangnya agak sepi karena tidak terlalu kelihatan dari jalan raya. Tapi enak tidak terlalu berdesakan, jadi seperti pantai pribadi.
Jam 5 sore kami memutuskan cabut. Kalo berangkat satria yang bawa motor kini gantian aku yang nyetir.
"Gus, bisa cepat dikit tidak?" Kata Satria ketika melihat Herman dan Himawan sudah agak jauh. Maklum hari sudah sore dan keadaan mulai gelap walaupun baru jam 5, maklum mendung. Berbeda dengan saat berangkat yang santai, kini pulang nya kami kebut-kebutan seakan menjadi pembalap dadakan.
"Waduh, gimana kalo motor mu nanti amsiong kang."
"Eh ngece kamu ya. Ini motor sudah uji nyali dari Jakarta sampai Surabaya dulu ke rumah tanteku. Kalo cuma gunung kidul Magelang mah kecil." Ujarnya sewot. Aku hanya nyengir saja lalu segera tarik gas.
Tapi karena merasa aku kurang cepat karena masih tetap tertinggal oleh mereka berdua maka Satria lalu yang gantian nyetir. Segera saja ia menggeber motornya sekencang-kencangnya. Becak, sepeda, Dokar, sampai angkot yang sedang ngetem semua disalip nya, tak kalah dengan Valentino Rossi lah.
Sial, karena agak buru buru maka kami mengalami kecelakaan. Cerita lewat daerah dewandaru gunung kidul tiba-tiba temanku itu memperlambat laju motornya. Tentu saja aku heran.
"Kenapa kang, apa bannya bocor?" Tanyaku. Tapi kuda besi tunggangannya ini jalannya masih biasa saja, tidak goyang dangdut seperti jika ban kempes.
Ia tidak menjawab tapi malah bersiul. Aku melihat ke kiri dan melihat dua orang cewek montok naik motor. Pakaian dan celananya yang mini melambai-lambai ke arah kami berdua.
Tiba-tiba ada sebuah emak emak yang menggeber motor Honda Beat nya dengan kencang dan tanpa ba-bi-bu kasih sein langsung belok kiri hendak masuk gang secara brutal. Satria yang sedang asyik menikmati pemandangan indah tentu saja kaget. Reflek ia menarik rem dan tentu saja kami langsung jatuh karena bannya selip.
Emak emak itu hanya menatap sekilas pada kami berdua seperti kasihan karena sudah besar tapi naik motor masih jatuh lalu ngacir masuk gang tanpa rasa bersalah.
Beruntung keadaan agak sepi sehingga tidak ada yang menyaksikan nasib sial kami berdua. Sementara dua cewek yang menjadi penyebab keapesan kami entah sudah kemana. Untung kami berdua tidak mengalami luka serius, hanya lecet sedikit.
"Bagaimana kang Satria?" Tanyaku sambil melihat motornya. Kuda besi yang sebelumnya gagah perkasa ini tampak loyo menyedihkan, ada sebagian bodi yang pecah sebab menghantam aspal.
Dia tidak menjawab tapi menstarter motornya tapi tidak mau menyala. Ternyata mogok ngambek tidak mau jalan, mungkin mesinnya ada yang rusak karena jatuh cukup keras tadi.
Capek karena tidak menyala maka ia membiarkan motornya lalu duduk di sebuah batu besar pinggir jalan, sementara beberapa pengendara yang lewat hanya melihat sekilas lalu menjauh.
"Udahlah, santai saja Gus." Katanya lalu mengeluarkan sebatang rokok dan mulai membakarnya. Ia tampak menikmatinya, tidak ada kegalauan sama sekali.
Aku tentu saja geleng-geleng kepala saja melihatnya.
Tak lama kemudian dua motor menghampiri kami berdua. Oh pantesan dia nyantai. Siapa lagi yang datang kalo bukan Herman dan Himawan. Entah kenapa duo H ini baru datang, mungkin karena kami tidak nongol.
Tentu saja mereka berdua terkejut sekali melihat keadaan kami.
"Wah, bagaimana ini mas Himawan?" Tanya Herman padanya, sementara yang ditanya sedang sibuk mengengkol motor yang mogok itu tapi sampai peluhnya keluar tetap saja tidak jalan.
"Sudahlah, santai saja Herman." Jawab satria sambil menghembuskan asap rokok. Ia masih duduk saja diatas batu.
Tentu saja aku dongkol tapi juga geli. Lha, waktu sudah hampir Maghrib tapi ia masih selow saja.
Himawan memutuskan untuk membonceng kami dan menitipkan motor tersebut pada penduduk setempat tapi ditolak olehnya. Satria malah menyuruh mereka berdua untuk pulang dulu ketika aku juga menolak untuk pergi. Tak mungkin meninggalkan nya sendirian bukan.
Udah, santuy saja, begitu katanya. Tentu saja Herman dan Himawan hanya geleng-geleng kepala saja dan akhirnya pulang. Aku sebenarnya agak terkejut ketika mereka benar-benar pergi tapi apa boleh buat, toh satria sendiri yang menyuruh.
"Apa rencananya sekarang kang?"
"Ngga ada rencana Gus." Jawabnya santai.
Hah, tentu saja aku terkejut. Kukira ia punya rencana lain yang jitu sehingga menolak boncengan eh ternyata zonk.
"Santai saja Gus, tidak apa-apa, aku habiskan sebatang lagi ya, baru setelah ini kita jalan." Katanya sambil kembali duduk di batu itu. Kulihat bensin mengucur dari selang bahan bakar yang putus, pantesan ia menjauh.
Tak lama kemudian kami berdua pun jalan. Iya, benar benar jalan kaki sambil mendorong motornya sementara bensin masih mengucur setia mengikuti kami, untung dia sudah tidak merokok. Kanan kiri kami hanya kebon yang berisi pepohonan saja.
Akhirnya kami sampai juga di sebuah warung makan pinggir jalan. Setelah mengisi perut dan bertanya pada pemilik warung akhirnya kamipun mendapatkan sebuah mobil pickup untuk membawa motornya.
"Berapa mas ongkos ke Magelang?" Tanya satria pada sopirnya. Seorang lelaki paruh baya yang tampangnya mirip Broery Marantika, nyetil dan rapi dengan pakaian putihnya. Sepatunya mengkilap dalam keremangan dan hitamnya paten seperti sepatu ketua OSIS di hari senin sesaat sebelum upacara bendera. Saya yakin, sepatunya itu sudah punya kemistri yang sangat erat dengan semir Kiwi.
"500 ribu." Jawabnya.
Tentu saja aku agak terkejut. Kok mahal amat, kan paling hanya sejam perjalanan doang. Kukira satria akan menawar tapi ia setuju saja.
"Mas, aku mau manggil kawanku dulu untuk menemani ya." Ujar sang sopir lalu pergi setelah motor temanku itu diangkut ke atas mobilnya. Mobilnya sendiri sudah agak tua dengan bodi yang sudah di dempul di sana sini. Beberapa karat tampak di pojok, mungkin kadang membawa ikan laut.
"Memang kau punya uang segitu kang?" Tanyaku padanya.
"Enggak. Uangku sudah habis buat makan tadi."
Hah, tentu saja aku terkejut." Terus dengan apa membayarnya, dengan daun pisang ya."
"Santai saja Gus, nanti sampai di rumah pasti nenekku yang bayar." Katanya sambil tertawa.
Oalah, kampret tenan, pantesan santuy.
Tak lama kemudian sopir dan temannya itu datang. Temannya seorang lelaki yang berambut gondrong, memakai kaos oblong warna coklat yang sudah pudar.
Mobil langsung melaju setelah kami berdua naik di bagian belakangnya. Broery Marantika kw yang nyetir sedangkan temannya duduk santai di sebelah kiri. Kami berdua sendiri di bak bagian belakang. Beruntung bak tersebut sudah di modifikasi ada tutupnya disamping sehingga angin tidak terlalu kencang menerpa kami biarpun terpalnya banyak juga yang bolong.
Berbeda dengan pakaiannya yang rapi, sopir itu membawa kendaraan roda empat seperti kesetanan, salip kiri kanan dengan cepat sehingga kami berdua jadi terasa seperti terbang. Seorang supir truk sampai mengacungkan tinjunya sambil memaki karena mobil yang kami tumpangi hampir menyenggolnya.
Melihat kami berdua mukanya pucat karena hampir tabrakan, bapak yang berambut gondrong itu tertawa.
"Santai saja mas, ora powpow." Katanya dari depan. Suaranya terdengar jelas karena Kaca bagian tengah mobil hilang, entah rusak atau dicopot.
Kami hanya diam saja, selain tegang juga karena bau bensin yang mengucur, lantai jadi agak basah. Bahan bakar di motornya memang masih banyak karena sebelum pulang dari pantai kami isi full biar tidak usah mengisi lagi.
Sopir makin lama makin edan nyetirnya.
Titt, tiittt, bunyi klakson menjerit-jerit. Dua orang pengendara motor terpaksa minggir karena belum mau masuk rumah sakit akibat diseruduk kerbau besi yang kami tunggangi. Aku dan Satria nyengir karena ternyata kedua pengendara motor itu adalah Herman dan Himawan, duet maut penumpas kejombloan.
Memasuki daerah Wonosari-Yogyakarta horor makin terasa jalanan mulai rusak. Kami seperti jadi Rodeo dadakan karena mobil yang kami tumpangi kadang meloncat-loncat kegirangan melihat kesengsaraan kami berdua, udah gitu bau bensin makin menusuk sehingga aku terpaksa menutup hidung karena tidak tahan baunya. Ternyata lantai sudah basah kuyup dengan bahan bakar cair itu, pantesan.
Glodak, mobil oleng sedikit, sepertinya menghajar lobang di jalan sehingga aku terlontar dan kepalaku membentur tiang besi di samping.
"Santai aja mas, ora powpow..." Kata bapak berambut gondrong itu ketika melihat aku mengelus-elus kepalaku yang benjut.
Santai santai gundul mu.
Aku tentu saja ingin memaki sementara satria tertawa. Tapi tertawanya lenyap ketika ia mendengar suatu bunyi.
"Cesssskretekkretekkk.” Sumber suara itu dari bangku depan sebelah kiri.
Kami berdua berpandangan karena ternyata bapak berambut gondrong itu santai saja menyulut rokok nya. Ia bahkan malah menawari kami." Rokok mas, santai saja, ora powpow."
Kami berdua tentu saja menggeleng. Bapak itu hanya tertawa saja.
Dengan santainya pula, ia melemparkan sisa rokoknya yang masih menyala ke belakang. Tentu saja kami langsung berpandangan, mau loncat mobil sedang kencang, diam saja berarti...
TAMAT
Pesan moral dari cerita ini adalah, jangan tergoda cewek seksi saat berkendara dan hindarilah emak emak yang mengendarai motornya seperti kecoa terbang karena anda tidak tahu apa yang akan terjadi setelahnya.
Kebayang lincahnya si sopir sampai aku kebelet pengin pipis , hahaa , Ooops !.
┌(★o☆)┘
Wuiih, kalau kisah ini jadi true story one day ... Seru ya rame-rame naik motoran ke Gunkid!
Jadi gajadi ya kepantai ngerumput, berarti gajadi juga Herman lihat bikini bottom dan gakjadi ketemu spongebob 🤣 santuy aja 🤣
dan duarrrrrr
oh aku baru tau lo ada istilah kerbau besi
kukira istilah mobil itu sapi besi soalnya sapi kan biasanya buat pedati wkwk
Kalau nggak mau ganti yaa terpaksa tukar I-Phone 12 yang terbaru atau si brelury dan si kribo gondrong harus mau mangkal sama si DUO-H selama 2 tahun agar bisa nebus motor gw yang meledak..🤣🤣🤣🤣
Emak-emak kok sebuah kayak benda aja..hihihi
Jadi ngebayangin mobil yang meloncat-loncat kegirangan.. wkwkwk
Walaupun akhirnya sungguh-sungguh ngenes, miris, dan memilukan, tapi aku terhibur banget, mas. Lagi-lagi karena ulah mas-mas gondrong dan supir Broery Marantika.😜
Ngomong-ngomong ini sih cerita azab para lelaki yang suka zina mata. Makanya, kan pak ustadz sering bilang: tundukkan pandangan. Nah, kan kalau jelalatan terus ya akhirnya bisa kyk gini.😂
Motor amsiong karena kecelakaan, bensin beleberan, bayar 500k buat derek motor masih tenang.. Patut dicontoh itu..
Apapun yg terjadi pada hidup.. "Tenang aja, Ora powpow.." Hahahaha
mantul kang...
bikini bottom kali wkwkwk
Okefix, sudah tersimpan di otak, menjadi kalimat penyemangat untuk tetap santuy menghadapi problematika kehidupan haha
nyantui banget ngerokok sak'enake yo hehehe
lahh kalau rokok dibuang kebelakang trus kena bensin kan berabe, ckckck
Santai lebih selamat
Dari inginnya cepat
Tapi mata jangan jelalat
Tapi pesan moralnya dapet banget, awalnya mau kesal ama mak-mak nggak merasa berdosa itu, tapi mengingat salah sendiri matanya nggak dijaga, ya akhirnya biarlah santai wae :D
Tapi saya penasaran, sebenarnya yang salah di posisi itu siapa ya?
Yang pake baju mini? yang matanya nggak bisa dijaga, atau mamak-mamak ga tahu diri itu hahahaha
Emak2 kayak kecoa terbang ternyata adanya ga hanya di acara cctv aja ya
Huwaaa??? Dasar bapak - bapak , kalau lihat yang bening - bening pakai pakaian super terbuka pasti tak kedep - kedep . Soto empal ???? Piye rasane, aoto ngiler .
Dan ??? Selamat tahun baru ya mas Agus berkah untuk mas Agus dan keluarga baik rezeki, kesehatan, dan lain sebagainnya.
Btw, sampe ada pesan moralnya gt ya mas di bawah cerita. Sama tambahin satu lagi, dilarang buat puntung rokok sembarangan 😆
Ini sereem sih. Mnding ketemu hantu drpd kebakar idup2 :p. Satria ga kapok2 niiih, masih aja hobi liatin cewe bening hihihihi...
seru nih cerita-ceritanya Mas Agus
Broery Marantika saya belum tau persis wajah nya seperti apa. 🤔🤔🤔
Ntar searching dulu.
ᕕ( ՞ ᗜ ՞ )ᕗ
kemaren itu sebenernya mau komen kosa katanya jadi makin cihuy mas agus, bagus banyak padanan kata yang baru dan lucu lucu pas aja gitu...palagi pas bagian baca merek semir kiwi iyalah dia kan mastah cerpen mbul :D
suhu mbul akan berguru pada suhu mastah agus 😁😉
happy healthy new year
Itu juga si supir apa hidungnya kesumpelan upil, masak nggak nyium bau bensin.
Jadi inget dulu pernah naik mobil bak terbuka gitu sama temen-temen. Mobilnya udah tua dan karetan, eh karatan. Kebetulan jalan di daerah saya tuh nggak santuy, naik turun terus. Dan tiap lewat jalan naik pasti mobilnya nggak kuat, bukannya jalan maju malah mundur😂. Pada akhirnya kami semua turun karena nggak mau celaka.
Bisa cocok bgt sopir gondrong sama mas satria ya. Santai aja, ora powpow pokoknya.
Haha.. ngakak banget 🤣
Fokus utama pesan moralnya untuk para pria ini ya mas kayaknya. Wkwk
gemes banget sama Pak Broery yang selalu "santai saja mas, ora powpow :)))
emak-emak ga ada lawan emang :))))