Bisnis unik berpenghasilan besar
"Nit, kamu dipanggil pak Dahlan."
Suara Anggun temanku terdengar ketika aku sedang mengetik tulisan lewat laptop andalanku.
"Sekarang mbak Anggun?"
"Iya sekarang, masa tahun depan." Selorohnya. Ia memang teman yang agak suka bercanda.
"Wah, ada apa ya?"
"Mana aku tahu, mungkin pak Dahlan mau ngajak makan siang kamu kali. Kalo beneran ngajak makan, jangan lupa pesan satu bungkus buatku."
Aku hanya geleng-geleng kepala saja melihat candaannya. Setelah mematikan laptop aku langsung bergegas menuju kantor pak Dahlan. Beliau orang yang tidak suka mengulur waktu.
"Selamat siang pak." Kataku setelah sebelumnya mengetuk pintu.
"Masuk saja Nita." Serunya dari dalam.
Ternyata ia memanggilku tentu saja bukan untuk mentraktir makan siang tapi karena ada pekerjaan penting untukku yaitu mewawancarai seseorang.
Orang yang hendak ku interview adalah seorang dengan bisnis yang aneh menurutku. Bagaimana tidak, bisnis Satria, nama pemiliknya, adalah bisnis pocong.
"Wah untuk apa mewawancarai orang seperti itu pak?"
"Kamu inikan wartawan, harusnya tahu kalo bisnis yang unik seperti itu bisa bikin majalah kita laris. Pembaca suka sesuatu yang aneh tapi menarik, salah satunya ya bisnis pocong ini."
"Tapi kenapa musti aku pak?" Mendengar nama pocong saja aku sudah ngeri apalagi disuruh bertanya jawab dengan orang yang bergelut didalamnya. Jangan-jangan narasumber nya adalah dukun atau paranormal. Apakah ia memiliki jimat untuk memanggil pocong dan tempatnya bau menyan. Apakah tampangnya nanti seperti dukun bokir batinku.
"Satria hanya mau diwawancarai oleh kamu seorang. Sudah segera saja kesana, jika nanti majalah nya laris seperti kamu dulu melakukan interview pada novelis horor nanti akan ada bonus untukmu."
Aku terpaksa berangkat, tak baik membantah perintah bos bukan. Setelah kulihat alamatnya ternyata tidak terlalu jauh dari kota tempatku bekerja, hanya satu jam perjalanan. Akupun segera menyiapkan peralatan untuk bertugas.
Aku kaget ketika sampai di tempat nya karena rumahnya berada di sebuah kompleks perumahan yang ramai, padahal tadinya kukira di desa yang sunyi atau malah di pinggir hutan.
Rumah tempat tinggal Satria berlantai dua dengan desain kekinian, bukan seperti rumah kuno yang sering kulihat di televisi. Halamannya luas dengan sebuah garasi yang didalamnya ada dua buah mobil yaitu Fortuner keluaran terbaru berwarna putih dan juga Innova Reborn yang juga berwarna sama. Mungkinkah warna putih dipilihnya karena erat dengan bisnisnya yaitu bisnis pocong, entahlah.
Orangnya masih muda, mungkin berumur sekitar 30 tahunan dan yang terpenting ia ramah. Tak ada kesan angker atau seram padanya. Wajahnya selalu tersenyum apalagi ketika tahu aku datang.
Ia mengajakku makan siang lebih dahulu. Aku sebenarnya agak enggan tapi karena ia berkata tidak mau diwawancarai kalo aku tidak makan maka terpaksa tawarannya ku terima. Apakah pada makanannya nanti ada jampe jampe atau jangan-jangan makanan itu dibeli dari bisnis anehnya, pikirku.
Tapi pikiran itu segera hilang ketika melihat makanan lezat di depanku, kebetulan sebelum kesini aku belum makan. Ada rica rica ayam kampung, semur jengkol, dan lainnya. Kok ia tahu makanan kesukaanku sih.
Setelah acara makan selesai makan barulah aku bisa melakukan tugas. Satria bersedia dengan syarat tidak boleh menyebutkan namanya atau daerah tempatnya tinggal. Aku setuju karena itu memang hal yang wajar, tidak semua narasumber mau diekspos apalagi yang sifatnya rahasia seperti ini.
"Saya penggemar tulisan kamu di majalah misteri, tulisannya bagus, unik dan menarik. Gaya bahasamu lucu, biarpun tulisan misteri tapi ada humornya, tidak banyak wartawan yang bisa menulis seperti itu. Makanya aku hanya mau diwawancarai olehmu saja, sangat jarang wanita mau menulis hal-hal misteri. Kukira orangnya sudah berumur, eh ternyata masih muda mana ayu lagi."
Tentu saja aku jadi suprise juga, tak disangka ternyata tulisanku ada penggemarnya, juga bangga dipuji masih cantik.
Iapun mulai bercerita. "Sekitar 10 tahun lalu, di daerah sini itu ada tempat buat mangkal para PSK yang lumayan ramai. Tentu saja warga sekitar gerah karena tempat mereka dijadikan ajang maksiat. Beberapa kali warga berusaha membubarkan tempat itu tapi selalu gagal.
Penyebab kegagalannya adalah tempat itu dijaga oleh puluhan preman yang memang dapat jatah dari usaha seperti itu. Selain sebagai pelacuran, juga ada yang main judi dan minuman keras. Jika ada yang berani mengusik maka otomatis para begajul itu akan menghajar warga desa yang berani mengusiknya.
Pernah, warga desa yang gerah dengan aksi mereka lapor polisi. Memang jika yang datang aparat kepolisian para preman itu tidak berani. Tempat itupun berhasil di segel, tapi seminggu kemudian buka lagi seperti biasa. Begitu seterusnya sehingga warga jadi bingung bagaimana caranya mematikan nya.
"Nah, suatu hari teman kuliahku dulu yang bernama Herman itu datang kesini. Setelah ngobrol lama aku lalu bertanya padanya, apa dia punya cara agar tempat itu ditinggalkan. Ia bilang punya, bagaimana kalo ditakuti dengan pocong saja, karena dengan polisi mereka tidak takut." Katanya.
Satria menghentikan ceritanya sejenak lalu melanjutkan." Aku pikir ide itu boleh juga. Akhirnya aku dan beberapa temanku yang khawatir dengan efek negatif dari pelacuran itu membuat rencana. Salah satu temanku ada yang menjadi pocong sedangkan lainnya membuat kabar burung bahwa tempat itu angker. Tak disangka hanya butuh tiga kali penampakan saja tempat itu sudah ditinggalkan apalagi sejak ada pelacur yang pingsan karena melihat pocong."
"Sejak itu aku tahu, ternyata para preman pun takut dengan setan, badan doang pada gede dan tatoan, ketemu setan langsung ketakutan hahaha."
Aku tentu saja jadi ikut geli sambil mencatat keterangannya.
"Jadi bagaimana caranya hal seperti itu bisa jadi bisnis?"
Satria menghisap dulu rokoknya baru menjawab." Terjadinya tidak disengaja sih. Sebulan setelah kejadian itu, ada seorang temanku yang mengadu kalo temannya itu membeli rumah yang besar tapi sayangnya pemilik rumah yang lama tidak mau keluar, padahal temannya itu sudah memberikan uang setengahnya sebagai tanda jadi. Kalo ditagih uangnya katanya sudah habis. Tentu saja ia marah tapi bingung mau lapor polisi sebab tak enak katanya teman. Akhirnya ia minta temanku untuk mengurusnya, tentu saja ada imbalannya."
"Aku lalu membuat rencana bersama temanku itu untuk menakut-nakuti dengan pocong. Kebetulan dibelakang rumahnya lumayan banyak pohon bambu. Tak disangka rencana berjalan mulus dan aku kecipratan uang lumayan banyak. Sejak itu aku jadi tahu, kalo ternyata pocong juga bisa jadi bisnis."
Satria tertawa terkekeh, aku hanya tersenyum saja.
"Apakah ada yang tertarik dengan bisnis seperti ini selain masalah rumah?" Kataku melanjutkan wawancara.
"Oh ada, tentu saja ada. Bisnisku mulai maju sejak aku mendapatkan order profesional pertama. Jadi ceritanya ada seorang pengusaha yang hendak membuka lahan untuk dijadikan pabrik. Sebelumnya warga desa sudah sepakat dengan harga jual tanahnya tapi entah mengapa tiba-tiba mereka minta harga tinggi. Pengusaha itu tidak mau karena menurutnya kemahalan tapi jika tidak dibeli maka ia rugi karena tanah-tanah disekitarnya sudah ia beli sehingga proyeknya gagal. Aku lalu dapat tugas untuk mengurusnya, jika berhasil akan mendapatkan uang 100 juta, sedangkan kalo gagal hanya dikasih 5 juta saja sebagai uang lelah."
"Aku lalu berembug dengan beberapa orang teman karena ini adalah order yang serius. Perlu waktu dan juga strategi agar berhasil. Aku ajak Herman juga karena ia otaknya cemerlang."
"Tak disangka, hanya butuh dua minggu saja setelah desas-desus disebarkan, para warga desa yang sebelumnya menahan tanah dengan harga tinggi akhirnya bersedia menjual tanahnya dengan harga murah sesuai kesepakatan. Aku menang dan berhasil mendapatkan uang 100 juta. Hasilnya aku bagi rata dengan semuanya." Ujarnya lagi dengan tersenyum puas.
"Apakah anda tidak takut, kalo misalnya warga desa tahu itu cuma pocong bohongan lalu ia ditangkap warga dan dihajar massa?" Tanyaku ingin tahu sambil menulis lagi informasi yang dibagikan olehnya.
"Tentu saja aku dan Herman sudah merundingkan hal seperti itu dan ada rencananya penyelamatan kalo sampai terjadi hal seperti itu, keselamatan adalah yang utama. Alhamdulillah aman saja sih."
Setelah itu satria mulai serius menggarap lahan bisnisnya. Keamanan lebih ditingkatkan, tim bagian kabar burung atau desas-desus juga lebih dimatangkan sehingga tampak alami. Selain itu kadang membuat akun sosmed, bukan untuk jualan bisnisnya tapi untuk memperlancar isu agar lebih berhasil. Untuk itu ia mempekerjakan sekitar 10 orang. Selain mendapatkan gaji resmi, mereka juga dapat bonus kalo sukses bahkan bonus itu biasanya lebih besar daripada gajinya.
"Apakah keluarga mereka tahu kalo mereka dapat uang dari bisnis unik ini?"
"Tidak, kebanyakan tahunya kepala keluarga mereka kerja di toko sembako dan juga usaha konter HP yang aku jalankan. Di belakang toko itu ada sebuah gudang yang aku pakai sebagai kantor untuk mengurus operasional usaha ini. Tentu saja ada karyawan toko yang khusus menangani toko, tidak tahu sama sekali kegiatan ini." Katanya sambil menunjukkan toko sembako yang tepat di depan rumahnya yang ramai dan laris.
"Kalo boleh tahu, berapakah jumlah penghasilan anda dalam sebulan dari usaha ini? Berapa kali dapat proyek dalam sebulan?"
Satria tersenyum." Mohon maaf, aku tidak bisa menyebutkan nominalnya, tapi lumayan lah setidaknya bisa untuk beli mobil Pajero. Untuk order, saat ini aku hanya membatasi 3 atau 4 kali saja dalam sebulan karena ini butuh ketelitian yang tinggi sehingga tidak boleh gagal. Lebih baik sedikit tapi sukses dari pada banyak tapi sering gagal. Karena berhasil itulah banyak orang yang sabar menunggu pengerjaan dari kami. Ini sudah ada sekitar 20an order yang masuk, jadi dalam setengah tahun tidak akan menganggur."
Tentu saja aku makin terbelalak karena tahu berapa harga mobil yang disebutkannya. Dilihat dari jam tangan rolex submariner date di lengannya jelas ia tidak bohong karena harga perhiasan tangannya itu bisa untuk membeli mobil baru.
"Apakah anda pernah mengalami hal tak mengenakkan dari bisnis pocong ini?
"Tentu saja dong. Bukan bisnis namanya kalo selalu berhasil terus. Beberapa klien ada yang tidak membayar, ada juga yang membayar uang mukanya saja lalu menghilang tidak melunasi kekurangannya."
Aku hanya mengangguk angguk saja sambil kembali mencatat.
"Tapi yang paling fatal, pernah anggotaku yang menyamar sebagai pocong ditangkap warga dan hampir dibakar massa. Beruntung aku dan Herman datang lalu bilang pada masyarakat yang marah kalo itu hanyalah sebuah hiburan atau prank, untuk konten YouTube sambil menunjukkan kartu identitas seorang vlogger yang biasa membuat konten misteri. Akhirnya temanku itu dilepaskan bahkan ada yang minta maaf. Tapi kasihan, mukanya sudah bonyok karena dipukuli orang orang."
Entah aku harus bersikap apa, apakah harus kasihan atau geli mendengarnya.
Satria lalu melihat jamnya." Maaf aku harus segera masuk ke dalam kantor lagi karena harus segera mengerjakan proyek."
Aku tentu saja tertarik untuk ikut melihat seperti apa kantor operasional bisnis hantunya itu." Apakah aku boleh melihat juga kantornya?"
Ia tertawa." Tentu saja tidak boleh Nita, tapi kalo kamu mau melihat boleh saja dengan syarat bergabung dengan kami."
Tentu saja aku terkejut.
"Aku lagi butuh orang untuk menulis cerita agar desas-desus nya bagus. Memang ada Herman tapi tidak mungkin semua dikerjakan olehnya. Aku suka baca tulisan kamu di majalah misteri, aku yakin kamu bisa membuat skenario yang lebih bagus daripada dia."
Tentu saja aku makin terkejut mendengarnya, soalnya tidak menyangka ditawari untuk bergabung.
"Tenang saja, gajimu akan aku bayar tiga kali lipat dari pada yang kau peroleh dari majalah pak Dahlan dan tentunya ada bonus besar."
Hatiku makin bimbang mendengarnya.
Melihat sikapku, tuan rumah tertawa." Tak perlu langsung mengiyakan. Kalo memang tertarik silahkan hubungi aku ya." Ujarnya sambil menyodorkan sebuah kartu nama.
Aku menerima kartu itu dengan tersenyum.
"Mbul, kenapa kamu senyum-senyum saja?" Kata temanku. Aku tentu saja terkejut, tak ada kartu nama di tangan. Ah, ternyata aku sedang melamun bekerja sebagai wartawan saat nongkrong di kafe. Tentu saja wawancara itu adalah fiktif belaka, mungkin karena semalam habis nonton film tentang pocong.
TAMAT
Btw pasti gambarnya cuma pemanis kan..hihihi
menarik
Bisaaa aja pake bisnis pocong, mbok ya bisnis Tuyul, biar banyak duit hahahahaha
tapi lumayan menggiurkan ya itu bisnis pocong jadi jadian
klo gagal masih dapat 5 jeti
kan lumayan juga
tapi pinter juga kalo ketauan bisa bisa aja idenya jadi prank vlog
Eeh ternyata hanya lamunan semataaa.. hahahaha..
yang ga disangka adalah Satria yang jadi pebisnis nya, bukan Pak Agus hmm
Keren Mas cerpennya 👍😁
Tapi bisnisnya menarik sih, apalagi hasilnya menggiurkan. 🤣
Masak sama pocong takut
Ya namanya melamun, jadi sah-sah saja
Masuk akal sih kalo untuk hal mistis di Indonesia, tapi lihat-lihat juga daerah nya kalo mau jalankan bisnis ini, takut nya daerah yang penuh dengan orang-orang yang pada kuat iman malah mereka berburu hantu kan bisa berabeh. 🤣🤣🤣
Kirain beneran loh sekali kerja bisa dapetin pajero ..., padahal aku dah ada niatan gabung 😂
bisnis pocong identik sama warung makan nih hehe
Selain itu, aku jg masih ingat. Di majalah itu, jg ada iklan PDI-P. Ada foto bu Megawati di majalah misteri hahahahaa
Tp yg paling menarik itu idenya boleh jg ya buka bisnis pocong profesional yg memanfaatkan teknologi..
aku ga ngeh kalau nama cantik di awal paragraf ternyata nama panjangnya gembulnita
oalahh mba nit mba nit, kayaknya perlu nonton drakor heits biar nggak blank ya :D
Tapi om om pocong yang asli kasian deh. Lompat-lompat kesana kemari ngga dapet apa-apa, eh ini malah manusia kampret niru2in si pocong malah bisa beli pajero 😁
Ngomong-ngomong kok bisa kepikiraaaan gitu lho, mas, bikin cerpen bisnis pocong gini 🙈. Awal-awal aku agak was-was bacanya, lha dalah ternyata cuma pocong-pocongan. Enak-enak ngelanjutin baca, ternyata ceritanya hanya khayalan Mbak Nita saja. Wah, aku di-prank berkali-kali ini sama yang bikin cerpen.😂
Bisaaaa ae memang mas Agus ini. Paling pinteeeer bikin cerita ga ketebak akhir :p.
Bisnis pocong-pocongan omzet nya besar ya?.boleh juga tuch untuk nakutin-nakutin atau mengusir membuyarkan tempat maksiat..Ada-ada aja ceritanya mas Agus..hehehe
saya sekarang buat bisnis netcommerce
Temukan Yoi di Play Store