Dihadang makhluk halus saat berlibur
Hari masih sore ketika aku dan tiga temanku yaitu Satria, Himawan dan Herman turun dari candi Borobudur. Kami memang sedang rekreasi ke bangunan yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu untuk mengisi waktu liburan sebelum kembali pusing karena tugas kuliah.
"Mas Iwan, tempat rekreasi mana lagi nih yang seru?" Tanyaku pada Himawan. Ia memang orang lokal di kota ini sehingga tahu tempat yang asyik untuk mengisi liburan. Kan tidak seru kalo cuma dirumahnya saja.
"Bagaimana kalo ke gunung andong?"
"Gunung andong, dimana itu?" Tanya Herman antusias. Walaupun ia sering ke candi Borobudur tapi belum pernah kesana, bahkan tahu namanya juga baru kali ini.
"Ada di ngablak sebelah sana mas." Kata Himawan sambil menunjuk suatu arah.
"Ogah ah kalo ke gunung, capek naiknya." Kataku. Aku memang paling malas kalo baik gunung karena capek, padahal tiap hari di Jakarta juga lewat gunung sih, gunung Sahari.
"Tenang mas, gunung andong tidak terlalu tinggi kok. Dijamin tidak terlalu capek seperti naik gunung Merbabu apalagi gunung Himalaya. Pemandangan alamnya juga bagus apalagi pas matahari terbit." Jawabnya sambil mengacungkan jempol.
Akhirnya disepakati bahwa habis isya nanti kita akan kesana dengan naik sepeda motor. Karena untuk melihat sunrise itu harus malam kalo kesana. Aku naik motor dengan Satria, sedangkan Herman dan Himawan naik motor masing-masing.
Di dusun sawit kami berempat berhenti dulu untuk mendaftar pendakian sekaligus menanyakan lokasi, maklum Himawan sudah agak lama tidak kesana sehingga agak lupa.
"Pak, ini benar jalannya ke dewandaru ya?" Tanyanya. Dewandaru adalah pos kedua pendakian setelah dusun sawit.
"Iya bener, lurus saja."
Aku lalu iseng bertanya." Ramai tidak pak jalannya?"
Aku bertanya karena kebetulan tempat itu kok sepi sekali, mungkin karena sudah malam. Entah kenapa aku jadi agak ngeri kalo malam, teringat dengan pengalaman di rumah neneknya Satria.
"Kalo ramai ya tidak, tapi nanti akan ketemu satu dua orang."
"Aman tidak pak?"
"Aman, nanti berpapasan sama orang yang melintas. Banyak juga kok yang suka datang malam hari seperti ini."
Jawaban itu tentu saja bikin tenang. Akhirnya setelah bertanya beberapa hal lagi rombongan kamipun hendak kembali melanjutkan perjalanan. Saat itu tiba-tiba datang dua sepeda motor lagi. Seorang lelaki muda dan dua orang gadis cantik datang. Melihat mukanya aku menebak kalo mereka seumuran denganku, mungkin masih kuliah juga.
Ternyata tujuan mereka juga sama yaitu hendak mendaki gunung andong juga. Mereka bertiga mengaku dari Semarang dan karena masih pemula maka mereka memilih gunung tersebut yang ramah untuk pendaki pemula sepertiku. Namanya kalo tidak salah Yanto, Jojo dan Sinta. Hmmm, kalo Yanto tidak ikut aku sangka mereka berdua itu duo keong racun karena tidak kalah manis.
Akhirnya setelah berunding diputuskan kalo mereka bergabung dengan kami. Jadilah kami bertujuh naik lima motor beriringan ke puncak.
Ternyata agak seram juga malam hari naik ke gunung soalnya gelap tidak ada penerangan selain lampu motor, dikiri kanan hanya ada pohon Pinus, kami hanya menjumpai satu dua rumah penduduk desa saat lewat tapi tidak menemui mereka diluar rumahnya. Beruntung jalan mulus dan sudah diaspal sehingga perjalanan lancar saja.
Himawan tampak paling depan karena ia sudah pernah kesini biarpun lama, setidaknya lebih berpengalaman sedangkan aku dan Satria paling belakang karena memang aku membawa motor tidak terlalu kencang. Maklum, kulihat dari lampu motor kiri kanan jalan itu berupa dataran yang lebih rendah bahkan mungkin jurang, belum lagi jalannya berbelok belok. Bisa gawat kalo kebablasan.
"Ada apa kang Satria?" Tanyaku ketika kulihat ia melambatkan laju motornya dan menepi. Namun pertanyaan itu tidak ia jawab karena aku sendiri tahu jawabannya.
Kulihat rombongan di depan berhenti. Ternyata motor yang ditumpangi Jojo dan Sinta itu rantainya putus. Kami pun bingung, tak mungkin meninggalkan dua gadis manis itu ditengah jalan, bisa bisa ada kucing garong datang dan digondol kan berabe. Soalnya kiri kanan hanya ada pohon Pinus dan lainnya.
"Seingatku ada rumah penduduk tidak jauh dari sini, bagaimana kalo aku kesana dulu melihatnya." Kata Himawan.
Kami berenam setuju. Ia lalu pergi dan tak lama kemudian kembali. Benar dugaannya, lima ratus meter didepan ada rumah penduduk yang bisa dititipkan motor. Agak lama juga kami sampai kesana karena jalannya menanjak. Setelah mengetuk pintu yang dibuka agak lama oleh tuan rumah, akhirnya ia mau dititipi motornya.
"Kang Satria, biar aku bonceng Sinta ya. Kamu ikut mas Herman saja." Kataku setelah menitipkan motornya Sinta pada penduduk desa itu. Kami memang memutuskan untuk lanjut ke puncak karena sudah dekat, tinggal setengah jam lagi kata bapak pemilik rumah.
Sueee, kata Satria, tapi ia mengalah juga dan naik motor ninjanya Herman, sedangkan Jojo boncengan dengan Yanto. Aku pun lalu berkenalan dengan Sinta yang manis. Ia tidak keberatan berboncengan dengan ku, asyik.
Sepanjang perjalanan aku banyak ngobrol dengan dia sehingga agak keteteran juga mengejar teman-teman.
Setengah jam kemudian aku merasa aneh, udara kok rasanya agak panas gitu, padahal sebelumnya dingin. Selain karena sudah hampir tengah malam juga karena aku naik motor, mana gunung lagi. Anehnya bukan hanya aku saja, Sinta juga merasakan hal yang sama.
Wah, dalam hati aku sudah merasa tidak beres nih.
Benar saja. Di sebuah hutan yang agak lebat tiba-tiba muncul sebuah kereta kuda yang langsung memotong jalan antar aku dan teman-temanku. Beruntung tanganku reflek menarik rem sehingga tidak terjadi tabrakan.
Edan pikirku, bukannya kiri kanan hutan, kok tahu tahu ada kereta kuda. Mana keretanya itu mirip dengan yang sering kulihat di film-film Suzanna jaman dulu. Kusir yang mengendarai memakai baju seperti pakaian prajurit kerajaan.
Aku celingak-celinguk, takut barang kali ada syuting film kolosal disini.
Ternyata bukan cuma satu. Tak lama kemudian datang lagi sebuah kereta kuda dengan kusir yang berpakaian sama. Mereka semua lewat tanpa perduli sama sekali denganku dan Sinta.
Ternyata bukan cuma dua kereta kuda saja, tak lama kemudian lewat lagi satu, dua, tiga. Ah total ada enam. Yang terakhir ini adalah yang lebih berkesan.
Kereta kuda ini selain ada kusirnya juga ada penumpang spesial yaitu seorang gadis yang cantiknya nauzubillah setan. Pakaiannya juga seperti putri keraton.
Kereta itu jalannya pelan saja dan putri itu awe awe melambaikan tangannya kepadaku, seakan menyuruh ku untuk ikut.
Antara sadar dan tidak, aku langsung saja menarik gas motor untuk nyusul demit cantik tadi.
Plak plak, beberapa tamparan menerpa mukaku. Aku tentu saja terkejut bukan main dan refleks mengerem.
"Mas Agus, sadar mas, eling."
Teriakan Sinta disertai beberapa gaplokan tangannya di wajahku membuatku sadar kembali.
"Astaga Sin, kamu tadi lihat cewek cantik naik kereta kuda tidak?" Tanyaku kepadanya.
Sinta mengangguk." Iya mas, tapi untungnya aku tidak terlalu terpengaruh olehnya. Kalo tidak bahaya karena diseberang pohon-pohon ini katanya jurang.
Bergidik aku membayangkan kalo tadi aku nekad mengikuti demit perempuan itu. Beruntung aku membawa Sinta karena perempuan biasanya tidak terlalu terpengaruh oleh kecantikan wanita lain. Beda halnya kalo aku masih bonceng sama satria, bisa bisa kami berdua pulang tinggal nama.
Dengan masih sedikit linglung maka kami berdua melanjutkan perjalanan. Ternyata teman-teman masih ada didepan, tidak terlalu jauh. Mungkin sengaja menunggu karena kami tidak datang datang.
"Cie, baru kenalan sudah yang yangan ya." Kata Herman. Tentu saja aku dongkol karena kami berdua terlambat karena hampir digondol demit tapi disangka pacaran.
Aku pun lalu menceritakan tentang tersebut, dengan Sinta sebagai saksinya. Beruntung ada dia sehingga teman-teman agak percaya. Akhirnya setelah berunding sebentar diputuskan untuk lanjut lagi naik gunung, tentu saja dengan lebih hati-hati.
TAMAT
Herman nggak biasa naik gunung capek...Naik gunung perawan baru capenya enak..🤣🤣🤣🤣🤣
Mungkin kereta kuda itu lagi mau Syuting film kali judulnya 'Pembalasan Ratu Laut Utara' ..🤣🤣🤣
Aneh juga ya mas, kanan kiri hutan tahu-tahu ada kereta kuda muncul.
Wah belum ada cerita pas sampai di gunung ya mas Agus...
Untunglah mas satria pindah boncengan ya. Diganti Sinta bukan keong racun.
namanya kena sensor wkwkwk
Ngomong gk sopan santun kau anggap aku ayam kampung.
Mulut komat kamit matamu melotot, lohat jablay seksi pikiranmu jorok.
Duh udh lupa sama lagunya Sinta dan Jojo, kalau dulu hapel banget lahunya haha..
Belum selesai tuh cerpennya harusnya ditambah lagi sampai tim SAR datang dan menemukan Herman dan Himawan sudah berulat di dasar jurang, film 30s PKI kali ah 🤣🤣🏃♂️🏃♂️
Saya juga punya pengalaman waktu ke Yogyakarta ketemu rombongan makhluk halus tapi bukan di gunung melainkan di tengah sawah tapi ngga lihat rombongannya cuma lihat pembuka jalannya aja seekor ayam.
Eh iya, ada satu nilai plus lagi. Paling gak setannya juga cantik buanget, sampai bikin agus khilaf. Pake acara melambai-lambai pula si setan 🤭. Kenapa ya, setan-setan cantik suka melambai-lambai, mas? Yang di rumah nenek satria kan juga gitu. Apa mereka sadar kalau mereka itu cantik, jadi korbannya yang lihat bisa jadi khilaf? Hehehe.🙈
Trus, aku konek deh sama nama penyanyi legendaris Indonesia, Iwan Fals 🎸
Terus cerita pendakian ini apa masih ada kelanjutannya?
mereka lagi pawai kali hihi
iya juga ya kalau boncengan sama mas sat yah sama sama terperdaya
untung ada sinta hihi
Kesempatan yah.. Demi si Sinta yang lebih Manis dari Satria.. wkwkwk
Itu kayanya rombongan setan mau kondangan ke acara pernikahan teman.. wkwk
Setan kalau nikah undang2 teman yg lain nggak yah..? hmmm
bisa aja ini kang agus kereta kuda, hmmmm
mau nungguin cerita naik gunungnya ah
memang enakan kalau rame rame, kalau sendiri aku nggak bakalan mau.. ini enak banget ya ke pos 2 bisa motoran gitu. capeknya bisa diminimalisir gitu :D
foto diatas kayak ilustrasi gambar waktu aku SD, gunung, jalan lurus, sawah kanan kiri, udah nggak ada lagi yang lain imajinasi anak SD
eh tapi kalo jadi ikutan rombongan pawai, jadi gimana ya ceritanya? 🤔
Untung saja ya, walau mata jelalatan ada yang menjawilnya
Selamat deh
Saya belum pernah ke Borobodur jadi juga tak tahu itu gunung Andong
mantap
hehe
itu demitnya naik kereta kuda, berarti demit jaman dulu ya
baru blogwalking ke sini, salam kenal Mas ...
Kalo sempat ketabrak, penyok, bisa diminta ganti rugi kamu Mas. 🤣
Btw, baru blog walking ke sini. Salam kenal ya mas Agus..