Cara berkenalan dengan wanita
Sore itu seperti biasa Herman dan Satria sedang nongkrong di warung burjo mbak Reny, seorang janda beranak satu yang masih muda. Selain mereka berdua tentu saja ada beberapa pengunjung lain yang memang suka ke warungnya, baik untuk memesan Indomie telor yang memang enak buatannya atau sekedar ngopi saja tapi duduknya berjam-jam. Beruntung warungnya agak besar sehingga tidak sesak didatangi oleh banyak orang.
Saat sedang asyik ngobrol itulah datang seorang pemuda disebelah mereka.
"Wah Agus, kamu tidak kerja?" Tanya Herman sambil ngambil gorengan tape.
Pemuda berusia 20 tahunan yang dipanggil agus menengok." Oh mas Herman, Saya shift tiga mas, ini baru bangun, nanti jam 11 malam saya baru kerja."
Herman manggut-manggut." Eh Gus, ada lowongan kerja tidak dipabrik kamu?"
"Waduh tidak ada bang, yang ada malah kemarin perusahaan mengeluarkan 10 karyawan. Biasa order lagi sepi karena lagi korona."
Herman hanya diam mendengar penjelasannya.
"Eh kebetulan ada kang Satria. Saya ingin bertanya pada sampean kang."
Satria yang sedang melihat hapenya langsung menoleh dan menghentikan kegiatannya memijat hape kesayangannya." Wah, ada apa memang Gus?"
Pemuda menengok ke kiri kanan dulu." Apa kang Satria ada waktu besok, saya mau curhat soalnya."
"Curhat, emang mau curhat masalah apa? Pekerjaan?"
"Ah enggak bang, soal pekerjaan mah saya sepertinya aman tidak akan kena pecat karena saya operator yang dibutuhkan pabrik. Saya ingin curhat masalah cinta." Ujarnya malu-malu.
Hampir keselek kopi Herman mendengarnya sedangkan Satria malah tertawa." Hahaha, kenapa tanya ke aku?"
"Yah, kang satria kan banyak pacarnya jadinya banyak pengalaman. Udahlah besok saja ngomongnya." Kata pemuda itu sambil melihat kiri kanan, sepertinya takut kalo orang lain nguping dan beritanya bisa tersebar.
Satria tepok jidatnya." Udah ngomong sajalah disini Gus, tak usah malu, cuma tinggal aku dan Herman ini, yang lain udah pada pulang. Eh, jangan-jangan kamu naksir sama janda ini ya, boleh juga tuh."
Mbak Reny yang sedang menggoreng tempe mendoan langsung menengok." Eh bener ngga Gus, kalo beneran tidak apa-apa, kebetulan aku sedang nyari orang untuk bantu warung dan juga jaga anak." Katanya sambil tersenyum menggoda.
Digoda seperti itu pemuda pemuda berusia 20 tahunan itu langsung gelagapan sehingga mukanya merah. Melihat hal itu, Herman dan Satria malah tertawa senang.
"Udah terima saja Gus, lumayan langsung dapat anak sehingga tidak usah capek-capek bikin anak." Goda Herman.
"Betul. Tinggal enak enaknya saja." Timpal Satria. Suasana warung makin riuh dengan suara tawa mereka berdua, sedangkan Agus hanya bisa mengelus dadanya saja.
"Bukan. Ah kang satria sukanya bercanda saja. Saya mau curhat, ditempat saya kerja ini ada seorang karyawan wanita baru sekitar dua tahun lalu. Ia bagian kantor sedangkan aku operator mesin. Jujur saja begitu melihatnya saya langsung suka. Yah, boleh dibilang jatuh cinta pada pandangan pertama lah, apalagi setelah itu hampir tiap hari ketemu karena masih satu pabrik." Katanya sambil melirik pemilik warung burjo itu, yang tampak sedang asyik membuat gorengan.
"Lha, lalu apa masalahnya, tinggal bilang saja 'i love u' padanya, beres bukan." Kata herman sambil mengambil gorengan yang ada di depan temannya, sehingga Satria cuma geleng-geleng kepala saja.
"Tidak semudah itu bang Her, Pertama, sepertinya ia anak orang kaya, terlihat dari gaya pakaian dan penampilannya. Kedua, jujur aku grogi kalo sudah dekat dia. Jangankan ngomong ai lap yu, mau bilang hai atau halo juga gemetaran. Saya takut kalau ia akan sinis kalo ku ajak berkenalan, karena seperti bang Herman tahu aku ini wajahnya biasa-biasa saja bahkan boleh dibilang jelek lah, plus hidup pas-pasan." Jelasnya panjang lebar.
"Memangnya ia galak ya?" Tanya Satria.
"Ah enggak sih kang, ia malah baik menurutku." Buru-buru anak muda itu menjawab.
"Dari mana kamu tahu ia baik?"
"Dari sikapnya pada temannya kang, bahkan kadang aku lihat ia beli barang di depan pabrik yang penjualnya bapak-bapak tua yang tidak laku, padahal kata temannya barang tersebut tidak terlalu ia butuhkan. Kebetulan aku cukup kenal dengan temannya itu, karena dulu kami satu sekolah di SMA."
Satria jadi manggut manggut." Lha, terus apa masalahnya. Kamu tinggal kenalan saja, kan ia baik."
"Aduh kang, jujur saja aku grogi bagaimana berkenalan dengannya. Jadi aku ngga pede gitu karena tahu sendirilah, mukaku pas jelek begini." Kata Agus yang memang selalu suka rendah diri.
Satria kembali manggut manggut." Baiklah, jadi kamu ingin berkenalan dengannya bukan?"
"Iya kang, aku ingin dikasih tahu caranya berkenalan dan bisa akrab dengannya. Aku yakin kang satria tahu soalnya sudah banyak pengalaman." Ujar Agus penuh harap.
"Baiklah Gus, aku tidak akan banyak panjang lebar lagi karena tadi Ratna, pacar saya sudah chat ingin malam mingguan di alun-alun."
Agus menyimak.
"Begini Gus, sikap rumasa atau tahu diri kamu itu menurutku sudah bagus, jadinya kamu tidak akan lepas kontrol karena tahu kemampuan sendiri. Tapi tentu saja, sikap ini bagus jika dalam batas sewajarnya saja. Nah, menurutku, sikap rumasa kamu itu sudah dalam tahap berlebihan."
Pemuda itu agak kaget tapi masih belum bicara, hanya memperhatikan saja.
"Kenapa aku bilang berlebihan? Karena kamu sudah menyangka cewek yang kamu taksir itu bakal menolak kalo kamu ajak berkenalan, padahal belum tentu dan itu hanya asumsimu saja. Tidak ada yang salah dengan yang namanya berkenalan kan. Itu hal yang wajar saja menurutku ingin berkenalan dengan seorang gadis. Eh, namanya siapa sih gadis yang kamu taksir."
"Nita, namanya Anita kang."
"Nah, apalagi kamu bilang Anita itu baik. Tentu bertentangan bukan kalo kamu bilang ia baik tapi diajak berkenalan malah sinis. Perlu diketahui bahwa tidak semua cewek itu hanya mau berkenalan dengan cowok yang ganteng dan kaya saja. Buanglah pikiran rendah dirimu itu."
Agus jadi girang." Begitu ya kang."
"Iya, lagi pula menurutku kalo kamu ngajak kenalan itu hal yang wajar. Kan kamu dan dia masih satu perusahaan biarpun beda bagian. Jadi kalo kamu mengajak Anita kenalan itu bukan perkenalan yang tiba-tiba, sudah ada fondasinya itu. Saran saya, coba buka obrolan dengan hal yang ringan misalnya."mbak, sepertinya rumahmu ada di sekitar sini ya.", Pertanyaan seperti itu tidak ada tujuan apa-apa selain bertanya. Tapi ingat, jangan langsung buru-buru bertanya dimana alamat rumahnya."
Agus jadi makin sumringah.
"Nah, selanjutnya kamu tinggal bersikap sewajarnya. Kalo bisa waktu ngobrol selipkan dengan humor sedikit supaya tidak kaku dan ia tahu kamu lelaki yang enak diajak ngobrol. Kebanyakan cewek agak suka cowok yang agak humoris. Selanjutnya jika sudah mulai akrab kamu bisa bertanya siapa namanya biarpun sebenarnya kamu sudah tahu. Apakah kamu tahu Facebook atau Instagram nya dia?"
Pemuda yang sedang kasmaran itu mengangguk.
"Nah, kalo sudah agak kenal jangan sungkan untuk ngelike status dia, sereceh apapun statusnya, tinggalkan juga satu dua komentar supaya kamu jadi dekat dengannya."
"Baik kang, pasti akan aku lakukan." Jawabnya bersemangat.
"Nah, selanjutnya aku yakin kamu bisa dekat dan akrab dengan Nita."
Agus langsung bangkit dan menyalami tangan Satria dengan erat." Makasih banyak kang, bantuan kang satria ini tidak akan pernah aku lupakan."
Satria menepuk-nepuk pundak pemuda itu." Sama-sama Gus, cuma aku mau mengingatkan kalo kamu cukup kenal dan akrab saja dengannya tapi tidak usah ngarep jadi pacarnya. Di titik inilah kamu harus sadar diri. Lha, wong kamu ini jelek dan miskin kok ngarep jadi pacarnya Nita yang manis dan kaya."
😂 😂 😂
TAMAT
Catatan: hanya Cerpen iseng, tolong jangan dianggap serius ya.
Ngeselin ya si Satria ini, minta dimusuhin 🤣
Eh tapi yang namanya Satria baik di cerpen ataupun orang aslinya, sama-sama jago dalam urusan wanita ya 🤭
Sama aja itu mah gus...🤣🤣🤣
Harusnya luh bilang ke Satria....Mau mengawini si Nita ketimbang kenalan doang...Jadi yaa dibilang begitu mungkin..🤣🤣🤣🤣🤣
Satria kalo ngasih saran ngga tanggung-tunggung ya 😏
Sabaar ya, Gus ..
Nih tisu buat ngelap air mata (•‿•)
Baca cerpenmu slalu bikin ketawa deh , moodku jd bagus 😄😄
Ngomong-ngomong kasihan sama si Agus nih, Mas. Sudah bersemangat dapat saran supaya bisa kenalan dan syukur-syukur bisa jadian sama gebetan, lhah salah ternyataaaaa.. Harus pasrah dengan tampang dan isi dompet.🤣
Jadi satria beneran udah pacaran sama Ratna mas? Itu mereka berdua mau malem mingguan di alun-alun.
Oh iya saya menunggu kapan release cerpen satria nikah sama si ratna mas.
Ngakak terus kalo baca cerpen mas Agus ini.
Kenalan aja, dan tahu diri, okeh siyap! :D
Padahal rencana udah mau muji Bang Satria karena bijak bangat nasehatin si Agusnya, eh taunya, astaga, tega bener ujung ujungnya jatuhin juga 😂
Tapi Kang Satria ini emang pakar cinta sejati, tau banget seluk beluk masalah percintaan. Jadi pengen berguru juga.
jadi waktu pesen makan malam saya mencoba ngobrol lah sama abang yang jualan
trus basa basilah ke abang jualan, bang disini banyak pabrik ya, pabrik apa aja bang? dijawablah ada pabrik kayu, sama jam mas, cuman lokasinya masih ke barat dari sini mas, trus saya jawab,,oooo iya bang. trus dy nyeletuk lagi, disini ada banyak pabrik juga mas, pabrik janda.....
akupun terkejut mendengar pernyataannya
Ada lagi mas tipsnya. Sebaiknya niat kenalan itu dihapus saja, diganti dengan niat ngobrol. Pasti lebih santuy jadinya Anggap aja kayak ngobrol waktu beli bakso wkwkwk
Mas Satria mah cuma iri aja itu. Ga usa dengerin. Cowo jelek juga bisa ko dpt pacar cantik.😀😀
Yo wis sama Ratna eh...Agus sama Reni yang punya warung aja meski Reni janda tapi kan dia cantik..
Saran-saran Satria ada benernya juga lho. maksudnya supaya Agus nggak usah terlalu banyak berharap agar nanti nggak shock ditolak sama Anita.
Pinter membuka obrolan, baik hati dan tidak sombong, dompet tebal hanya bonus sampingan ehehe
Suka grogi
Tak berani berharap banyak, apalagi dianya kaya dan berpenampilan wow
Tambah tak percaya diri
Walau saya sebenarnya ganteng beda dengan si Agus