Persahabatan dalam ujian
Dengan muka kesal Agus masuk kedalam warung lalu memesan kopi. Melihat temannya sedang bermuka masam maka Satria pun heran.
"Kenapa Gus, kok mukanya kecut amat. Abis ditagih tukang kredit ya?" Selorohnya.
Agus yang sedang jengkel tentu saja makin dongkol." Iya memang, tukang kreditnya kamu."
"Lho kok aku kena getahnya."
Agus yang tahu kalo menuruti emosinya temannya itu bisa salah sangka maka menurunkan nada bicaranya." Begini kang satria, aku lagi kesal dengan Jaey."
"Jaey?" Tanya Satria kaget." Bukannya dia teman karibmu." Seingat dia, antara Agus dan Jaey itu terdapat hubungan akrab sebab mereka jarak rumahnya sangat dekat, hanya beda 5 rumah plus keduanya teman sekolah dari SD sampai SMP.
"Ya itu. " Agus tampak bimbang." Sebenarnya tadi aku habis debat kang sama dia."
"Debat, emang masalah apa kok sampai bertengkar dengannya." Satria ingin tahu apa yang jadi masalah sehingga orang didepannya itu bertengkar dengan sahabat baiknya.
"Begini kang. Kamu tahu kan kalo sebentar lagi akan ada pilkada. Nah, bupati A sekarang kan maju lagi, karena dia sudah terbukti bisa memimpin kota ini dengan baik maka aku minta dia memilihnya. Eh dia ngga mau bahkan bilang bupati sekarang kurang bagus karena masih banyak rakyat miskin. Aku bilang sekarang jalan banyak yang dibeton, kan jadinya enak. Dia bilang BLT masih carut marut dan tidak transparan jadi banyak yang berhak tapi tidak kebagian, dia tetap keukeh pilih bupati B karena katanya bagus. Pokoknya ngeyel sekali dia, jadi aku tadi berantem."
Satria hampir tepok jidat mendengar penjelasan nya." Berantem, adu jotos maksudnya?"
"Ya tidaklah, hanya berdebat saja."
Satria menyeruput dulu kopinya." Begini lho mas Agus. Kalo soal pilihan di pilkada, aku tidak mau ikut campur, itu terserah kalian. Cuma menurutku, dibandingkan dengan pilkada, ada hal yang lebih penting lagi buat kalian."
"Lho, memang apa hal yang lebih penting itu? Ini menyangkut kemajuan kabupaten kita lho kang."
Satria tersenyum." Memangnya kamu atau Jaey jadi tim kampanye atau tim sukses calon bupati yang sekarang ya?"
"Ya ngga sih."
"Nah, menurutku begini Gus. Soal siapa bupati yang nantinya terpilih itu tidak akan terlalu mempengaruhi keadaan kita, kita tetap harus kerja sendiri biar dapat duit untuk makan. Lha wong mereka kenal kita saja tidak. Jadi sebaiknya akhiri sajalah perdebatan kamu ini dengannya karena menurutku ada hal yang lebih penting."
Agus jadi tertarik." Memang apa hal yang lebih penting itu?"
"Persahabatan kalian. Kadang kita sebagai manusia suka berantem hanya karena beda pilihan, padahal sebelumnya baik-baik saja. Jadi menurutku kamu itu sebaiknya mengalah. Maksudnya ya kalo Jaey ngomong tentang pemimpin pilihannya kamu diam saja, tak usah mendebatnya."
"Ya tidak bisa begitu dong kang. Memilih pemimpin juga penting terutama untuk kemajuan kota kita ini, tidak bisa sembarangan."
Benar-benar keras kepala nih orang, batin satria." Begini lho mas Agus. Tidak semua debat itu harus dimenangkan apalagi debat yang tidak terlalu penting seperti ini menurutku. Yang lebih penting lagi itu justru pertemanan kamu dengan Jaey, jangan sampai pecah. Coba, siapa yang akan menengok kamu kalo sakit, pasti temanmu itu, bukan pemimpin yang kamu idolakan tersebut. Coba kalo kamu mau minta tolong sesuatu, pasti dia juga bukan. Apalagi kalian sudah berteman sejak kecil, sungguh sangat disayangkan kalo pecah cuma gara-gara politik."
Agus tampak berpikir sejenak.
"Permasalahan-permasalahan dalam pilkada itu biarlah jadi pekerjaan pemerintah Gus, dimana itu diluar jangkauan kita, yang penting pekerjaan kamu sekarang adalah membangun kembali hubungan mu dengan dia. Percayalah, itu lebih penting daripada mengurusi masalah beda pilihan calon pemimpin. Baik mau pilih calon bupati A, B, atau C itu terserah hak masing-masing, kita tidak boleh memaksanya.
Agus manggut-manggut, sepertinya ia baru dapat pencerahan kalo tidak semua perdebatan itu musti dimenangkan, ada baiknya memang sedikit mengalah agar hubungan dengan teman dan tetangga nya itu tetap baik.
"Baiklah kang, nanti kalo ngobrol lagi dengan jaey aku akan coba mengalah."
Satria langsung sumringah." Nah begitu dong. Itu baru namanya sahabat. Itu aku lihat jaey mau kesini. Ayo kamu traktir makan, pasti dia senang dan akur lagi denganmu."
"Waduh, aku lagi tidak punya duit kang. Bagaimana kalo kang Satria saja yang traktir, kan kamu yang ngasih ide hehehe..."
Satria cuma bisa tepok jidat mendengar omongan Agus.
"Boleh saja sih Gus, akan aku traktir kamu dengan Jaey, bahkan hutang kamu di warung Bu Nita ini akan aku bayarin."
Agus tentu saja sumringah." Beneran nih kang satria?"
"Tentu saja, asal kamu harus yakinkan Jaey untuk pilih bupati C waktu pencoblosan nanti."
Giliran Agus yang tepok jidat.
Tamat
Hahaha, endingnya nggak banget deh tu si Satria.
BalasHapusEmang perbedaan pendapat soal calon A, B, C ini besar sekali impact- nya ya, kalau tidak bijak dalam menanggapi, apalagi bapak-bapak atau ibuk-ibuk yang kurang cek dan ricek, diasapin dikit sama berita hoax udah terbakar.
Apalagi kalau udah fanatik banget, euuh udah, kelar wkwk.
Ternyata kang satria juga kampanye terselubung ya mbak.😂
HapusBetul mbak, apalagi pas pilpres kemarin, pokoknya kalo ngga bijak bisa bisa musuhan sama teman atau tetangga.😃
Pokoknya mereka yang di atas yang maju, kita di akar rumput yang lebih banyak habiskan waktu debat tentang mereka.. Berulang kali kayak gitu tapi tetap saja ya...
BalasHapusBetul sekali bang, kita kadang gontok gontokan dengan teman atau tetangga, yang diatas mah santai sajam
HapusDan kita gak sadar-sadar diadu domba oleh visi misi mereka yang nantinya tidak 100% direalisasikan.. Hebat kan kita?
HapusTentu hebat bang, tanpa kita maka tidak ada pemimpin bukan. Biarpun kita tetap ngga dianggap sih, cuma diperhatikan pas kampanye saja.😂
HapusLha ini.. Bapak bapak kalau sudah ngobrolne pilkada jadi suka memperkeruh persahabatan.
BalasHapusDi tempat saya ini juga mau ada pilihan bupati. Keponakan saya ada yg ikutan jadi tim sukses bupati c, yg tidak saya suka. Saya sukanya cabup a. Kalau pas saya gojekan soal pilihan dia, wow bisa langsung ngegas dia. Padahal dulunya ponakan saya ini fun fun saja
Hahaha kalo ngegas naik motor kan malah cepat sampainya Bu guru, asal selamat saja sih.😂
HapusBegitulah Bu, gara gara pilkada, bisa berantakan hubungan keluarga.
tempat mas agus ada pilkada nda besok?
BalasHapuswah tumben mas satria bijak banget seperti mas satria beneran sih xixi, ini kayaknya mas agus kalau bikin perwatakan emang udah lihai banget ya, jadi pas ada dialog antar tokohnya juga kelihatan percis cara ngomong orang di dunia nyatanya 😊🙄🤭
nah, begitu dong mas agus, mas jaey dan mas satria tetep akur walaupun beda pilihan politik...tapi kalau aku pribadi suka nasihat yang diberikan tokoh mas satrianya sih yaitu ga usah terlalu pusong debat soalnya kalau sudah kepilih kadang nda ngaruh langsung ke kitanya as wong cilik, cari duit juga atas kwrja keras kita sendiri #duh satir hihi
eh tapi tetep ya, endingnya mas satrianya ternyata timses 😌🤭
Besok ada mbak pilihan bupati.
HapusMungkin karena udah biasa bikin cerpen jadinya agak mudah, sama seperti mbak mbul biasa masak, jadi buat masakan sambil merem juga jadi nasi gorengnya.😄
Yah begitulah, satria memang bijak sekali, biarpun ujung ujungnya kampanye.😁
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusWaduh, kepalaku jadi besar nih disanjung mbak mbul.😁
HapusIni cerdas apa memanfaatkan isu yang lagi hangat ya? Tapi memang kadang aku melihat orang pada berantem di Facebook hanya karena beda pilihan terutama waktu pilpres kemarin, kalo pilkada malah belum pernah lihat ada yang bertikai.🤣
Waktu itu aku heran, ada orang yang ngotot banget pilih nomor satu, yang lain ngotot pilih nomor dua bahkan sampai membuat isu isu yang tidak benar. Apa mungkin mereka tim sukses ataukah cuma fans yang terlalu fanatik. Padahal siapapun presidennya kalo ngga kerja ya ngga makan.😂
Btw, mbak mbul kan udah manis kok minta permen, apa ngga takut digigit semut ya.😱
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusNgga bisa ngomong apa-apa mbak selain makasih banyak. Hiks, aku jadi terharu.😂😂😂
HapusNgga paham masalah otak kanan atau kiri, tahunya cuma nulis saja mbak. Ini sebenarnya lagi ngerjain cerbung lanjutannya tapi masih bingung merangkai jalan ceritanya, terus mau betapa episode juga bingung, kalo lebih panjang dari gadis bergaun putih takut bosan, tapi kalo terlalu pendek seperti Gadis dalam lukisan kok sepertinya kurang detil.😂
Soal gontok-gontokan di FB udah kelar sih, semoga saja pilpres selanjutnya tidak seperti ini lagi.
Lha, gimana kalo yang ngesun mbak semutnya Segede kucing.😱😱😱
Saya udah manggut-manggut setuju sama pendapatnya Kang Satria lho ini, bijak banget. Eladalah, endingnya malah bikin ikutan tepok jidat. Kacau! Kacau ini!
BalasHapusTernyata kang satria juga tim sukses bupati C ya mas.😂
HapusKalau si Agus dan Jaey diam-diam [dan ketqhuan] ngga ikut nyoblos bupati C ..., gimana tuh akibatnya �� ?.
BalasHapusApa mereka gantian yang dicoblos [Apanyaaa tuuuh ... yang dicoblos �� wakakaw ��] atau ..., bayarin hutang ke warung dibatalin ?
Kalo ketahuan ngga nyoblos Bupati c sepertinya amplopnya akan diambil lagi oleh kang satria.😂
HapusRasain kalo gitu mereka, hahaaha :D ..
HapusJadi, teteup harus jujur ya mas.
Kalau curang ntar dicurangin lagi wwokokokwok ..
Maaf ngga pake emot soalnya ya gitu deeeh ...ningol taoge lagi dan lageeee ( ╹▽╹ )
Sepertinya semua calon pakai duit kalo mau kampanye mas, kalo ngga ada duitnya ngga afdol katanya.😂
HapusGpp mas, saya juga kadang lupa ngedit, nongolnya tetap tauge.😁
Komen saya kok jadi ke Facebook ya mas.?
BalasHapusMungkin komentarnya di kolom khusus Facebook kali kang.
HapusPerdebatan yg related sekali di masa skrg hahahaah...
BalasHapusUntung, aku jarang/ga pernah debat madalah pilkada dengan sahabatku. Sebab... Pilihan kami sama 😅😅
Pilihan sama karena gurunya sama ya kang.😃
HapusMaunya C tetap C ya wkwk
BalasHapusEh itu kasian tukang kredit, muka agus kecut yang disalahin tukang kreditnya ;v
Kalo di tempat saya pas pemilihan kayak gini, masyarakat tu udah kayak bodo amat. Siapa yang kasih duit itu yang dipilih. Saya yang liat aja kadang turut prihatin. Malah ada yang memang sengaja golput, karna mikirnya "Bupati kan gak kenal kita, lah wong kita tinggal diplosok desa jauh gini." Ya gitu deh, belum terbuka mindset nya. Ditambah pula money politic hiks hiks
Mungkin mereka mikirnya, siapapun yang terpilih maka tidak terlalu berpengaruh pada kehidupan mereka, jadinya mendingan golput kecuali ada duitnya.😂
HapusModus nih ternyata kang satria 😂😂😂😂. Eh, tapi lumayan juga nih tawarannya, mas. Hutang di Bu Nita bisa lunas, lho. Pilih Bupati c aja lho😆😆😆
BalasHapusAyo coblos C biar hutang lunas mbak. C, vitamin C 1000.😂
HapusOalaaaaah calon bupati c yang punya pabrik vitamin c 1000 ya, mas? Pantesan kaya. Sampe bisa lunasin hutang orang, lho.😂
HapusAhahaha... Ujung-ujungnya kampanye juga Kang Satria. 🤣
BalasHapusJadi timses memang harus kampanye bang, biar dapat duit.😄
Hapussaya ingat besar sungguh masalah mereka... rupanyaaaa😆😆
BalasHapusRupanya, kang satria lagi kampanye juga.😄
Hapus😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆
HapusTernyata kang Satria adalah tim sukses Buapti C. Lihai juga caranya kang Satria berkampanye. . Lah akhirnya mas Agua jadi ditraktir kang Satria nggak?
BalasHapusKampanye memang harus lihai biar orang pada ngikut calonnya mbak.😁
HapusWkwkwk dasar Satria, ternyata ada maksud lain rupanya XD
BalasHapusAda udang dibalik gorengan bakwan ya kang.😀
HapusTerus yang jadi si C siapa ...? 🙄 pastinya suhu KA-EL nih caleg era 2020 sampai 2025..😊😊😂😂
BalasHapusSuhu kal el caleg asal jakarte berarti ya kang 😂?
HapusMari kita tunggu visi misinya suhu kal el :D
Kalo caleg C belum tentu suhu Kal El mbak, tapi kalo caleg D udah pasti Dahlan, mari kita tunggu visi misi caleg D untuk kemajuan para blogger.😁
HapusSuuueee...🤣🤣🤣
HapusVisi misinya Ngeblog gratis selamanya pdhl mmg gratis 😆😆
HapusJadi ternyata Kang Satria itu tim kampanye calon C! Wkwk plot twist sekali 😂
BalasHapusDi awal udah bijaksana banget saat mendengarkan Agus curhat, eh ternyataa ada udang dibalik bakwan 🙈
Makanya jangan menilai buku dari sampulnya ya mbak, siapa tahu covernya bagus tapi isinya horor.😱
Hapusrealita yg ada di masyarakat bgt nih haha.. dan plot twistnya mantul juga wkwk ..
BalasHapusApalagi pada pilpres kemarin, lebih seru gontok-gontokan ya bang.😂
Hapusteteup ya sis endingnya kampanye wkwkwk
BalasHapustapi memang ngapain juga si terlalu fanatik sama calon entah pilkada, pilpres, dan sejenisnya
toh seringkali lupa kalau udah menjawab
dukung sewajarnya aja di bilik suara
itu sudah cukup daripada mengorbankan pertemanan dan persaudaraan
Betul mas, toh mereka yang kita dukung suka lupa bahkan amnesia kalo ditagih janjinya saat kampanye, mendingan dukung seadanya saja.
HapusWkwkwkwkk satria liciiin bener dah ah :p.
BalasHapusKamu bagus deh meramu soal menghormati pilihan dalam bentuk cerita gini mas. Kalo pilkada jujurnya aku ga ngikutin tuh. Tp jd inget pas pilpres yg mana semua kok ya berantem -_-. Aku kangen tau mas, masa2 pas pilpres ato pilkada pake sistem luber. Langsung, umum, bebas, rahasia.
Rahasiaaaaaa
Lah kenapa skr jd ketahuan kemana2, trus berantem pula kalo sampe ketahuan beda :(. Capeeek tau, Krn aku ngerasain juga. Ditekan Ama keluarga pas mudik ke Medan, begitu tau pilihanku beda. Dipaksa utk ngikutin mereka. Ya jelas aku marah. Apa hak nya nyuruh2 aku ganti pilihan supaya bisa sama. Itu hak ku mau pilih siapa aja. Aku aja menghormati pilihan keluargaku, dan ga prnh maksa mereka utk ikutin aku. Sampe2 aku pulang ke JKT dlm kondisi ribut jadinya. Untungnya skr udh baikan, tp ganjelan itu msh ada.
Semoga nanti kalo udh bisa pulang kemedan, bisa balik seperti semula lah :(.
Duh, jadi malu dipuji mbak Fanny, ngumpet ah.😂
HapusBetul mbak, pilpres kemarin memang betul-betul melelahkan, ada uwa saya yang pilihannya beda dengan saya. Ia selalu menjelekkan capres pilihan saya, tapi saya mah senyumin saja. Ngga pernah bantah kata uwa atau menyanggah isu isu yang ia hembuskan. Ini untuk menjaga kekeluargaan karena saya cukup akrab dengannya. Waktu ia bilang saya harus coblos pilihannya, saya angguk-angguk saja, soal pilihan mah nanti terserah saya dong.😂
Haha ujung2nya kang satria promoin pilihannya sndri.
BalasHapusNgomong2 soal bupati, bupati didaerahku meninggal mas terpapar korona, jadi buat agan2 semua jgn remehkan korona ini ttap ikuti protokol aja selalu.
Satu hal yg perlu kita renungkan dlm dunia politik entah itu pileg, pilpres, dll, tak ada yg benar2 anu, mereka bisa pindah2 kemana saja, dari partai anu ke anu, dari sebelumnya rival jd teman, dan sebaliknya dan sebaliknya, intinya dimana ada tempat becek disanalah mereka main becekan. Jadi sangat rugi jika kita setia pd satu idola kita, karena idola kita bisa berubah pendirian setiap saat.
Oh, aku pernah baca itu bupati yang meninggal karena korona. Serem juga ya.
HapusBetul suhu, kalo politisi itu ngga ada lawan atau kawan abadi, yang menguntungkan dirinya ya ia ikuti, kalo merugikan ya dilawan, biarpun lima tahun kemudian bermesraan lagi.😂
Yup hihi..
HapusUdaaahhhh, iyain aja Mas, kan pilkada itu LUBER.
BalasHapusLangsung Umum Bebas Rahasia.
Kagak ada yang tahu kan milih yang mana, hahahaa.
Lumayan, hutang lunas semua, qiqiqiqiqiqi.
Ini sekalian juga pesan buat lainnya menyikapi serangan fajar pilkada.
Terima duitnya, jangan pilih dia, kan nggak tahu juga mana yang milih, mana yang enggak, wkakakakakakakak.
Sama calon pemimpin eror, masyarakatnya kudu lebih eror :D
Akhir-akhir ini saya tidak terlalu memperhatikan politik. Bahkan baru ngeh kalo calon bupatinya ada 3 pilihan di tempat kami. Nama mereka juga belum ingat 😅.
BalasHapusKarena itu juga mungkin saya ngga perlu debat dengan teman soal pilkada ini.
Eh Satria ternyata juga tim sukses bupati C yaa 😂 Sampai rela2in traktir n bayarin utang. Ternyata ada maunyaa. Hehehee..
BalasHapusPas ya Mas Agus momennya buat pilkada. Miris ya kalau liat orang berantem2 karna pilkada. Liat di sosmed aja udah gerah klo liat yg lg berdebat, apalagi klo liat pas ketemu lngsng 😅
Bwahahaha! Kirain pertama emang bijaksana si Satria, Mas. Rupanya ada udah di balik batu. :D
BalasHapushahahaha mumet kena para calon calon ini
BalasHapusemang kalau udah debat masalah "prinsip" pilihan pilkada ini bisa membuat pertentangan satu sama lain,meskipun itu sama temen atau bahkan sodara sendiri