Telepon dari alam gaib
Sudah beberapa hari ini aku tidak memegang hape, padahal benda tersebut sebelumnya selalu dekat denganku. Beberapa temanku yang masih satu pabrik denganku pada bertanya.
"Nit, memang hapemu dijual ya. Kok aku telepon tidak diangkat. Padahal kemarin aku mau ajak kamu jalan jalan ke mall." Ujar temanku Lia.
"Nita, kok kemarin aku WA kamu ngga dijawab. Aku ada perlu, bagian produksi kena tegur karena hasilnya menurun. Kita perlu diskusi jika nanti dipanggil atasan jadi bisa saling support." Begitu kata Dewi, temanku yang merupakan kepala bagian produksi.
Terpaksa aku lalu berterus terang padanya, teman sekaligus atasanku. Terserah ia mau menganggap aku kolot dan percaya takhayul atau tidak. Tapi aku rasa ia tidak akan mengolok-olok karena ia adalah sahabat karibku yang baik, berkat dia aku bisa mendapatkan pekerjaan di pabrik tempatnya bekerja dan sebagai gantinya aku kadang mentraktir nya kalo gajian dan hal itu membuat kami akrab.
Selesai sholat maghrib aku lalu menuju rumahnya, sambil membawa smartphone milikku. Setelah mengucapkan salam yang dijawab oleh tuan rumah aku pun memberi tahu alasannya kenapa aku sekarang jarang bisa dihubungi.
"Maafkan aku mbak Dewi, aku akhir akhir ini susah dihubungi karena jarang bawa hape, aku lagi trauma pegang ponsel."
Tentu saja Dewi terkejut. Ia lalu bertanya mengapa aku trauma. Akhirnya aku jelaskan kronologinya.
Aku memiliki teman dekat yang namanya Sisca. Ia adalah teman dari kecil saat SD sampai SMA. Waktu kuliah memang mereka pisah karena Sisca melanjutkan pendidikan di Jakarta sedangkan ia tetap di kota ini tapi tak mengurangi persahabatan mereka karena saling berhubungan lewat hape, baik telepon langsung ataupun chatting. Kalo sudah menelepon bisa berjam-jam karena saling curhat.
Bukan cuma lewat telepon tapi aku juga kadang main ke tempatnya di Jakarta karena kangen dan juga ingin melihat seperti apa kota Jakarta itu. Suatu hari Sisca memberi kabar kalo ia diterima bekerja di sebuah perusahaan yang terkenal dan karena ia kreatif dan royal pada perusahaannya maka cepat naik pangkat dan sering dapat bonus. Aku tentu saja senang mendengarnya, karena ia kadang mengirimkan hadiah untuk ku.
"Wah, enak dong kamu sering dikasih hadiah." Ujar Dewi.
Aku agak malu juga." Namanya juga teman baik mbak. Aku juga kadang mengirim ia hadiah juga kok."
"Terus apa hubungannya dengan kamu takut telepon?"
"Ya sabar mbak, ini aku mau lanjutkan." Ujarku agak dongkol juga.
Hingga suatu hari ia menelpon kalo ia merasa ada seseorang yang mengawasi tapi anehnya tidak kelihatan. Ia cerita saat telepon denganku merasa diawasi dan merasa merinding. Mungkin hanya perasaan mu saja, begitu hiburku.
Seminggu kemudian ia menelpon kalo ia sakit di bagian dada. Anehnya saat ia periksa ke dokter spesialis katanya baik-baik saja tidak ada sesuatu yang berbahaya. Aku sendiri hanya bisa mendoakan semoga ia cepat sembuh. Tapi sayangnya harapan tinggal harapan, ia tetap sakit dan karena sakitnya itu akhirnya ia keluar dari perusahaan tempatnya bekerja. Ia menelpon ku dengan menangis, aku hanya bisa menghiburnya saja lewat telepon. Aku lalu mencoba menyarankan bagaimana kalo berobat ke orang pintar, ustad atau kyai begitu tapi ia diam saja, mungkin kurang percaya hal gaib.
Hingga kemudian datang sebuah kabar yang mengejutkan, Melly adiknya memberi tahu kalo Sisca kakaknya sudah meninggal di Jakarta dan akan dikebumikan di kampung halamannya tapi sayangnya karena terkendala biaya ambulans yang mahal akhirnya ia dikuburkan disana. Aku tentu saja menangis mendengar kabar tersebut. Aku hanya bisa mengirimkan doa saja dari jauh.
"Turut prihatin juga Nit." Ujar dewi bijak.
"Makasih mbak." Nita lalu menghapus air mata yang jatuh tanpa terasa.
"Terus, apa hubungannya dengan telepon?"
Sejak ia meninggal dunia, tepat hari ketiga sehabis isya tiba-tiba ada telepon masuk dari nomornya. Aku yang waktu itu sedang kalut hanya mengangkat saja tanpa melihat siapa yang menelepon. Baru ketika menerimanya aku syok karena itu adalah suara Sisca.
"Nita, tolong aku Nit, aku ingin pulang." Begitu bunyi nya.
Tentu saja aku histeris karena takut. Ketika aku lihat ternyata itu memang nomornya. Aku tentu saja merinding.
Esok paginya aku lalu pergi ke keluarga nya dan menceritakan hal tersebut, tapi mereka bilang mungkin hanya orang iseng. Aku lalu menceritakan kalo itu memang suaranya tapi mereka seperti tidak percaya. Akhirnya aku hanya bisa pasrah dan berangkat bekerja.
Tapi malam harinya ia telepon lagi dengan masih perkataan yang sama, meminta tolong ingin pulang. Aku yang takut langsung saja mematikan hapenya, tapi anehnya tiba-tiba hapenya menyala sendiri dan ada panggilan masuk lagi darinya.
Mendengar hal itu Dewi pun ikut merinding." Kamu jangan menakuti ah, aku paling penakut hal ini."
"Sumpah mbak, demi Allah aku tidak bohong."
"Aduh bagaimana ya, kamu sudah coba cek lagi, siapa tahu memang orang iseng yang pakai hapenya lalu menyamar sebagai dia."
"Aku coba tanya pada adiknya, dia juga tidak tahu dimana hape kakaknya. Akhirnya aku minta ia menelpon nomor itu tapi anehnya tidak tersambung." Jawabku.
"Kamu menelponnya kapan?"
"Tadi pagi, mbak mau menelpon Sisca pakai nomor mbak?"
"Ogah." Ia menjawab cepat-cepat.
"Tadi pagi aku coba untuk setting agar bisa rekam suaranya kalo menelpon lagi, barang kali bisa buat bukti biar keluarga percaya. Siapa tahu..."
Belum sempat aku menyelesaikan perkataan ku tiba-tiba sebuah telepon masuk. Aku langsung saja histeris, begitu juga Dewi dan ponselku tanpa sadar jatuh. Karena berdua dengan temanku maka aku tidak terlalu takut, kucoba melihat siapa yang menelepon dengan hati deg degan. Begitu melihat namanya aku segera mengangkatnya.
"Selamat malam pak." Ucapku pada penelpon yang ternyata adalah Eko, atasanku dan juga Dewi yang merupakan orang kantor.
"Nita, kamu nanti sore habis pulang kerja ada waktu tidak?" Tanyanya dengan suara ramah.
"Maafkan aku pak, aku lagi tidak enak badan." Jawabku singkat lalu pura-pura tidak dengar ketika ia sedikit marah. Ku letakkan ponselku agar suaranya tidak terdengar, Dewi sendiri hanya tertawa kecil melihat hal itu, tak lama kemudian ia memutuskan teleponnya.
Pak Eko memang ulet mengejar ku, orangnya ganteng dan penampilannya selalu berwibawa di depan anak buahnya tapi sayangnya ia punya satu kelemahan yaitu sudah punya istri dan dua orang anak.
Aku sendiri tidak mungkin dengannya karena sudah punya kekasih yaitu Doni, teman kuliahku dulu. Walaupun ia tidak sekaya pak tapi setidaknya ia mengerti sifat ku dan aku nyaman dengannya.
Cuma namanya manusia ada saja kekurangannya yaitu ia tidak terlalu percaya hal gaib. Ketika aku curhat tentang telepon misterius itu, ia hanya mendengarkan saja. Katanya zaman sudah canggih dan ilmu pengetahuan sudah maju, masa masih percaya hantu, begitu katanya. Aku pun ngambek dan melihat aku marah maka iapun memberikan solusi, bagaimana kalo aku merekam suara panggilan dari Sisca nanti, biar keluarganya percaya, walaupun menurutnya itu hanyalah pekerjaan orang iseng. Pacarku itu sebenarnya juga sudah beberapa kali bertemu dengan Sisca terutama saat lebaran dan ia pulang kampung, jadi teman akrabku itu bukan orang asing baginya.
Telepon kembali berdering. Dengan agak kesal aku mengangkatnya, mungkin dengan sedikit agak kasar kali ya biar orang kantor itu tahu aku tidak tertarik dengannya dan kapok.
"Dengar pak, aku..."
Suaraku langsung terputus, diseberang sana bukan suara orang kantor itu tapi suara seorang perempuan yang kukenal.
"Nita, tolong aku nit, aku ingin pulang..."
Ponselku tanpa sadar langsung terjatuh tanpa aku sempat memencet tombol untuk merekamnya. Jangankan merekam, mendengar suaranya saja sudah membuatku takut bukan main. Dewi yang ada di sampingku juga tidak kalah ketakutan karena suara itu membuatnya ikut merinding.
"Nita, tolong aku nit. Aku ingin pulang...pulang...pulang!!!" Katanya berulang-ulang membuatku hampir semaput tak sadarkan diri.
Brak, pintu rumah tiba-tiba terbuka lebar dan sesosok tubuh berdiri di depan pintu membuat aku dan Dewi berteriak histeris sambil berpelukan. Aku sendiri langsung memejamkan mata takut membayangkan arwah Sisca ada di depanku.
"Apa-apaan kamu Doni, kenapa tidak ketok pintu dulu tapi malah langsung main dobrak saja." Dewi berteriak keras pada tamu tak diundang itu yang ternyata adalah pacarku sendiri.
Doni berdiri di depan pintu dengan nafas memburu." Maaf mbak Dewi."
Melihat keadaannya aku merasa ada yang tak beres. Aku pun lalu langsung memegang tangannya." Kamu kenapa mas?" Tanyaku cemas.
"Aku tadi mau mampir ke rumahmu sayang untuk mengajak jalan-jalan agar kamu tidak pusing mikirin telepon hantu itu. Aku ke rumahmu tapi kata ibumu kamu kesini. Akhirnya aku pun menyusul kesini. Di tengah jalan saat melewati rumah Sisca aku melihat seorang perempuan sedang berdiri di depan rumahnya, karena mengira itu kamu maka aku pun menghampirinya. Tak kusangka ternyata itu adalah.." Pemuda itu menghentikan dulu ceritanya.
"Siapa dia mas?" Kami berdua kompak bertanya.
"Dia Sisca. Ia melihatku dengan mata merah seperti melotot. Tentu saja aku langsung kabur ketakutan." Doni menjawab dengan nafas masih ngos-ngosan.
Tentu saja aku dan Dewi terkejut dibuatnya.
Akhirnya kami bertiga memutuskan untuk langsung ke rumah orang tua Sisca malam itu juga. Ketika kami sampai rumah tersebut tampak ramai padahal sudah lewat tujuh hari.
Ketika masuk akhirnya kami pun akhirnya tahu mengapa rumah tersebut ramai. Malam itu Melly, adiknya Sisca baru pulang dari temannya ketika melihat seseorang di depan rumahnya. Ia tadinya mengira kalau itu adalah temannya tapi ketika mendekat, ia langsung teriak histeris dan jatuh pingsan. Orang tuanya tentu saja kaget dan keluar.
Setelah sadar barulah Melly bercerita kalo tadi kakaknya itu ada di depan rumahnya. Tentu saja kami bertiga yang mendengar ceritanya jadi terkejut. Akhirnya Doni pun berbicara dengan kedua orangtuanya bahwa bukan cuma Melly, tapi kami bertiga pun diganggu olehnya.
Akhirnya setelah berkonsultasi pada seorang kyai diputuskan bahwa jenazah Sisca yang ada di Jakarta akan dibawa pulang ke kampung halaman, mungkin karena keluarganya ada disini sehingga ia ingin dimakamkan di kampungnya. Aku, pacarku, dan Dewi juga ikut menyumbang karena tahu keluarga mereka tidak bisa membawa pulang almarhumah Sisca karena terkendala biaya. Tak lupa kami pun mencoba menggalang dana di pabrik kepada teman-teman, Alhamdulillah terkumpul uang yang sudah lebih dari cukup untuk membawanya pulang dengan ambulans.
Setelah tiga hari kemudian sebuah mobil ambulans akhirnya tiba di rumahnya. Ketika keluarganya membuka peti mati untuk mengurus jenazah mereka kaget karena ponsel kesayangan anaknya itu ada didalamnya. Ponsel itu sendiri sudah mati karena kehabisan baterai, entah bagaimana caranya benda itu bisa ada disana. Aku dan pacarku hanya bisa saling pandang saja.
Syukurlah sejak ia dimakamkan di kampung sendiri tidak ada lagi gangguan telepon gaib. Ponselnya sendiri akhirnya ikut dikuburkan, bukan di dalam kuburannya tapi di konter atau dijual untuk menambah biaya selamatan untuknya. Salah satu kekurangan Sisca adalah ia agak pelit pada orang tuanya padahal gajinya lumayan di Jakarta tapi kalo mengirim uang untuk bapak ibunya hanya seadanya. Aku sendiri tentu saja tak enak jika ingin menasehatinya karena itu bukan urusanku.
Suatu siang seminggu setelah itu Doni pacarku iseng mengajakku untuk mencari tahu dimana ponsel temanku itu. Tentu saja aku ogah tapi ia bisa membujukku dengan alasan hanya sekedar tahu saja, tidak akan dibeli. Amit-amit kalo sampai membelinya.
"Wah, sudah laku hape kemarin yang dulu dijual oleh temanmu mbak. Sudah dibeli oleh seorang bapak." Begitu kata tukang konter. Kami mengucapkan terima kasih lalu pergi jalan-jalan.
Setelah puas jalan jalan akhirnya sehabis isya kami berdua memutuskan untuk pulang tapi ia minta aku untuk makan kupat glabed dulu untuk makan malam. Aku pun setuju lalu kami pun mencari tukang kupat di alun-alun.
Saat kami sedang asyik makan tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke hapeku. Aku kaget karena itu adalah telepon dari hapenya dia. Aku mencolek pacarku.
"Biar aku yang angkat, siapa tahu bapak-bapak itu menemukan nomor kamu di kontak tersebut dan iseng nelpon." Jawabnya. Aku langsung memberikan hapeku dan terdengar sebuah suara seorang bapak-bapak seperti dari kejauhan.
"Tolong aku... Tolong aku... Tolong aku!!!"
TAMAT
kok??...tak kudapati nama dahlan dan satria ya seperti di draft yang diperlihatkan kemaren wakakkaka, oh ganti nama ya ternyata mas 🙄🤭
jadilah muncul kandidat nama pak eko dan juga doni haha
ow ow, mengapa ya arwah qorinnya sisca masih nyangkut di bumi? berulang kali minta tolong dipulangin pula, adakah suatu urusan yang belum selesai di dunia ini hingga menghambatnya sampai ke atas sana? oiya, pas di Jakarta itu ceritanya Siscanya sudah dikubur apa masih disemayamkan di kamar jenazah RS mas? #abis itu aku langsung kepo berapa sih sewa ambulance dari jakarta ke kampung halaman hmmm 🙄🤔
endingnya itu.... si bapak pembeli hape sisca apakah dia akhirnya mati juga seperti sisca, ataukah sisca menyatroni bapak tersebut dan akhirnya ikutan ngecalling nita dan minta tolong?
prediksiku sih si bapaknya tewas juga kali ya mas 😌😣😖, kasihan, hape pembawa kutukan dan petaka 🥺😱
#tapi aku jadi ingat film horror thailand 4phia mas yang mana seorang cewe diteror jenazah cowo dengan hape yang tertinggal di peti matinya 😆
#endingnya ku jadi lapar nih
#penasaran ama kupat glebet, gimana ya rasanya 🤔🤤🤤
Bisa jadi belum lunas kali tuh jadi sisca Gentayangan minta dilunasi baru arwahnya tenang.🤣🤣🏃🏃🏃💨
Eh ternyata mati beneran.
Ternyata kuncinya di situ, nebaknya ke arah hal-hal yang sebaliknya, yang ga serem hahahaa.
Btw, ngomongin orang meninggal, saya pernah hampir pingsan, waktu itu 40 malam apa 7 hari nenek saya ya?
kakaknya mama yang mirip banget nenek saya datang, pas magrib-magrib gitu, dia nongolin wajahnya di jendela, agak pucat nggak pake bedak karena abis mandi, astagaaaaa.. kami pikir dia nenek yang meninggal, jantung rasanya mau lompat, untung saya telan kembali hahahaha
Btw, aku kira kali ini akan ada plot twist, siapa tahu beneran Sisca masih hidup dan mayatnya itu orang lain, tapi ternyata bukan >.<
Ending ceritanya malah bikin penasaran, ada apa dengan sang bapak sampai juga meminta tolong wkwkwk
etapi ini serem lo emang
kemarin aku liat acara TV di Filipina ada arwah anak kecil yg suka ganggu suara telepon bisnis di kantor
dan ternyata anak itu mati sambil bawa ponsel
kok ya pas
eh iya itu siapa yang minta tolong pas terakhir heuheu
Kirain hapenya dikubur juga tadi, tenyata dikubur dalam konter whakaka☺☺☺
Tapi kayaknya itu sebuah azab mas, azab pelit sama orang tua sendiri. Mungkin ya.
Oh iya salam buat pak Eko yang ganteng dan berwibawa ya mas hehe
Seru... 👍
Eh aku penasaran hp nya sisca pake operator apa ya Mas Agus? Sampai sinyalnya masih kuat gt dr dalem peti.. 😂
Perkembangan jaman kali yah jadi kalau yang disana kangen bisa langsung call saja..
Kemajuan zaman yah..
Tolong tanyain mas disana ada tipi kabel ga mas..😁
Ngomong-ngomong setan jaman sekarang melek teknologi ya, Mas. Cara nakut-nakutinnya pake teknologi terkini. Tapi itu masih untung cuma telepon biasa, gak video call.😂
Kamu bisa ajaaaa kalo bikin cerita horor hihihihi..