Cerita cinta di ibukota
Daftar Isi
Erina sedang senang. Akhirnya ia akan berjumpa juga dengan Herman, pacar barunya yang ia kenal lewat sosmed. Sebenarnya bukan pertama kali bertemu karena sebelumnya mereka pernah berjumpa.
Saat itu Erina sedang ikut workshop yang diadakan salah satu komunitas di Yogyakarta. Disamakan ia pertama kali bertemu dengan Herman, yang menjadi salah satu pemateri nya. Kepandaiannya dalam menyampaikan materi membuat Erina terpakau, selain itu ia juga pintar menjawab pertanyaan dari yang hadir. Ia lalu bertanya pada temannya yang ikut komunitas itu tentang Herman dan ternyata ia adalah salah satu mahasiswa dari universitas terkemuka di Jakarta.
Berbekal informasi dari temannya itu, Erina akhirnya bergerilya di Facebook. Akhirnya ia menemukan akun Herman. Ia mulai mengirim permintaan pertemanan dan dua hari kemudian diterimanya.
Setelah berteman dengannya maka Erina makin kagum karena Herman itu orangnya menyenangkan. Ia selalu membalas komentar yang Erina berikan. Ternyata ia juga memiliki hobi yang sama dengannya seperti membaca novel fiksi, menonton film lewat smartphone, suka kucing dan juga hobi memotret. Di galeri facebooknya banyak sekali hasil jepretannya.
Walaupun begitu, ada juga beberapa hal yang tidak disukainya misalnya Herman semangat kalo berbicara politik sedangkan Erina tidak terlalu suka politik, paling ia hanya mengangguk saja kalo Herman membahasnya. Tapi bagi Erina tidak lah masalah, setidaknya ia bisa tahu berita terbaru tentang politik.
Hal lain yang disukai Erina darinya, ternyata Herman membiayai kuliahnya sendiri, bukan dari kiriman uang dari orang tuanya. Aku punya usaha sendiri, begitu katanya. Tentu saja hal ini membuat Erina makin jatuh cinta.
Ia awalnya ragu untuk menyatakan cinta karena merasa wanita tidak pantas menyatakan perasaannya lebih dulu, tapi melihat Herman tampaknya memiliki banyak teman wanita yang cantik-cantik. Akhirnya setelah berkonsultasi pada salah satu temannya yang menyarankan tidak apa-apa seorang wanita mengutarakan isi hatinya, ia akhirnya berani menyatakan cinta, tentu saja lewat aplikasi chatting karena ia masih di jogjakarta sedangkan Herman di ibukota Jakarta.
Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Herman ternyata juga menyambut cintanya. Suka nyambung jika bicara dengan Erina, begitu alasan Herman ketika ia iseng-iseng bertanya mengapa Herman mau jadi kekasihnya padahal mereka berjauhan.
Begitulah, sejak saat itu Herman dan Erina resmi pacaran meski hanya lewat internet. Tapi ada satu yang mengganjal di pikirannya yaitu Herman kadang cepat membalas pesannya tapi kadang juga lama, bisa beberapa jam baru dibalas. Aku sedang sibuk, begitu alasannya ketika Erina ingin tahu. Dan sebagai mahasiswa maka ia pun memaklumi.
Akhirnya liburan semester terjadi juga. Erina kini di ibukota dan tidak sabar ingin bertemu langsung dengan Herman yang sudah jadi pacarnya. Ia diantar oleh Lina, salah satu teman akrabnya di kampus yang juga ingin jalan jalan ke Jakarta. Ia sendiri pamit pada orang tuanya dengan alasan ingin jalan-jalan ke ibukota Jakarta.
"Kang Herman, aku sudah di stasiun Senen. Tolong di jemput dong." Ia memberi tahu.
"Ok sayang. Nanti aku kesana ya." Balas Herman.
Sambil menunggunya, maka Erina dan Lina pun makan lebih dulu di sebuah rumah makan, apalagi hari sudah siang. Erina yang baru beberapa kali ke Jakarta saja masih kagum dengan bangunan tinggi disana apalagi buat Lina yang baru pertama kali ke ibukota.
Agak lama Herman akhirnya datang. Erina takjub juga karena Herman datang mengendarai mobil Avanza. Ok, jika Herman berusia paruh baya mungkin wajar tapi ia baru berumur 20 tahun dan masih kuliah pula.
"Maaf ya sayang. Aku baru datang karena macet di jalan gunung Sahari." Kata Herman sambil turun dari mobilnya.
"Ah tidak apa-apa kok mas Herman." Kata Erina. Ia makin kagum karena Herman sekarang lebih cakap dalam berpakaian dan juga tubuhnya makin atletis serta wangi, cocok dengan dirinya yang ganteng menggoda seperti artis Korea.
"Wah, bisa saja kau cari pacar nih Rin?" Goda Lina. Tentu saja ia malu tapi juga bangga. Setelah Herman memarkirkan mobilnya mereka lalu bercakap-cakap.
Saat asyik ngobrol itulah, tiba tiba smartphone Herman berbunyi. Ia melihat layar hapenya lalu menjauh sedikit. Maaf urusan pribadi, katanya. Erina hanya mengangguk saja.
Sekitar 10 menit kemudian ia kembali. "Maaf tadi temanku nelpon. Ada urusan penting, maaf ya aku harus pergi sekarang."
Lalu tanpa menunggu jawabannya, kekasihnya langsung pergi. Tentu saja Erina jadi kecewa karena mereka baru bertemu, tapi karena ia bilang urusan penting maka memaklumi. Setelah itu ia pergi ke kasir.
"Berapa semuanya?"
"275 ribu kak." Jawab kasir ramah.
Apa, kaget juga Erina. Soalnya menu seperti ini jika di Yogyakarta, harganya tidak sampai separuhnya. Tapi mau bagaimana lagi ia terpaksa membayar.
Beruntung di Jakarta ada kenalan ibunya yang bisa jadi tempat ia menginap dengan Lina. Namanya bu Lastri. Ia adalah teman satu angkatan dengan ibunya saat kuliah dulu. Aslinya ia dari Jogjakarta, tapi biarpun sudah lama tinggal di ibukota ia sering masih pulang ke kampung halaman saat lebaran. Erina sendiri sering bertemu dan cukup akrab karena bu Lastri seringkali memberikan hadiah banyak saat pulang kampung dan bersilaturahmi ke rumah ibunya. Bu Lastri sendiri seorang pengusaha sukses di ibukota dalam bidang butik yang ia urus bersama suaminya. Selain itu ia konon juga memiliki saham di beberapa perusahaan walaupun tidak terlalu besar. Persahabatan antara ibunya dan Bu Lastri tidaklah luntur biarpun berjauhan jaraknya, maklum mereka berdua dulu satu kamar kost, berbagi suka dan duka bersama saat kuliah sampai selesai.
Begitu turun dari taksi, Erina kagum dengan bangunan yang ada di depannya. Rumah Bu Lastri tampak megah dengan bangunan dua lantai, halaman depannya juga luas dengan dua mobil yaitu Toyota Fortuner dan Mitsubishi Xpander keluaran terbaru terparkir rapi.
Begitu masuk ke dalam, Nadia, anak Bu Lastri langsung datang menyambut ramah. Ia sendiri kini hanya tinggal berdua saja dengan ibunya. Nadia adalah putri semata wayangnya. Selain ia dan ibunya juga tiga orang asisten rumah tangga dan seorang sekuriti. Ayah Nadia sendiri sudah meninggal sejak lima tahun lalu karena penyakit.
"Maaf ibu tadi ada keperluan penting jadinya tidak bisa menyambut." Katanya sambil memeluk Erina serta menyalami Lina.
"Ah, tidak apa-apa kok."
Tidak butuh waktu lama bagi Erina untuk akrab dengan Nadia karena sudah saling kenal, mana umur mereka sebaya lagi. Erina 19 tahun sedangkan Nadia 18 tahun, sedangkan Lina biarpun tampak masih canggung ia mau juga menginap, maklum untuk tinggal di hotel ia tidak cukup uang.
"Rin, kamu ada waktu luang tidak?" Nadia bertanya pada Erina yang sedang asyik melihat bangunan di sekelilingnya. Maklum ia baru dua kali ke Jakarta waktu kecil diajak orang tuanya, jadi tidak terlalu ingat. Saat ini mereka ada di lantai dua.
"Oh tentu." Jawab Erina. Diam diam ia agak malu juga, bukan rumahnya sendiri tapi ia malah bermain seenaknya. Ia jadi tidak enak walaupun tadi Bu Lastri sudah menelpon dan menganggap anaknya sendiri, sambil tidak lupa minta maaf karena ada perlu penting sehingga tidak bisa menyambut anak sahabat kesayangannya saat datang.
"Begini, sebenarnya ini rahasia penting ya. Tolong jangan kasih tahu siapapun terutama pada temanmu itu." Pinta Nadia, ia hanya mengangguk.
"Apa kau tahu kalo ibuku sebenarnya pergi bukan karena ada bisnis penting."
Erina tentu saja menggeleng.
Nadia menghembuskan nafas dari mulutnya. Ia agak ragu tapi berkata juga." Sebenarnya ibu pergi bersama calon suaminya."
"Oh ya." Agak kaget juga Erina mendengarnya, tapi ia rasa itu hak pribadi seseorang bukan. "Terus kamu setuju?"
"Aku maklum sih jika ibu masih muda dan ingin menikah lagi. Tapi bagaimana dengan ayahku." Nadia menangis terisak-isak, Erina lantas memeluk menenangkannya, bagaimana pun memang agak berat jika ia berada di posisinya, memiliki seorang ayah tiri.
"Kalo kamu tidak setuju, mengapa tidak protes saja pada ibumu?"
Nadia menggelengkan kepalanya, bagaimana pun ia sudah dewasa dan mengerti. "Sebenarnya yang aku tidak setuju adalah ibu akan menikah dengan seorang pemuda yang lebih pantas menjadi anaknya?"
Apa, tentu saja Erina kaget sekali. Nadia lalu bercerita bahwa ibunya dan calon suaminya itu bertemu di butik milik ibunya. Mereka lalu jadi intim apalagi pemuda itu pintar membawa diri, pandai berbicara dan merayu ibunya. Ibunya lalu luluh dan mau menikah lagi bahkan rencananya setelah lebaran nanti resepsi pernikahan akan digelar, hanya di Jakarta saja, sedangkan di Yogyakarta tidak.
Tentu saja Erina tambah kaget, tapi bagaimanapun Bu Lastri adalah orang baik. Ia percaya bahwa Bu Lastri pasti tidak akan salah pilih orang. Ia juga menyemangati Nadia bahwa mungkin saja nanti setelah menikah ibunya akan lebih sayang padanya.
Tiiin!, Bunyi klakson mobil mengagetkan mereka.
"Itu ibu sudah pulang." Bisik Nadia. Erina lantas segera turun ke bawah sedangkan Nadia tampak diam saja ditempatnya.
"Aduh nduk Erina, maaf ya bibi baru datang karena ada urusan." Katanya Bu Lastri.
"Tidak apa-apa kok bi." Jawab Lastri sambil mencium tangannya. Ia senang karena tuan rumah masih ramah seperti biasanya. Wanita paruh baya itu lalu menanyakan kabar keluarganya yang dijawab baik baik saja oleh Erina Bu Lastri lantas mengangsurkan sebuah bingkisan.
"Ini baju untukmu, semoga saja pas. Kalo kebesaran atau kekecilan bilang saja ya, nanti bibi ganti."
Tentu saja Erina jadi tidak enak tapi menerima juga.
"Oh ya, bibi perkenalkan kamu pada seseorang ya. Ia orang spesial bagi bibi. Bibi harap kamu jangan kaget." Katanya. Walaupun sudah menduganya tapi Erina agak sesak nafasnya. Ternyata benar bibinya ini mau menikah lagi.
"Mas, masuk saja mas. Kenalkan pada ponakanku, namanya Erina"
Dari balik pintu depan keluar sesosok pria muda. Erina sendiri tercekat ketika melihat lelaki tersebut karena ia baru menemuinya tadi siang. Siapa lagi kalo bukan Herman.
TAMAT
Bagi2 dooongg!! Ilmunya suhu herman.🙏🙏
Herman yang dikagumi Erina nggak tetnyata lebih dari seorang COWOK MATRE... cinta nya palsu dan semu.
Herman lebih memilih tante-tante lanjut usia daripada Erina yang seumuran.
Aku yakin tante Lastri pun pasti bakal dikibulin karena Herman hanya mau duitnya tante Lastri doang.
Kalau aku jadi Erina sudah aku gampar itu pipi Herman ..😠
Dasar cowok pengeretan..!
COWOK MATRE..!!
Penjahat wanita..!!
Buang aja ke laut..!
Orang daerah, baru pertama kali ke Jakarta, kena scam di terminal atau stasiun, percintaan beda kelas sosial dan status. Tapi seru sih. Harus lebih panjang lagi supaya dramanya dapet. Harusnya dibuat bersambung gitu biar gak singkat banget, siang ketemu, lalu beberapa jam setelahnya udah ending. Ibaratnya baru minum seteguk langsung bilang udah kenyang 😁🙏
Saya jadi penasaran, apa yang akan dihadapin herman setelah ketiga wanita tersebut menyadari kelakuannya, apakah di keroyok massal, diputusin, ato erina dan tantenya ini bakal berantem trus tarik tarikan rambut karena memperebutkan herman, ato malah dapet tendangan maut dari nadia, lalu terjun bebas nyemplung ke kolam 😂
Tapi bisa jadi, si tante akhirnya di poligami dan erina jadi yang kedua, siapa tau.. (sekarang kan lg ngetrend cerita yg begitu) 😂😅
Mungkinkah cerpen ini bersambung ato pembaca nya cuman di php doang sampe disini? 😂
haduh sakit pasti hatinya erina ini, dibohongi dan cinta bertepuk sebelah tangan
tapi kayaknya emang si herman orangnya ga bisaan sih, ga bisa nolak maksudnya hahaha, semuanya aja diembat
kayaknya malam ini baca postingan ini dulu, yang kuntilanak kagak berani buka wkwkwkw, mending siangan
Gimana tidak, di cerpen-cerpen sebelum-sebelumnya juga karakter Mas Herman banyak didapuk jadi seorang lelaki penakluk para wanita. Termasuk di cerpen kali ini juga. Dari ABG sampai wanita usia senja semua dipepet sama karakter Mas Herman.😂
Kok ya banyak dikerubutin banyak cewek lapisan usia ...,ckkkckkk
Ya udin sih, putusin ajah, sekalian minta uang jajan dulu sih hahaha.
Enak ya kalau kita jadi mamak-mamak itu, udah menjalani berbagai macam situasi, jadi saat ada situasi kayak gitu bisa dengan enteng memutuskan :D
-traveler paruh waktu
Lagipula Erina masih muda, masa mau habiskan usia 20'annya sama laki-laki hidung belang 🤪 better cari lagi yang lebih dari si Herman 😂 well eniwei, untuk Erina, sudah fokus studi dulu saja sampai lulus terus cari kerja, nanti jodoh akan datang pada waktunya 😁
Apa resepnya ya
Wah itu ganti dong bon kasirnya
Wah terpikat oleh daya tarik seseorang yang pandai bicara di depan umum seperti seminar2, biasanya klo masih polos mah begitu. Suka terbawa suasana oleh sosok yang berkarisma. Hehehe...kudunya harus menggali lebih dalam supaya dapat pangerannya itu beneran yang jelas bibit bebet maupun bobotnya. Klo langsung naruh hati setelah ngliat sepintas apalagi sampai memutuskan nembak dari fb.....kasiman juga jadinya. Dapatnya malah kucing dalam karung.
Eh tapi sering banget mas tokoh cerpen cowoknya dibikin karakter yang mendua mulu, sekali kali dibikin setia ngapa, terus akhirnya happy ending, hahahahhahaha
Baca begini pas malam2 dan lg geirmis syahdu. Ngilu hatiku :(
sini sama om
#eh
Ya ampooooooon, rumit sekali ini wgwgw :D
Sudah tercium bau-bau lelaki yang hidung belang, pas abis makan langsung kabur 😂
Mantap mas cerpennya
Lebih baik Mba Erina tahu kelakuan buruk Mas Herman sebelum memutuskan untuk serius. Cari lagi yang lebih baik, Mbak eee.☺
Saya udah curiga saat Herman dapat telepon dan menjauh lalu tiba2 pergi. Hmmm..