Menemukan uang 50 ribu di jalan
"Bapak, minta uang buat jajan pak." Rengek seorang anak kecil berusia 10 tahun pada bapaknya.
"Bapak belum ada duit Jaey, Jualan di pasar lagi sepi, ini bapak mau ke pasar malam, siapa tahu nanti banyak yang beli biar ada uang buat jajan." Jawab bapaknya. Memang akhir akhir ini harga cabe dan sayuran lagi naik sehingga pembeli banyak yang ngirit. Jadi kadang Satria berjualan lagi di pasar malam karena di pasar Cikande kadang sepi banyak saingan, beda dengan di pasar malam, yang jualan sayuran sedikit, lebih banyak yang jualan baju dan mainan.
Anak kecil itu manyun. Ia lalu minta duit pada ibunya, tapi jawabannya pun sama.
"Udah, main saja sana sama Agus dan Herman, siapa tahu nanti pulang bapakmu sudah bawa duit banyak."
Terpaksa anak kecil itu menurut, mau nangis sampai guling guling juga tidak bakal dikasih duit, yang ada nanti malah pahanya habis dicubit.
Jaenudin lalu pergi keluar ke rumah temannya. Herman lalu mengajak Jaenudin ke danau yang ada di sebelah desa, sedangkan Agus entah kemana. Paling teman sekelasnya itu main layangan di sawah, sedangkan ia dan Herman kurang suka main layangan, soalnya sering kalah kalo di adu.
Mereka lalu berenang di danau kecil itu. Danaunya agak sepi, hanya tampak tiga orang saja yang sedang mancing.
Setelah puas bermain di danau kecil itu maka mereka berdua lalu memanjat pohon kersen yang tumbuh lebat di pinggir danau. Kebetulan buahnya banyak yang sudah berwarna merah.
Saat sedang asik makan buah kersen diatas pohon itulah anak kecil itu melihat ada sesuatu berwarna biru di bawah pohon. Ia segera kebawah lalu mengambilnya dan memasukkan ke kantong celana.
"Ada apa Jaey?" Tanya Herman dari atas.
"Ah enggak, tadi buahku jatuh jadi aku ambil."
Oh, hanya itu jawaban temannya biarpun Herman cukup heran, bukannya diatas masih banyak buah kersen merah, ngapain turun ke bawah.
Setelah puas makan maka mereka lalu pulang dan berpisah.
Setelah temannya pergi maka bocah 10 tahun itu lalu memasukkan tangannya ke kantongnya. Matanya berbinar-binar ketika ia melihat yang 50 ribu di tangannya. Iya, ia tadi melihat uang jatuh di bawah pohon. Ia coba kucek-kucek matanya tapi yang itu beneran ada.
Asyik, aku bisa beli mobil mobilan kesukaan ku katanya kegirangan.
Kembalikan uang itu nak.
Tiba-tiba ada suara di telinganya, suaranya seperti kakek-kakek. Bocah itu menengok ke kiri dan kanan tapi tidak ada seorangpun.
Aneh, siapa tadi yang ngomong ya batinnya, tapi ia cepat melupakan lalu segera pulang dengan hati senang, apalagi dilihatnya matahari sudah mulai terbenam di barat.
* * *
Malam itu Satria pulang dengan gembira. Dagangannya di pasar malam cukup laku, biarpun tidak habis semua tapi lumayan banyak yang beli.
Jam 8 malam ia putuskan untuk pulang dulu biarpun pasar malam itu bubarnya tengah malam. Setelah membeli beberapa jajanan kesukaan anaknya seperti kue pukis pandan, juga risoles dan lumpia goreng untuk rohaya istrinya maka iapun pulang.
Setelah memasukkan barang dagangannya ke dalam keranjang di jok belakang maka lelaki berusia 40 tahun ini menstarter motor Honda Supra nya. Bunyi suara glodak glodak tidak ia pusingkan karena memang jalannya jelek. Sebenarnya dulu sudah di aspal tapi sayangnya sudah rusak kembali.
Sepanjang jalan ia gembira karena bisa membelikan jajanan dan makanan untuk orang yang disayanginya. Setelah setengah jam akhirnya ia sampai di rumah.
Tapi sayangnya kegembiraan nya langsung lenyap ketika Rohaya istrinya keluar sambil menangis." Pah, anak kita pah."
"Memangnya kenapa dengan Jaey mah. Ia jatuh?" Katanya bingung apalagi istrinya menangis sambil mencucurkan air mata.
Wanita itu menggeleng." Cepat lihat pah."
Lelaki itu langsung masuk kedalam. Dilihatnya anaknya sudah ada di ranjang, Tapi sayangnya ia bukan tidur tapi berguling-guling di kasur seperti meronta-ronta, anehnya mulutnya diam saja, hanya matanya yang melotot melihat ke kiri dan kanan. Ranjang kayu itu agak berbunyi dan goyang-goyang karena gerakannya.
"Jaey, kamu kenapa Jaey." Teriaknya khawatir, tapi sayangnya anaknya tetap berguling-guling. Ia mencoba memegangnya dan kaget badannya panas.
"Kenapa Jaey bisa begini mah?"
"Entahlah pah, aku juga tidak tahu. Tadinya ia biasa saja nonton TV, lalu bilang ia ngantuk padahal baru Maghrib, tapi aku biarkan saja masuk kamar. Ketika aku menengoknya ia sudah begini." Jawab istrinya sambil menangis.
"Jaey, nyebut nama Allah Jaey." Kata bapaknya sambil mengelus-elus anaknya.
Tapi sayangnya bukan ucapan asma Allah yang ia dengar darinya tapi sebuah tindakan tak terduga.
Buukkk! Sebuah tendangan dengan keras menghantam dadanya sehingga laki laki itu terjengkang dan jatuh dari ranjang. Rohaya tentu saja berteriak histeris, bagaimana mungkin anaknya yang masih kecil bisa memiliki tenaga sekuat itu. Lagipula ia tahu anaknya tidak mungkin berani pada bapaknya.
Astaghfirullah, Satria segara bangun. Ia tiba-tiba teringat dengan cerita langganannya yang beli sayuran di lapaknya bahwa ada seorang bujangan di desanya yang mati dengan tidak wajar. Bujangan itu sebelum mati katanya seperti kesurupan, menendang siapapun yang coba mendekatinya. Kata orang-orang sih ia jadi tumbal.
"Bu, jagain anak kita ya, aku mau ke kyai Dahlan." Katanya lalu tanpa banyak cakap langsung keluar. Setelah menaruh barang dagangannya dengan buru-buru ia langsung tancap gas. Tanpa perduli jalan yang berbatu ia kebut motor tuanya itu sehingga menimbulkan bunyi glodak-glodak. Lima menit kemudian ia sampai di rumahnya. Ia cukup sering kesini karena kyai Dahlan kadang membeli dagangannya.
Setelah mengucapkan salam yang dijawab oleh anaknya kyai Dahlan, lelaki itu lalu mengutarakan maksudnya untuk bertemu, beruntung orang tua itu ada di tempat.
"Pak kyai, cepat tolong anak saya pak kyai." Ujar Satria dengan nafas ngos-ngosan, maklum kalo telat nyawa anaknya bisa melayang.
Ulama itu lalu manggut-manggut setelah pria di depannya cerita." Memang anak kamu habis dari mana Sat?"
"Kurang tahu pak kyai, aku sedang jualan, pulang dari pasar malam tahu-tahu jaey begitu. Cepat ke rumah ya kyai."
"Baiklah, hayo segera kesana."
Begitu mereka sampai ke rumah, Satria agak kaget karena tempat tinggalnya kini agak ramai, beberapa tetangga rupanya datang.
"Tolong keluar, jangan bikin sesak disini." Pinta orang tua itu ketika melihat banyak orang di kamar, yang segera dituruti oleh warga desa.
Kyai Dahlan lalu melihat anak kecil itu dan geleng-geleng kepala ketika melihat makhluk halus berkulit hitam dengan wajah menakutkan dengan mata merah menyala sedang berusaha mencekik dan menyeret roh bocah tersebut, hal inilah yang menyebabkan Jaenudin guling guling kesana-kemari.
"Kyai, bagaimana ini." Tanya Satria kebingungan ketika melihat orang tua yang rambutnya sudah putih semua itu hanya melihat-lihat saja dari tadi.
Ulama desa itu menghembuskan nafas dari hidungnya pertanda agak prihatin." Anakmu itu mau dijadikan wadal, jadi tumbal oleh seseorang."
Tentu saja Satria dan Rohaya terkejut bukan main." Masa kyai menuduh kami melakukan pesugihan."
"Yang menuduh kalian itu siapa." Sahutnya cepat." Aku melihat ada makhluk gaib yang ingin menyeret anakmu ke alam mereka, katanya ia sudah dijadikan tumbal, jadinya anakmu itu tersiksa begini."
"Ya Allah ya Rabbi, siapa yang tega melakukan hal begini. Aku cari nafkah dengan halal kyai. Aku rasa kyai tahu sendiri."
"Aku tahu Sat, tapi yang pasti, anakmu ini membawa sesuatu yang berhubungan dengan makhluk jahat itu. Mungkin kamu tahu sesuatu?"
Rohaya langsung berkata." Aku tahu kyai, tadi sebelum Maghrib anak saya pulang dengan senang, katanya menemukan duit 50 ribu di jalan, buat beli mobil-mobilan katanya besok."
"Pasti itu, ada orang yang nyari tumbal dengan cara buang duit, siapa yang mengambil apalagi memakannya langsung jadi tumbal. Kamu tahu dimana uang itu?" Tanya kyai Dahlan cepat.
"Mungkin masih di sakunya kyai."
Satria langsung bergerak cepat, ia merogoh saku anaknya, tapi sudah dicari semuanya sayangnya tidak ketemu.
"Kamu tahu mungkin dimana jaey menyimpan uang itu Rohaya?" Kata Satria pada istrinya, yang dijawab dengan menggeleng.
"Biar aku saja Sat." Tanpa menunggu persetujuan tuan rumah, kyai Dahlan lalu segera merogoh kantong kiri bocah itu. Mulutnya tampak komat-kamit dan ketika ia menarik tangannya, sebuah uang kertas 50 ribu sudah ada ditangannya.
Satria tentu saja melongo karena ia tadi sudah bolak-balik memeriksa tapi tidak menemukan uang disana.
Ulama itu segera membungkus uang tersebut dengan kain putih yang ada di kamar." Satria, cepat kamu buang duit ini di kali Jayanti, biar uang ini kembali kepada pemiliknya."
"Baik pak kyai." Ia segera menerima kain putih itu." Siapa yang begini jahat pada anak saya kyai."
Orang tua yang sudah ubanan itu tersenyum." Tak bisa aku kasih tahu namanya, tapi besok kamu pasti tahu. Jangan lupa, baca surah An-Nas sepanjang jalan kesana ya. Cepat buruan sebelum terlambat."
Lelaki itu segera menstarter motor Honda Supra nya dan langsung tarik gas tanpa peduli beberapa pertanyaan dari tetangga. Sepanjang jalan ia tidak lupa membaca ayat Alquran.
Baru keluar dari desanya motor tiba-tiba berulah, mesinnya batuk-batuk lalu tiba-tiba mati begitu saja.
Panik lah Satria, ia segera mengengkol kendaraan roda duanya sekuat tenaga, tapi sampai keluar keringat dan kakinya sakit motor tersebut tidak mau hidup.
Keringat dingin keluar dari tubuhnya, apakah setan yang hendak menjadikan anaknya tumbal menghalanginya, ia melihat sekeliling dan keadaan gelap gulita, maklum sudah mau tengah malam dan motornya mogok di tengah kebun.
Tiba-tiba muncul cahaya dari kejauhan membuatnya kaget. Ia menarik nafas lega karena ternyata itu cahaya lampu motor yang dinaiki oleh Herman tetangganya. Ia baru pulang dari pasar malam.
" Kenapa kang?" Tanyanya ketika melihat motor
"Ini Man, motorku mogok, aku takut..." Ia urung melanjutkan ucapannya, takut barang kali dedemit pesugihan mendatanginya.
"Coba lihat bensinnya."
Satria terkejut dan langsung membuka jok motornya karena jarum bensinnya sudah lama mati. Ia hanya bisa tepok jidat ketika melihat memang motornya mogok karena kehabisan bahan bakar. Baru ia ingat, sudah beberapa hari tidak isi bensin.
"Herman, cepat antar aku ke kali Jayanti ya." Pintanya pada tetangganya itu.
"Waduh, aku baru mau istirahat kang."
"Sekarang Man, nanti di jalan aku ceritakan sebabnya." Ujar Satria dengan keras. Herman langsung menurut, pasti ada hal penting makanya tetangganya itu seperti kerasukan, sementara motor Satria ditinggal begitu saja.
Beruntung tak ada halangan di jalan. Setelah 15 menit akhirnya mereka sampai di sisi kiri sungai lebar yang menjadi batas kotanya dengan kota tetangga. Agak ngeri juga melihat sungai malam hari, segera ia lemparkan dan berdoa kepada Allah, semoga anaknya sembuh.
25 menit kemudian mereka sampai rumah. Lelaki itu menghela nafas lega ketika melihat Jaenudin sedang tidur pulas. Para tetangga hanya tinggal satu dua saja yang masih betah dirumahnya.
Ia segera mencium tangan kyai Dahlan." Makasih banyak atas pertolongan pak kyai." Katanya dengan suara berat karena terharu.
Orang tua itu hanya tersenyum." Berterima kasihlah kepada Allah Sat, ia yang Maha Penolong, aku hanya perantara saja."
Setelah ulama desa itu bilang kalo semuanya baik-baik saja maka iapun pamit. Sudah ada anaknya yang menunggu di luar rumah.
"Ini buat pak kyai." Kata Satria sambil memberikan dua kilo kentang, setengah kilo cabe merah dan beberapa ikat sayuran yang sudah dibungkus kantong plastik hitam.
"Ah tidak usah Satria, aku ikhlas menolong." Tolaknya dengan halus.
"Ah, tidak apa-apa pak kyai, tolong jangan ditolak."
"Kalau begitu..." Orang tua itu menghentikan ucapannya.
Melihat orang yang sudah menolongnya itu seperti sungkan maka Satria cepat-cepat bicara." Pak kyai mau ngomong apa, silahkan saja tidak usah sungkan."
Akhirnya ia bicara." Begini Sat, aku sedang tidak punya uang, apa bisa hutangku dianggap lunas saja?" Katanya sambil tertawa.
Satria jadi tertawa juga." Tidak apa-apa, aku anggap lunas utang pak kyai." Jawabnya walaupun dalam hati agak cemberut juga sebab jumlah utangnya hampir lima kali lipat dari sayuran yang hendak ia kasih.
Akhirnya setelah mengambil sayuran yang ada di kantong plastik hitam kyai itupun pulang. Satria hanya geleng-geleng kepala saja, tidak apa-apa lah, yang penting anaknya selamat.
Dan esok harinya warga desa geger ketika pak Leman juragan beras di desa itu mati dengan mata melotot.
TAMAT
Berarti orang orang tua di desa saya itu bener banget ya nasehatnya. Kalau nemu duit yang tidak jelas jangan buru buru hepi untuk kesenangan kita sendiri. Mending jangan diambil. Ada juga yg bilang, kalaupun tetep mau diambil mending dimasukin kotak amal mesjid. Biarpun yang ditemu cuma receh sekalipun.
Btw, itu mas satria memang aslinya jualan juga kah di dunia nyatanya? Kayaknya sangat menghayati peran banget
Ngeri juga ya kalau ada yg buang tumbal dengan cara buang uang kaya gitu, mreka yg pesugihan knp hrs menumbalkan orang lain yg bahkan ga mreka kenal sih, nyebelin bgt beneran, kalau di tipi2 kn numbalin keluarganya hahaha.
Kalau nemu duit dijalan selama kita yakin itu memang duit orang yang tanpa sengaja jatuh yaa ambil saja. Berarti itu memang rezeki kita.😁😁
Yang repot tuh kalau nemu perempuan dijalan.???🤣🤣🤣
pohon karsen...bisa dipenek tah? licin kayaknya ya kayunya hehehe
mbul sih udah firasat kok motornya bunyinya glodag glodag...tetnyata blom diisi bengsin 😂😌
jadi pengen kue pukis and risol
bagi dong mas? wkwkkwkwk...
jadi ngebayangin sungai jayanti di malam hari, arusnya deras ga ya #sambil buka peta
kalau nemu uang di jalan memang dilematis ya. Tapi aku jarang nemu duit di jalan kalau jumlahnya gede sih wkwkwk...seringnya gopekan wkwkkwk..uang logam hahahhahah
Saya juga pengin kaya seperti juragan-juragan itu, tapi mudah2an nggak dengan cara hitam begitu. Kerja keras bagai kuda nggak masalah, asal halal.
serem....
Pak kyai Dahlan ngutangnya banyak ugaa yak mas Agus 😅
Tapi ngakak juga denger si kyai minta lunasi utang hahahahhaa. Ngutang juga nih pak kyai 😄..
Banyak yang bilang kalau nemu duit di jalanan atau mana saja jangan diambil katanya itu duit sial padahal yang sial tuh yang kehilangan duitnya.. wkwkwk
Aku baru tau ada kisah rakyat yg begitu, jadi begidik juga bacanya setelah tau dari baca itu. Aku pernah gk ya nemu duit, kyknya sering, seribuan dan langsung buat beli kelereng 🤣
Jika dikaitkan dgn sisi agama, menemukan duit/harta ini juga ada aturannya, boleh diambil/disimpan tapi tak boleh dipakai, harus diumumkan terlebih dulu, jika tak ada yg mengaku dan setelah waktu tertentu disimpan dan tak ada pemiliknya yg mengambil baru deh sah jadi milik kita. Jadi jika kita mengikuti aturan agama insyaAllah terbebas dari tumbal itu 😅
Btw ini baru loh saya tau cerita, di mana ternyata tumbal bisa dialihkan gitu.
Untung aja bisa diselamatkan ya
yang ngeri jadi sakir keras
mending dikasih ke kotak amal aja atau diumumin
tapi klo nmeu uang di celana si malah berkah hahahhaha
Waduh kok serem ya ceritanya jadi takut kalo nemu duit atau barang berharga di jalan. Jangan-jangan nanti kayak si jaey...
Tapi sejauh ini saya belom pernah nemu begituan di jalan, kalau di dompet sendiri sih pernah, paling 5000 an... 😁
Ceritanya kocak dan menghibur. Tulisan Om Agus selama 2 tahun aku maen ke blog ini selalu keren.. kocak dan absurd hahahaa 😍😍
Bagian yg menurutku paling merinding; ketika seorang ayah pulang bekerja (dalam hal ini berjualan di pasar malam), membelikan oleh oleh berupa makanan dan jajaban buat anak dan istrinya. Seorang ayah yang berjalan pulang dengan hati yang sangat senang sekali, padahal pasti ia lelah sekali.
Duh duh.
Sehat2 buat seluruh ayah di dunia yang selalu semangat mencari nafkah yg halal buat anak istrinya 😍
Tapi nggak apalah, yang penting Jaey selamat ya Bang.