Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belanja di Minimarket


 "Nif, jangan lupa sholat ya. Kalo mau kerja jangan lupa sarapan dulu." Begitu pesan ibuku lewat video call, yang segera diiyakan oleh olehku dengan anggukan.

Waktu pulang kampung saat lebaran aku memang mengajarkan ibuku panggilan video atau video call agar lebih jelas saat komunikasi. Sejak saat itu ibu sering menelepon ku, kalo bapakku hanya sesekali saja.

"Bagaimana dengan Mira? Kapan kamu akan pertemukan ibu dengannya."

Miranda  adalah wanita yang aku cintai, tapi sayangnya cintaku ditolaknya.

"Ntar mak, Mira lagi sibuk."

Setelah beberapa obrolan aku memutuskan panggilan video itu karena temanku satria berteriak karena waktu kerja sudah mepet.

* * *

Sudah seminggu ini ibu tumben tidak pernah menelpon atau video call lewat WhatsApp, padahal biasanya minimal sehari itu pasti telepon.

Aku yang cemas segera menelepon kakakku yang rumahnya bersebelahan.

"Mbak, apa ibu dan bapak sehat saja?"

"Oh sehat Nif."

Aku lalu bertanya kepada ibu jarang menelepon. Mbak yu lalu menjelaskan bahwa Minggu lalu hapenya jatuh ketika bapak baik motor dan layarnya pecah. Butuh waktu dua Minggu karena sparepart nya harus beli dulu kata tukang servis nya.

"Apa aku panggil ibu Nif?"

"Oh ngga usah mbak."

Syukurlah emak ngga apa-apa pikirku.

Esok harinya karena hari libur maka aku hanya main game saja di kamar, begitu juga dengan temanku satria dan Herman. Memang begitulah kegiatan kami bertiga kalo tidak ada pekerjaan. Satria aku lihat sedang asyik baca berita sedangkan Herman menonton YouTube, paling menonton videonya Nella kharisma atau Via Vallen. Maklum, ia penggemar dangdut koplo.

"Khanif, mau kemana?" Seru temanku ketika melihat aku bangun dari kasur.

"Ke Indomaret mas."

"Oh, aku titip rokok ya." Kata satria sambil menyebutkan nama rokoknya sambil memberikan uang. Herman juga minta dibelikan sebuah minuman, yang kujawab dengan anggukan.

Aku ambil sandal lalu keluar Kontrakan. Ternyata cuaca agak mendung, untungnya tidak turun hujan. Karena jaraknya agak dekat maka ku putuskan untuk jalan kaki saja.

Sepuluh menit kemudian aku sampai juga ke minimarket. Cukup sepi, hanya ada seorang ibu-ibu seumuran dengan emakku dan juga seorang gadis berbaju merah memakai jilbab putih yang sedang mencari sesuatu di rak bagian kosmetik.

Ku pura-pura menuju rak mie instan yang bersebelahan dengannya, ku lihat gadis itu manis juga, tak kalah dengan Miranda tapi aku keder bagaimana berkenalan dengannya.

Gadis berhijab putih itu mengambil suatu produk lalu pergi ke bagian lain.

Aku ambil mie instan beberapa bungkus lalu melihatnya lagi. Sial, ia tidak kelihatan. Apa ia keluar ataukah...

Tiba-tiba punggung ku ada yang menepuk. Ku menengok, kuharap dia dengan senyum manis mengajak berkenalan.

Sial, ternyata ibu-ibu yang belanja tadi.

"Ada apa Bu?" Tanyaku sopan.

"Ah enggak nak. Maafkan ibu."

"Ah ngga apa-apa Bu."

Ibu itu melihatku lagi lalu menghela nafas. Melihat itu aku bertanya lagi." Kenapa Bu, apa ada yang salah denganku?"

"Ah enggak nak. Cuma.. cuma kamu mirip dengan anakku."

Oooh, hanya itu jawabanku.

"Anakku seumuran dengan mu, usianya dua puluh dua tahun. Kamu juga kan."

Agak GeEr juga aku, karena umurku hampir tiga puluh tahun, kurang setahun doang tapi disangka masih 22. Apa aku awet muda ya.

"Anak ibu dimana? Apa di parkiran?"

"Enggak nak, anakku kerja di Kalimantan di pertambangan jadi tidak menemani ibu. Anakku hanya pulang dua tahun sekali sehabis kontrak. Sudah setahun lewat ia belum pulang ibu jadi kangen, makanya kalo lihat pemuda seumuran dengan dia, ibu kadang lupa diri, menganggap nya anak sendiri. Maafkan ibu nak." Jelasnya sambil menitikkan air mata.

"Oh ngga apa-apa Bu, aku senang kok. Soalnya ibu seumuran dengan ibuku." Aku buru-buru menanggapi.

"Oh syukurlah. Kau baik banget nak."

Aku hanya tersenyum saja.

"Maukah kamu ku anggap anakku nak?"

Aku tentu saja agak kaget.

"Oh, hanya sekedar buat ngobrol nak. Ibu kesepian, dirumah sendirian. Tapi kalo tak mau ya tidak apa-apa." Ia kelihatan kecewa.

"Ngga apa-apa Bu, anggap saja aku anakmu." Melihatnya kecewa maka aku tak tega. Ya begitulah aku, orangnya tak tegaan, lagian hanya ngobrol saja kan. Siapa tahu ibu itu punya tetangga yang anaknya cantik hehehe...

"Terima kasih nak." Ibu separuh baya itu memelukku. Aku hanya tersenyum.

"Nama mu siapa?"

"Aku khanif Bu."

"Ibu sekarang hendak pulang. Kuharap kamu mau mengangguk nanti pada ibu ini."

"Baik." Jawabku.

"Ibu sekarang mau lanjut belanja, mau menemani sebentar? Ayolah, cuma sebentar."

Walaupun sebenarnya malas tapi aku turuti juga takut ia kecewa. Ia belanja barang cukup banyak, lebih banyak dari keperluan ku. Sambil belanja ku coba melihat gadis berbaju merah tadi tapi tak kelihatan, mungkin sudah pulang. Sebagai gantinya ada tiga pengunjung lagi, seorang bapak-bapak dan dua orang gadis remaja tapi aku kurang tertarik karena kurang menarik.

"Nak, ibu hendak pulang sekarang. Kuharap kau nanti mau melambaikan tangan nanti pada ibu."

Aku lega, setidaknya bisa bebas. Aku mengangguk.

Ia lalu ke meja kasir sementara aku melanjutkan memilih barang.Tak banyak belanja ku, hanya mie instan, roti untuk cemilan dan beberapa potong kue. Juga beli minuman pesanan Herman. Kalo rokok paling nanti di kasir.

"Nak khanif, ibu pulang dulu ya." Ibu itu berteriak ketika aku sedang memilih roti yang beberapa rak dari kasir. Di tangannya tampak dua tas plastik besar.

"Ya Bu." 

Ia meletakkan plastik besar itu untuk melambaikan tangannya. Aku mengangguk sambil melambaikan tangan juga.

Setelah ibu itu pergi aku lalu maju ke kasir. Semua barang belanja di scan. Aku lalu menunjuk sebuah rokok yang ada di belakang kasir.

"Berapa semuanya?"

"Semuanya sejuta seratus lima puluh ribu." 

Tentu saja aku terkejut bukan main. Perasaan belanjaan ku tidak sampai dua ratus ribu. Tentu saja aku protes.

Kasir itu menjawab." Ini semua dengan belanjaan ibu mas tadi, katanya nanti mas yang bayar."

Modyar.

TAMAT

Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

19 komentar untuk "Belanja di Minimarket "

  1. Hahaha modyar, diakrabin ternyata disuruh bayar belanjaan 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin tahu khanif habis gajian ya Jaey.😅

      Hapus
  2. Wkwkwk...mosok Khanif kalah ama emak"😂..percaya aja Ama tangisan wanita..ketipu jugak akhirnya...belum berpengalaman siii😁

    BalasHapus
  3. wkwkwk ternyata ibunya licik nalah di suruh bayar belanja'an :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan dapat belanjaan gratis dua plastik besar mas.😁

      Hapus
    2. iya cuma bayar tok, belanjaanya gal 😁

      Hapus
  4. ternyata ibu tersebut udah punya anak tunggal laki laki dewasa 22 tahun lebih muda dikit dari si khanif ya mas agus..☺ berarti si anak yg di rantoan harus sering2 kasih kabar ke ibunya ya biar ibu tersebut ga feeling lonely...jd inget lagu korea...wkwk

    akankah anak bujang tersebut suatu saat nanti ketemu dengan si khanif?

    aku salfoksnya mlh sama pengunjung minimarket yang manis itu 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya anak bujang itu suatu saat akan ketemu khanif lalu mereka saling jatuh c....😂😂😂

      Kayaknya gadis berbaju merah itu namanya Pratiwi.🤣

      Hapus
  5. ga kunjungan balik nda po po mas gus hihihi ku cuma baca cerpen ke sini karena tetiba ada updatean aja, jadi ku baca sebagai pembaca blog sarilah aja😂...bukan karena minta dikunbal wkwkk..😂🙏

    三三ᕕ( ᐛ )ᕗ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf mbul lagi banyak kerjaan jadinya jarang kunbal.🙏

      Hapus
  6. Modus penipuan baru nih... wkwkwk.. kapan-kapan dicoba ah.. wkwkwk.. Khanif.., Khanif.., kasihan amat lu jadi orang.. Gawat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena khanif masih polos, sama kayak Herman kalo pacaran dengan Ningsih.😅

      Hapus
  7. ya ampun khanif polos bgt....mungkin karena dibilangnya usia 22 sama ama anak ibunya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul juga ya, kayaknya gara gara disanjung masih muda padahal udah...😁

      Hapus
  8. 🤣🤣🤣🤣 makanya jangan jadi orang ga enakan nif, mau tua kek, mau muda, apalagi kalo udh cantik doang, latihan cuek aja 😂. Pake terpikat Krn dibilang seusia pula hahahahhaa. Untuk fiksi ya mas, emosi jiwa kalo beneran 🤣

    BalasHapus
  9. Hahahahaha, Tau gitu diriku ikutan juga, lumayan dibayarin, wakakakkaka.
    etapi dalam dunia nyata keknya ada loh yang kayak gini :D

    BalasHapus