Pengalaman menakutkan di ATM
Daftar Isi
Hai, perkenalkan nama saya Eny. Masih ingatkan dengan saya yang kerja di Ceriamart yang melayani BPJS kesehatan. Nah, kali ini aku mau berbagi kisah dengan mesin ATM yang menurutku cukup menakutkan. Ya tidak terlalu menyeramkan amat sih seperti ibu yang bayar premi BPJS.
Harap diketahui bahwa manager kami membayar gaji karyawan melalui Bank. Dan karena aku tinggal di pedesaan maka otomatis tidak ada bank untuk menarik uang dan kami diberikan kartu ATM untuk mengambil gajian kami.
Bagi saya, ATM merupakan sebuah keajaiban. Dari kartu yang tipis itu (setipis gajian saya) kita bisa melakukan berbagai hal seperti melakukan penarikan uang, transaksi ke berbagai toko online, semua ada dalam genggaman tangan, termasuk genggaman tangan mantan yang lebih memilih wanita lain untuk tinggal serumah dengannya.
Sebenarnya ada hal lain yang membuat saya jatuh cinta dengan ATM. Saya sebenarnya punya fasilitas lain dari bank seperti mobile Banking di smartphone, tapi sayangnya sinyal hapenya seperti mantan saya, suka datang dan pergi seenaknya,
Beberapa waktu lalu, kecintaan dan kesetiaan saya kepada ATM mendapat ujian. Saat pulang kerja dari minimarket jam 11 malam tiba-tiba perut saya membuat suara alam atau keroncongan. Setelah saya ingat-ingat, kok baru sadar kalo saya cuma makan nasi jam 3 sore saat mau berangkat kerja. Setelahnya ya belum makan, cuma ngemil gorengan lima, makan bakso sama Desy, dan ditraktir mie ayam sama manager.
Bergegas saya keluar rumah, tentunya tidak lupa membawa jaket agar ada yang memberi kehangatan, biarpun sang mantan sudah menghilang. Motor matic segera saya keluarkan dan menuju ke tempat makanan yang masih buka.
Tiba-tiba saya ingat. Segera saja saya buka dompet dan meringis karena yang ada uang selembar yang hanya cukup untuk membeli dua gorengan dan kartu ATM kesayangan saya. Segera saja batalkan lantas menuju ke ATM terdekat.
Perlu diketahui aja ya, karena masih terpencil maka desa saya tak ada tempat mesin ATM. Saya segera saja menuju ke kota. Tidak terlalu jauh sih, cuma 10 km saja. Jadi ngga jauh, juga ngga dekat.
Papan nama bank tempat saya menyimpan uang dari kejauhan sudah nampak. Syukurlah, gumam saya dalam hati. Karena ATM tersebut buka 24 jam hanya saja tidak memiliki layanan UGD. Perlahan saya kurangi kecepatan sepeda motor. Akhirnya saya tiba di ATM tersebut sekitar pukul 11.30. Dan saya baru sadar bahwa bertepatan dengan hari Jumat Kliwon. ATM tersebut sepi. Letaknya sedikit masuk dari jalan raya. Haduh Gusti…
Setelah memakirkan sepeda motor. Saya perlahan mulai jalan menuju ke mesin ATM. Pohon-pohon besar menjulang di kanan kirinya, mana banyak daun berserakan lagi. Setiap kaki melangkah mau tak mau harus menginjak dedaunan tersebut. Suara daun terinjak menjadi teman menuju ATM.
Angin malam sesekali menerpa tengkuk dengan lembut. Beberapa kali saya sengaja untuk menengok ke sekeliling. Memastikan semuanya baik-baik saja. Sekaligus berdamai dengan bulu kuduk yang sudah mulai meremang. Duh!
Memasuki ATM perasaan saya kok tak kunjung tenang. Bagaimana tidak? Hawa dingin dari AC menyergap dengan cepat. Sekali lagi saya melihat sekeliling, apakah aman atau tidak? Kaca di ruangan ATM sudah mulai berembun yang nampak hanya sorot lampu jalan. Itu pun remang-remang tertutup embun. Bulu kuduk semakin merinding tak karuan.
Akhirnya uang sudah berhasil ditarik tanpa kesulitan berarti. Ada untungnya juga sih narik uang tengah malam, soalnya kalo siang atau sore saya takut, bukan takut kelihatan PIN nya, tapi takut kelihatan isi saldonya yang merana, seperti hati saya yang ditinggal dia.
Saya segera menuju sepeda motor dengan sedikit berlari. Tiba-tiba sebuah suara mulai terdengar di belakang. Langkah kaki saya terhenti, berharap itu hanya ilusi. Pundak saya ada yang menahan. Saya tak bisa meneruskan langkah. Bayangan akan makan nasi goreng campur telor berubah menjadi teror.
“Mbak..mbak…” suara itu semakin meruntuhkan keberanian di dalam diri saya. Tetapi sebagai wanita masa kini yang punya harga diri walaupun sering disakiti, saya beranikan untuk melihat ke belakang.
Sesosok lelaki dengan badan besar. Wajahnya tidak nampak jelas karena gelap, tajam menatap ke arah saya. Sejenak saya amati, kakinya masih menyentuh tanah. Sedikit berkuranglah rasa takut saya. Setidaknya yang saya hadapi masih manusia.
“Oya ada apa mas?” jawab saya masih sedikit terbata.
“Bayar parkir dulu mbak,” suruh lelaki itu.
Mematung dan tak bisa berkutik, segera saja tangan saya tanpa dikomando langsung merogoh dompet. Lumayanlah masih ada sisa uang di dompet tadi. Kemudian saya mengulurkan tangan dan memberikan uang tersebut kepadanya. Setelah menerima uang itu lantas ia membalikkan badannya dan mulai berjalan. Membawa uang yang saya berikan dan kembali menghilang di balik kegelapan. Tak ada percakapan lagi di antara kami berdua.
Tamat
...
......
........
............
.................
....................
.........................
Cieeee ngambek nih yeeee...tulisannya di kritik..hihihi.
Tadi cuma bercanda.:)
Aslinya...., artikel ini menarik loh...,buktinya saya baca sampai habisss....hahahah.
hantu tukang parkir, datangnya nggak tahu, giliran pulang dia muncul.
Etapi, kenapa semua tokohnya Eny sih? :D
Move on dong :p
Tapi emang tukang parkir itu nyeremin lho, mas Agus. Setiap kali aku parkir motor, gak ada siapa-siapa. Pas mau ambil motor, muncul orang yang narik uang parkir.😂