Sebuah cerita di sore hari
Daftar Isi
Setelah membersihkan kamarnya maka Rey lalu ke ruang tamu. Ia memang sedang menunggu seseorang yaitu Eny. Ia adalah tetangga sebelah rumahnya. Orangnya ramah dan baik sebenarnya, cuma kadang mulutnya tidak bisa diam atau hobi ngerumpi, ada saja bahan obrolannya, dari masalah anak, harga sembako yang makin naik, terutama gosip tetangga. Kalo sudah mengobrol maka bisa dari pagi sampai sore, bahkan kalo tidak dipanggil suaminya mungkin bisa sampai pagi lagi
Salah satu gosip yang rame dibicarakan kemarin adalah pak Broto yang ketahuan poligami sehingga ia cerai dengan istrinya. Rey yang adalah orang baru di perumahan tersebut kadang terbantu dengan informasi darinya. Informasi itu bisa ia tuangkan dalam bentuk tulisan di blognya, misalnya " jadi ini alasan mengapa (ada) suami (tega) berpoligami".
Ting tong, bel dirumahnya berbunyi dan mbak Eny tampak muncul di ada di depan pintu.
"Hai mbak Rey"
"Eh mbak Eny, ngapain disitu saja, masuk saja." Seru Rey ketika Eny terlihat sungkan.
Setelah berbasa-basi sebentar lalu Eny lantas masuk. Dia adalah wanita yang umurnya sebaya dengan Rey yaitu 30 tahun-an, itu sebabnya ia akrab dengannya. Ia sendiri baru pindah dengan suami dan anaknya tiga bulan lalu. Mereka pilih perumahan ini selain harganya murah karena KPR bersubsidi juga karena dekat dengan tempat kerja suaminya. Saat ini suami sedang pergi jalan-jalan diajak oleh anaknya, paling biasanya keliling desa.
"Eh mbak Rey, tahu tidak. Kemarin ada kejadian mengerikan lho di rumah Bu Heni." Eny membuka percakapan begitu ia duduk di kursi sofa.
"Oh ya, ada kejadian apa mbak di rumah Bu Heni, apa suaminya poligami, lalu cerai lagi. Duh dasar ya, apa semua laki-laki begitu ya Apa suaminya satria ngga kasihan ya, kalo tidak sama Heni, kasihanilah anak-anaknya apalagi masih kecil." Rey langsung saja geram, mungkin kalo satria suaminya Heni ada didepannya langsung ia gampar.
"Anaknya yang pertama sudah sudah di pondok mbak. Kan udah gede."
"Tapi yang terakhir kan masih kecil. Heran juga, kulihat mereka berdua itu selalu mesra, dan bukannya kemarin itu mereka hajatan sunatan. Kok bisa ia baru ketahuan poligami."
"Astaga." Eny menepuk keningnya." Aku lupa. Kejadian mengerikan itu bukan suaminya Heni kawin lagi, tapi ada jin yang menyamar sebagai manusia ."
"Jin menyamar sebagai manusia?"
"Iya, kamu kenal bi Supiah tidak? Yang suka bantu-bantu kalo ada orang hajatan."
Rey menggeleng. Ia agak menyesal sebenarnya mengapa ia tidak terlalu banyak bergaul dengan ibu-ibu disekitarnya karena sibuk ngeblog. Tapi kan ia harus cari uang dari internet untuk menambah penghasilan suaminya yang gajinya hanya UMR.
"Nah, kemarin itu ia diminta Heni agar membantunya dalam acara khitanan. Sebagai orang yang memang pekerjaannya membantu orang hajatan tentu saja ia mau."
"Terus.."
"Nah, sehabis Maghrib ia minta ijin dulu pada tuan rumah. Katanya mau beres beres rumah dulu. Dari pagikan ia dirumahnya Heni terus bantu-bantu, jadinya belum sempat membereskan rumahnya sendiri katanya. Sebagai tuan rumah yang baik, tentu saja Heni mempersilahkan, apalagi banyak juga tetangga lain yang membantu. Tak enak kalo ia tahan biarpun tamu undangan banyak. Kamu juga kan kesana kalo tak salah."
"Iya, tapi kalo tidak salah waktu itu normal, tak ada kejadian yang aneh. Tapi aku kesana sore hari sih. Jadi kejadiannya habis Maghrib ya?"
"Nah dengarkan dulu dong." Eny mengomel" sekitar lima menit kemudian, ia ternyata balik lagi. Tentu saja Heni kaget. Ia bertanya pada Bi Supiah. Tidak jadi beres-beres rumahnya katanya, Heni sebenarnya sedikit aneh, tapi karena saat itu banyak tamu jadi tidak ia hiraukan. Apalagi Bi Supiah orangnya rajin, begitu balik lagi ia langsung cuci piring yang sudah menumpuk. Setelah selesai ia lalu ke dapur untuk memasak, ia meminta tukang masak itu agar mengambil pekerjaan lainnya, biar dia yang masak. Orang-orang disekitarnya juga biasa saja karena memang begitu orangnya."
"Nah, sejam kemudian Bu Supiah datang. Ia minta maaf pada Heni karena lama dirumah. Anak-anaknya belum pada makan, mana yang kecil juga belum mandi, begitulah katanya. Tentu saja Heni kaget karena bukannya Bu Supiah tadi sedang memasak. Orang-orang yang lain juga pada heran. Akhirnya mereka bersama-sama menuju ke dapur tempat memasak yang ada di sebelah rumah. Saat mereka sampai disana ternyata ia sudah tidak ada. Waktu Heni bertanya, orang disekitarnya juga tidak tahu karena sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Karena penasaran, Heni lalu melihat apa yang sedang dimasak dan ia menjerit histeris." Eny lalu memasang muka ketakutan.
"Memangnya apa yang dimasak?" Rey juga ikut merinding, mana suasana juga ikut sepi dan keadaan juga mulai gelap karena waktu Maghrib hampir tiba.
"Yang dimasak itu... Yang dimasak adalah cacing-cacing!!!." Eny langsung ketakutan begitu ia menyelesaikan ceritanya.
Rey tentu saja ikut ketakutan." Ya Allah, serem sekali."
"Akhirnya suaminya satria lantas mengundang ustadz Dahlan bin Yusuf. Oleh pak ustadz lalu dibacakan doa. Setelah membaca doa lalu pak ustadz bilang kalo ini hanyalah pekerjaan hantu iseng saja, tidak apa-apa katanya."
Ting tong, bel dirumahnya berbunyi keras. Rey hampir saja melompat saking kagetnya. Dilihatnya Eny malah senyum-senyum.
Asem, dengan setengah mendongkol ia permisi dulu pada tamunya itu lantas kedepan. Pucuk dicinta ulam pun tiba, ternyata yang datang adalah Heni sendiri.
"Aduh mbak Heni. Ada apa mbak, ayo masuk ke rumah dulu mbak." Sambut Rey ramah setelah membuka pintu.
"Aduh tidak usah mbak Rey. Ini aku cuma mau mampir saja membawakan kue. Masih sisa banyak kue dirumah habis hajatan kemarin, jadinya daripada mubasir maka aku berikan saja pada para tetangga." Heni menolak halus sambil mengangsurkan plastik berisi kue.
Rey terpaksa menerima." Aduh, makasih banyak ya mbak Heni. Oh ya mbak, aku turut prihatin juga atas kejadian kemarin."
"Prihatin?" Heni heran." Memang ada kejadian apa kemarin mbak Rey?"
"Kemarin katanya ada jin yang menyamar sebagai Bi supiah. Masa mbak Heni tidak tahu."
"Astaghfirullah, tidak ada kejadian apa-apa kemarin saat hajatan kok. Mbak Rey jangan bikin gosip yang tidak benar dong." Heni tampak sedikit tersinggung.
Rey segera saja paham, pasti ada yang tidak beres. Ia melihat ke jendela rumahnya dan dilihat sesosok bayangan ada dibalik gorden yang terkena cahaya lampu kamar tamunya.
Oh tidak. Sebagai blogger tentu saja ia tahu, apakah Eny ternyata hobi nge-prank dan sekarang lagi merekam korbannya. Tapi kenapa musti ia sih yang jadi korban.
Akhirnya Rey minta maaf karena sudah menyebabkan Heni marah dan ia menjelaskan kalo ia mendengar kabar itu dari tukang sayur langganannya, ia memang tidak memberi tahu kalo Eny yang memberikan hoax tersebut, takut terjadi ribut.
Melihat Rey sungkan akhirnya Heni pun memaklumi, ia bahkan mengajak Rey untuk mampir ke rumahnya yang ditolak Rey dengan halus karena adzan Maghrib sudah berkumandang.
Setelah tamunya pergi, maka Rey langsung berniat masuk. Ia ingin tahu apa maksudnya Eny membohonginya bahkan membuatnya malu di depan Heni. Ia tidak perduli apapun, jika penjelasannya tidak masuk di akal maka ia akan marah besar.
Saat hendak masuk itulah sebuah mobil putih masuk dari mulut jalan. Ia agak kaget karena mobil itu sepertinya milik Eny, karena di perumahan tersebut hanya dia yang memilikinya. Benar saja, Eny turun dari mobil itu dan lantas menghampirinya.
"Aduh maaf mbak Rey, tadi suami mengajak aku nonton film di bioskop karena ada film kesukaannya. Nanti setelah sholat Maghrib aku janji akan ngobrol dengan kamu."
Lho, yang ngobrol dengannya dari tadi itu siapa dong.
"Jin menyamar sebagai manusia?"
"Iya, kamu kenal bi Supiah tidak? Yang suka bantu-bantu kalo ada orang hajatan."
Rey menggeleng. Ia agak menyesal sebenarnya mengapa ia tidak terlalu banyak bergaul dengan ibu-ibu disekitarnya karena sibuk ngeblog. Tapi kan ia harus cari uang dari internet untuk menambah penghasilan suaminya yang gajinya hanya UMR.
"Nah, kemarin itu ia diminta Heni agar membantunya dalam acara khitanan. Sebagai orang yang memang pekerjaannya membantu orang hajatan tentu saja ia mau."
"Terus.."
"Nah, sehabis Maghrib ia minta ijin dulu pada tuan rumah. Katanya mau beres beres rumah dulu. Dari pagikan ia dirumahnya Heni terus bantu-bantu, jadinya belum sempat membereskan rumahnya sendiri katanya. Sebagai tuan rumah yang baik, tentu saja Heni mempersilahkan, apalagi banyak juga tetangga lain yang membantu. Tak enak kalo ia tahan biarpun tamu undangan banyak. Kamu juga kan kesana kalo tak salah."
"Iya, tapi kalo tidak salah waktu itu normal, tak ada kejadian yang aneh. Tapi aku kesana sore hari sih. Jadi kejadiannya habis Maghrib ya?"
"Nah dengarkan dulu dong." Eny mengomel" sekitar lima menit kemudian, ia ternyata balik lagi. Tentu saja Heni kaget. Ia bertanya pada Bi Supiah. Tidak jadi beres-beres rumahnya katanya, Heni sebenarnya sedikit aneh, tapi karena saat itu banyak tamu jadi tidak ia hiraukan. Apalagi Bi Supiah orangnya rajin, begitu balik lagi ia langsung cuci piring yang sudah menumpuk. Setelah selesai ia lalu ke dapur untuk memasak, ia meminta tukang masak itu agar mengambil pekerjaan lainnya, biar dia yang masak. Orang-orang disekitarnya juga biasa saja karena memang begitu orangnya."
"Nah, sejam kemudian Bu Supiah datang. Ia minta maaf pada Heni karena lama dirumah. Anak-anaknya belum pada makan, mana yang kecil juga belum mandi, begitulah katanya. Tentu saja Heni kaget karena bukannya Bu Supiah tadi sedang memasak. Orang-orang yang lain juga pada heran. Akhirnya mereka bersama-sama menuju ke dapur tempat memasak yang ada di sebelah rumah. Saat mereka sampai disana ternyata ia sudah tidak ada. Waktu Heni bertanya, orang disekitarnya juga tidak tahu karena sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Karena penasaran, Heni lalu melihat apa yang sedang dimasak dan ia menjerit histeris." Eny lalu memasang muka ketakutan.
"Memangnya apa yang dimasak?" Rey juga ikut merinding, mana suasana juga ikut sepi dan keadaan juga mulai gelap karena waktu Maghrib hampir tiba.
"Yang dimasak itu... Yang dimasak adalah cacing-cacing!!!." Eny langsung ketakutan begitu ia menyelesaikan ceritanya.
Rey tentu saja ikut ketakutan." Ya Allah, serem sekali."
"Akhirnya suaminya satria lantas mengundang ustadz Dahlan bin Yusuf. Oleh pak ustadz lalu dibacakan doa. Setelah membaca doa lalu pak ustadz bilang kalo ini hanyalah pekerjaan hantu iseng saja, tidak apa-apa katanya."
Ting tong, bel dirumahnya berbunyi keras. Rey hampir saja melompat saking kagetnya. Dilihatnya Eny malah senyum-senyum.
Asem, dengan setengah mendongkol ia permisi dulu pada tamunya itu lantas kedepan. Pucuk dicinta ulam pun tiba, ternyata yang datang adalah Heni sendiri.
Baca Juga: loading
"Aduh mbak Heni. Ada apa mbak, ayo masuk ke rumah dulu mbak." Sambut Rey ramah setelah membuka pintu.
"Aduh tidak usah mbak Rey. Ini aku cuma mau mampir saja membawakan kue. Masih sisa banyak kue dirumah habis hajatan kemarin, jadinya daripada mubasir maka aku berikan saja pada para tetangga." Heni menolak halus sambil mengangsurkan plastik berisi kue.
Rey terpaksa menerima." Aduh, makasih banyak ya mbak Heni. Oh ya mbak, aku turut prihatin juga atas kejadian kemarin."
"Prihatin?" Heni heran." Memang ada kejadian apa kemarin mbak Rey?"
"Kemarin katanya ada jin yang menyamar sebagai Bi supiah. Masa mbak Heni tidak tahu."
"Astaghfirullah, tidak ada kejadian apa-apa kemarin saat hajatan kok. Mbak Rey jangan bikin gosip yang tidak benar dong." Heni tampak sedikit tersinggung.
Rey segera saja paham, pasti ada yang tidak beres. Ia melihat ke jendela rumahnya dan dilihat sesosok bayangan ada dibalik gorden yang terkena cahaya lampu kamar tamunya.
Oh tidak. Sebagai blogger tentu saja ia tahu, apakah Eny ternyata hobi nge-prank dan sekarang lagi merekam korbannya. Tapi kenapa musti ia sih yang jadi korban.
Akhirnya Rey minta maaf karena sudah menyebabkan Heni marah dan ia menjelaskan kalo ia mendengar kabar itu dari tukang sayur langganannya, ia memang tidak memberi tahu kalo Eny yang memberikan hoax tersebut, takut terjadi ribut.
Melihat Rey sungkan akhirnya Heni pun memaklumi, ia bahkan mengajak Rey untuk mampir ke rumahnya yang ditolak Rey dengan halus karena adzan Maghrib sudah berkumandang.
Setelah tamunya pergi, maka Rey langsung berniat masuk. Ia ingin tahu apa maksudnya Eny membohonginya bahkan membuatnya malu di depan Heni. Ia tidak perduli apapun, jika penjelasannya tidak masuk di akal maka ia akan marah besar.
Saat hendak masuk itulah sebuah mobil putih masuk dari mulut jalan. Ia agak kaget karena mobil itu sepertinya milik Eny, karena di perumahan tersebut hanya dia yang memilikinya. Benar saja, Eny turun dari mobil itu dan lantas menghampirinya.
"Aduh maaf mbak Rey, tadi suami mengajak aku nonton film di bioskop karena ada film kesukaannya. Nanti setelah sholat Maghrib aku janji akan ngobrol dengan kamu."
Lho, yang ngobrol dengannya dari tadi itu siapa dong.
Tamat
Waduh? Mbak Rey dijebak nih sama hantunya . Cerpenya bagus tapi ending terakhirnya bikin aku takut yang ceritanya mbak Rey ngobrol ma hantunya dan jendelanya terbuka. Aku lebih suka cerpen islami yang kemarin itu lho mas Agus?
Pingsanlah saat itu juga si kak Rey 🥶!
Saya bacanya pas malam pula hahahahaha
jujur, dibanding cerita penampakan hantu, yang gini-gini itu jauh lebih seram menurut saya, karena kita nggak tahu mana yang asli.
Dulu waktu zaman KBM masih penuh penulis keren, banyak banget kisah-kisah begini setiap malam Jumat.
apalagi kalau yang nulis si Patrick Kelan, duuuhh dia itu paling pinter menulis, datar, alurnya menarik, ujung-ujungnya bikin nggak bisa tidur hahaha.
Rata-rata sih hal-hal semacam gini, di mana ada 2 orang entah mana yang asli :D
Ini plot twist atau gimana sih ya, tebakanku meleset. Kirain bakal serius poligami dengan manusia, eh dahlah malah..hem alur cerita banting setir setelah hadir si makhluk goib wkwk
Memang kalau maghrib ada yang ngetuk pintu jangan dibuka. Takutnya itu mahluk halus atau jin
Kecuali kalau kasih salam Assallamuallaikum.dulu..
asik Bisa ketemu hantu...
Untung mba Rey nggak kena serangan jantung ya setelah sadar kalau yang berbincang-bincang sama mba Rey ternyata setan. Mana setannya tukang fitnah dan mengarang cerita pula ehehehe. Jahat setannya :"D
Jadi mba Rey yang dikerjain nih. Setan tapi tukang hasut ya.
Btw Mas Agus rajin banget update blog, jadi saya ada bacaan. Maaf ya Mas saya rapel mainnya.🙏
Btw itu hantu yang diceritain Eny kayaknya bakal cocok sama saya dan temen-temen. Dulu kita pernah masak cacing juga pas ada lomba masak. Bumbunya dibikin kayak bakmi Jawa, Mas. Pas mencicip, juri-jurinya agak-agak mengernyit gitu, Mas Agus. Hahahaha....