Pengalaman pertama Herman jajan
Daftar Isi
Cerita ini hanya untuk pembaca dewasa saja.
Setelah dapat saran dari pak Agus pemilik kontrakan nya, akhirnya dengan mantap maka Herman memutuskan untuk menikah dengan Ningsih. Pesta pernikahan digelar di rumah Ningsih karena memang itu kesepakatan bersama keluarga mereka.
Setelah menikah maka Herman lalu mengambil kios dipasar tradisional untuk berjualan istrinya. Dengan bekal uang dari orang tuanya dan juga tabungannya selama ngojek plus uang gratis misterius maka mereka membuka toko baju.
Agar lebih irit maka mereka awalnya tidur di kios tersebut. Sayangnya karena harganya murah maka tempatnya kecil sehingga kurang enak ditempati. Akhirnya Herman memutuskan untuk menyewa lagi kontrakan di Bu Heni, istri dari pak Agus karena memang hanya disitu yang murah harganya.
Usaha baju mereka awalnya agak sepi, maklum toko baru. Beruntung Ningsih cukup pintar dengan berjualan juga secara online, baik di Facebook miliknya dan juga di salah satu marketplace terkenal. Selain itu ia juga menjual bajunya di tempat kontrakan dan sekitarnya dengan sistem kredit sehingga banyak yang tertarik.
Berkat usaha itu maka keuangan mereka mulai membaik sehingga Herman memutuskan untuk tidak ngojek lagi karena istrinya mulai kewalahan melayani pembeli, mana asisten yang biasanya membantu ikut berhenti karena ingin usaha sendiri.
Sejak Herman ikut membantu usaha toko bajunya makin ramai. Ningsih kini tidak melayani kredit lagi karena yang beli kontan juga banyak, mana kadang yang ditagih lebih galak dari pada Ningsih.
Untuk mengembangkan usahanya maka Herman meminjam uang pada pak Agus sebesar 25 juta rupiah. Pak Agus sendiri memberi karena selain Herman merupakan orang yang masih ngontrak di kostnya sehingga tidak khawatir kabur, juga cukup akrab dengan dirinya bahkan sering ngobrol kalo malam di beranda rumahnya.
Satu tahun kemudian Herman bukan hanya berhasil mengembalikan uang pinjaman tersebut tapi bahkan bisa membeli rumah di dekat tempatnya ngekost. Jadi ceritanya yang punya rumah berniat pulang kampung dan tidak akan kembali lagi kesitu jadi rumahnya hendak dijual. Kebetulan Herman yang memang ingin punya rumah sendiri karena bosan bayar kost tiap bulan langsung mencari tuan rumah, apalagi ia cukup kenal juga dengannya karena dulu pernah kredit bajunya. Setelah ngobrol dan nego nego akhirnya jadi juga tuh rumah pindah ke tangannya dengan harga 100 juta. Biarpun agak kecil tapi tidak apa-apa yang penting rumah sendiri.
Ternyata bukan cuma rejeki rumah saja, tak lama kemudian ternyata Ningsih istrinya positif hamil. Tentu saja Herman makin senang. Pak Agus dan Bu Heni juga turut senang mendengarnya biarpun mereka sudah tidak ngontrak lagi dengan mereka.
Begitulah, tak terasa sudah lima tahun Herman dan Ningsih menikah. Kehidupan rumah tangga mereka bahagia, anak punya biarpun baru satu, kios pakaian juga masih ramai lancar bahkan Ningsih mempekerjakan tiga orang pembantu untuk membantunya, rumah yang mereka beli juga sudah direnovasi makin besar dan bagus.
"Man, aku mau tanya sesuatu sama kamu tapi agak sensitif." Kata pak Agus saat mereka sedang mancing bersama di sebuah danau. Herman dan pak Agus memang kadang suka mancing karena hobi dan juga untuk menghilangkan stres karena pekerjaan.
"Mau tanya apa pak, ngomong saja tidak usah sungkan." Jawab Herman sambil makan gorengan. Biarpun Herman memanggilnya pak tapi sebenarnya usia mereka tidak terpaut terlalu jauh. Ia baru berusia 35 tahun sedangkan pak Agus 40 tahun.
"Begini, kamu kan sudah lima tahun menikah. apa kamu selama menikah dengan Ningsih tidak merasa bosan di ranjang." Tanya Agus tanpa tedeng aling aling.
Agak kaget juga Herman mendapat pertanyaan yang tidak disangka-sangka itu. Tapi ia tertarik juga untuk menjawab karena ia merasa istrinya memang selama ini gayanya suka itu itu saja bikin bosan.
"Wah, jujur saja pak Agus. Aku memang aslinya agak sedikit bosan juga sih."
"Nah, benar kan."
"Apa pak Agus mau ngasih tahu gaya baru dalam bercinta pak?" Sahut Herman antusias.
"Yah, kalo nyoba sama istri sendiri sih sepertinya sama saja Man. Mendingan kita coba jajan di luar biar ngga bosan."
Tentu saja Herman kaget sekali dengan jawaban pak Agus." Waduh ngawur sekali pak idenya. Aku sudah berjanji pada Ningsih akan setia padanya sampai mati. Ngga mungkin saya akan menyakitinya."
"Aduh Man, jangan serius begitu. Aku cuma ngetes kamu saja kok hahaha. Itu pancing kamu ada yang nyambar man." Pak Agus menunjuk pada joran pancing Herman yang memang bergerak-gerak. Segera saja Herman mengangkatnya.
Begitulah, sore harinya mereka pulang setelah lumayan banyak dapat ikan. Walaupun pak Agus memang kelihatannya bercanda saja tapi entah mengapa percakapan itu masih menempel juga di ingatan Herman.
Hingga suatu hari Herman akhirnya jajan juga. Awal mulanya ia yang sedang panas karena habis menonton film bokep ingin melampiaskan pada istrinya. Tak disangka Ningsih menolak, capek mengurus pekerjaan alasannya. Pusing juga Herman jadinya dan akhirnya ia pergi juga ke rumah pak Agus. Dilihatnya sang empunya rumah sedang duduk-duduk di teras sambil bermain hape.
"Wah, sedang asyik nih pak?" Tanya Herman.
Pak Agus yang sedang serius main hape jadi kaget. "Oalah kamu Man, aku kira siapa."
Mereka pun akhirnya asyik ngobrol seperti biasa hingga akhirnya Herman berkata juga." Pak Agus, ingat tidak pak dengan obrolan kita dulu di waktu mancing?"
"Wah, obrolan yang mana ya?"
"Itu lho pak. Yang bapak ngajak jajan." Bisik Herman pelan, takut kedengaran oleh Bu Heni malah bisa gawat.
Pak Agus tentu saja jadi tertawa. Tapi melihat Herman seperti bicara serius akhirnya ia berkata juga." Jadi kamu pengin jajan juga man?" Bisiknya juga setelah pak Agus melihat-lihat keadaan sekitar.
Herman pun menceritakan sebabnya. Pak Agus lalu berbisik." Wah kebetulan Man, tadi Bambang kawan saya yang suka jajan baru kirim chat. Katanya Mami Elok, germo langganannya punya anak buah baru yang sip. Masih cukup muda dan layanannya jos banget katanya."
"Tapi bagaimana kalo Ningsih tahu pak. Aku takut nanti dia tahu lalu ngamuk dan minta cerai." Herman masih was-was juga, maklum ia masih awam soal beginian.
"Makanya kita jajannya jangan di Kalimanan." Agus menyebutkan sebuah tempat lokalisasi." Kita jajannya di hotel saja jadi aman. Nanti kita suruh ceweknya untuk datang ke kamar kita. Memang agak mahal dikit tapi dijamin aman."
Herman diam saja karena bingung.
Melihat Herman diam maka pak Agus langsung bergerak." Udah aku langsung booking hotelnya saja ya takut nanti penuh. Lalu aku hubungi Mami Elok, mudah-mudahan ceweknya ngga ada yang pesan."
Agus lalu langsung memainkan hapenya. Tak lama kemudian ia berkata pada Herman." Syukur Man, katanya dia lagi ngga ada yang booking. Aku tadi sudah pesan. Buat bayar hotel 500 ribu, bayar Mami 1.5 juta jadinya total 2 juta. Kita sejutaan ya Man."
Ada bisnis, begitu kata pak Agus ketika Bu Heni istrinya bertanya mengapa ia mengeluarkan mobil malam hari. Lima belas menit kemudian ia dan Herman sudah sampai di hotel yang dipesan.
Pak Agus langsung masuk hotel untuk cek-in ke resepsionis. Di lobi hotel ia berkata pada Herman." Ini ceweknya kata Mami lagi otw, bentar lagi sampai. Yang main kamu saja dulu biar aku belakangan. Namanya Riska masih muda baru berumur 30an, barang bagus katanya, ngga bakal bikin kecewa. Tadi aku sudah kasih tahu nomor kamarnya. Ia akan langsung main saja katanya."
Herman hanya mengangguk saja.
"Nanti kalo sudah selesai kamu langsung turun ya, kasih tahu aku. Gantian, aku nunggu di warung kopi itu." Agus menunjuk sebuah warung tak jauh dari hotel lalu ia keluar.
Herman langsung naik keatas sambil membawa kunci. Setelah itu ia masuk kamar yang sudah dipesan. Dalam kamar ia deg degan, maklum ini pertama kalinya ia jajan.
Lima menit kemudian ada suara ketukan. Herman segera membuka pintu dan dilihatnya seorang wanita cantik dengan dandanan menor di depannya.
"Riska ya?"
Wanita itu hanya mengangguk lalu masuk ke dalam. Herman jadi salah tingkah karena baru pertama kali ia berduaan dalam sebuah kamar dengan wanita selain istrinya.
Melihat tingkah Herman maka wanita itu tertawa." Idih, sudah ngga sabaran ya." Katanya sambil mengerling nakal. Wanita itu langsung membuka bajunya, begitu pula Herman.
Dua puluh menit pun berlalu. Herman keluar kamar lalu menuju warung kopi dekat hotel.
"Bagaimana Man, mantap kan?" Tanya pak Agus sambil tertawa.
"Mantap apanya? Permainannya masih kalah lincah dibandingkan Ningsih istriku."
"Masa sih, kata Mami Elok permainannya bagus lho."
"Kalo tidak percaya, coba saja sendiri." Herman lalu duduk dan memesan kopi. Pak Agus sendiri langsung menuju hotel.
Lima belas menit kemudian ia pun datang ke warung kopi tersebut.
"Bagaimana?" Tanya Herman.
"Wah bener katamu Man." Jawab pak Agus.
"Bener apanya?"
"Permainannya masih kalah lincah dibandingkan Ningsih istrimu."
TAMAT
Herman nya sich kepolosan jadi orang nggak tahu kalau dibohongi sama Agus dan Ningsih.
Maaf aku masih anak Smp belum paham urusan ranjang meranjang.
Permisi aah..😊😊😊
Gegara pusying kebayang lincahnya gaya 'aerobik' istrinya Herman yaa 💃
Baca kalimat itu aku langsung skip bacanya. Mohon maaf, mas. Aku masih di bawah umur.😂
-traveler paruh waktu
Kayak kejepit pintu mau?
Biar anunya dijepit pintu beneran sama istrinya Kang Herman wakakakakaakakak
Astagaaaa, pembaca terbawa esmosiiihh :D
Gila ya orang-orang kayak gitu, ngabisin 2 juta buat anu-anu.
Beliin bensin buat traveling keliling Indonesia itu okeh punya.
Hidup kok ya hanya di seputaran anu aja, nggak bosan apa? hahaha
Btw, penasaran dengan endingnya, itu maksudnya beneran istrinya Herman juga anu-anu sama Pak Agus? hahaha
Padahlan eh padahal kalau duit 2 juta itu buat dandan istri, tapi entahlah, mungkin laki2 kaya memang harus punya 4 bini kali ya biar aman.
Btw itu sekali pake sampai limit berapa, maksudku pak agus dan herman sdh cek-in bergantian (salome), kira2 kalau misalkan pak satrio mau juga, boleh gk 😂😂
Alhamdulilah, herman kena karmanya, udah dikasih hidup nyaman, kok masih mau yang lebih. Ckckck...
Tapi ternyata ningsih juga nggak setia.
Ternyata si Ningsih juga nggak bner.. wkwkk
Hermn-herman kesiannya diri kau.. wkwkwk
Aku siap dngerin series kelanjutannya lagi nih mas.. Kalau boleh request yang lebih panas yah.. wkwkwk
Cerpen ya ini kok jadi gini ya? Terlalu hot , mas Agus sih ? Buat cerpenya gitu aku jadi tak baca sampai selesai jadinya. 🙈🙈🙈
Endingnya kok..Nggak ketebak sama saya, hahaha.
Have a great day
*Ingat adegan tidak untuk ditiru. Hehe
Mas Agus ini beneran loh bisa jadi penulis hebat, kudoain selalu Mas, semoga ada jalannya bisa mewujudkan bakatnya jadi lebih bermanfaat dan menghasilkan lagi.
Cerita-ceritanya sungguh mengalir, bikin pembaca masuk ke dalam ceritanya, lalu endingnya dihentakan, hahahaha.
Keceehhh
Makanya Herman, kode buatmu kalau ada teman yang ngajak jajan, bisa jadi dia kasian karena cuman istrimu yang jajan.
eh bentar, kenapa nggak pada jajan Taro atau Piattos aja sih? :D
Aku mikirnya malah jangan-jangan yang datang ke kamar ningsih :D
Masih suka nulis fiksi yang realistis ya....dan semakin mantab ini cara berceritanya amoe kebawa alur dan jadi jengkel ama Pak Agus, usia segitu bukannya mulai rajin ibadah malah ngajak Herman Jajan tak potong aja itu sampai pangkal ����
ternyata pada akhirnya endingnya gedubrak ahahahah
Yg jd pager,pak Agus pastinya haha
jadi ga suka ama ceritanya hiks...
#mojok
#nyari judul lain
#mlipir
Keren Bang