Gadis dalam lukisan
Setelah turun dari mobilnya satria disambut oleh seorang petugas berusia separuh baya di halaman penginapan. Ia memang memutuskan untuk rekreasi agar pikirannya kembali fresh sehingga mood menulis bisa naik lagi. Maklum beberapa kejadian belakangan ini membuatnya agak frustasi.
"Terima kasih." Kata Satria yang baru berusia 25 tahun setelah koper besarnya ditaruh di dalam kamar yang dipesannya. Pemuda tanggung berusia sekitar 15 tahun itu masih berada di tempatnya, memandangnya penuh harap.
Satria mengerti. Segera ia merogoh kantongnya lalu mengeluarkan selembar uang 20 ribuan. Setelah mengucapkan terima kasih pemuda tanggung itupun pergi. Satria hanya geleng-geleng kepala saja, percuma tulisan DILARANG TERIMA TIP besar yang ada di pintu depan penginapan tadi.
Ia mengedarkan pandangannya. Kamar yang ia tempati cukup bagus untuk harga yang minimal. Letaknya di sebuah bukit di pinggir pantai, dimana debur ombak terdengar dari kamarnya. Pemandangan alam sangat indah karena bisa melihat laut dari atas bukit.
Penginapan ini sebenarnya tidak terlalu jauh dari tempat wisata terkenal di kota ini tapi letaknya agak terpencil sehingga jarang yang tahu kecuali jika lewat Google Maps. Ia sendiri tahu penginapan ini karena ada promo murah di sebuah aplikasi traveling. Rencananya akan menginap selama seminggu mumpung lagi promosi.
Setelah selesai menata barang maka ia lalu berjalan-jalan di dalam hotel kecil tersebut. Tak banyak petugas yang mengurus tempat itu, hanya pemiliknya dibantu oleh tiga orang asisten, salah satunya yang mengantar kopernya kedalam kamar. Tamunya sendiri hanya dua orang, ia sendiri dan seorang lelaki berumur 30 tahunan yang sempat ia lihat saat hendak masuk jadinya tempat itu agak sunyi tapi itu yang disukai olehnya karena ia butuh refreshing.
Karena jenuh maka iapun lalu berjalan-jalan ke lobi hotel. Lobinya sendiri cukup bagus dengan desain vintage. Sebuah lukisan tampak di dinding yang menarik perhatiannya. Sebuah lukisan dengan model seorang gadis cantik berkulit kuning langsat berbaring dengan latar pemandangan laut. Entah siapa yang melukisnya sehingga bisa seindah ini. Gadis itu memakai kebaya yang bagian payudaranya agak terbuka sedikit sehingga memperlihatkan keindahan tubuhnya. Ia sendiri sebenarnya sudah sering melihat gambar yang lebih vulgar seperti itu di internet tapi entah mengapa hasratnya bisa timbul hanya dengan melihat karya seni ini.
"Tertarik dengan lukisan ini bung?" Sapa seseorang. Satria jengah dan menengok siapa makhluk sialan yang sudah mengacaukan perhatiannya itu.
Orang itu tertawa. Ternyata ia adalah tamu satunya yang ikut menginap di hotel ini. Usianya sekitar 30 tahunan dengan tubuh yang agak berotot, mungkin sering olah raga.
"Aku Bagas." Katanya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya. Satria terpaksa menjabat tangannya.
"Satria."
Orang itu agak terbelalak." Satria, apakah anda novelis yang terkenal dengan novel Bara Asmara di Pulau Dewata?"
Ia agak terkejut. Maklum seingatnya tak banyak orang yang mengaku sebagai penggemarnya di sosial media miliknya sehingga ia bisa leluasa jika jalan jalan.
"Astaga, aku kira usia anda itu sekitar 50 tahunan karena kalo anda menulis itu sudah lihai sekali, ternyata malah lebih muda dariku." Bagas tampak antusias." Boleh dong minta tanda tangan nya untuk kenangan?"
Satria mengangguk, tak baik bukan menampik permintaan seorang penggemar apalagi di zaman seperti sekarang ini dimana karir seseorang bisa terjun bebas jika salah langkah.
Setelah menandatangani bukunya maka Bagas bertanya lagi." Pak Satria apakah sedang riset untuk membuat novel baru ataukah cuma istirahat?"
"Rahasia dong." Jawabnya. Sejujurnya ia agak kurang nyaman, pertama ia berusia lebih tua sehingga kurang pas memanggilnya pak, kedua ia agak agresif. Ok lah kalo ia wanita apalagi parasnya cantik seperti gadis dalam lukisan itu tak masalah, lha ini sama jenisnya.
Bagas mendekati dirinya dan berbisik." Pak, apakah pak Satria tahu kenapa hotel ini tampak sepi?"
Ia jadi tertarik mendengarnya.
Bagas tampak senang." Konon kabarnya hotel ini ada hantunya pak?"
Hantu, tentu saja ia terkejut. Ah pantesan murah harganya. Ia sendiri percaya karena telah melihat dan mengalami sendiri dengan gadis bergaun putih yang baik hati.
"Tahun lalu ada pelancong yang tewas di kamar mandi pak, katanya kena serangan jantung. Tahun lalunya lagi ada tamu yang juga mati di belakang hotel ini dekat bukit yang menjurus ke laut. Konon beberapa tahun sebelumnya juga ada yang mati didalam kamar hotel. Makanya hotel ini sepi biarpun letaknya tidak jauh dari tempat wisata." Penggemarnya menjelaskan panjang lebar, ia hanya mengangguk angguk saja. Setelah ngobrol ia lalu undur diri ke kamarnya.
Satria juga ikutan masuk kedalam kamar, bukan karena takut tapi karena lelah. Saat ia sedang leyeh-leyeh sambil memandang pemandangan laut sore hari lewat jendela tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk sehingga ia agak terkejut. Ah sial, ia pasti sudah terpengaruh oleh omongan penggemarnya itu.
"Selamat sore pak." Kata seorang pria yang seusia dengannya sambil membawa makanan. Walaupun sederhana tapi setidaknya bisa mengganjal lapar. Untuk harga hotel semurah itu maka termasuk istimewa, tapi kok kenapa sepi ya pikirnya.
Keesokan harinya barulah terjawab pertanyaan itu. Ia terbangun karena mendengar suara pintu digedor, bukan pintu kamarnya tapi yang ada disebelahnya.
"Ada apa ya mas?" Tanyanya pada seorang pegawai hotel yang menggedor pintu. Itu adalah kamar dari Bagas yang mengaku penggemarnya.
"Ini mas, tamu ini sebenarnya sudah waktunya cek out tadi malam. Sebenarnya bukan karena itu kami menggedor pintu, tapi karena kami takut ia..." Pegawai hotel itu menghentikan bicaranya.
Tentu saja pemuda berusia 25 tahun itu penasaran." Takut ia mati ya?"
Ia mengangguk. Satria tentu saja terkejut padahal ia sebenarnya asal ngomong saja karena ingat dengan obrolannya kemarin dengan penghuni kamar yang ada didepannya.
Akhirnya diputuskan membuka pintu kamarnya dengan kunci cadangan. Pegawai itu segera masuk tapi tak lama kemudian terdengar jeritannya. Novelis itu tentu saja terkejut, tapi ketika ia masuk segera tahu mengapa pengurus hotel itu menjerit.
Bagas ditemukan mati tergeletak di kamar mandi, tubuhnya tidak memakai apa-apa. Ekspresi wajahnya yang kaku jelas memperlihatkan kalo sebelum ajal menjemputnya ia sangat ketakutan.
Tak butuh waktu lama maka polisi segera ditelpon. Setengah jam kemudian sebuah mobil polisi terparkir rapi di halaman depan penginapan.
Seorang petugas berbaju putih tampak sedang memeriksa.
"Bagaimana dokter?" Tanya komandan polisi yang mengurus kasus tersebut. Usianya sekitar 30 tahun dan memakai pakaian biasa, bukan baju dinas.
Dokter berpakaian putih itu menggelengkan kepalanya." Kena serangan jantung, hanya itu kesimpulan saya saat ini. Tak ada tanda-tanda kekerasan."
Komandan itu menoleh lagi pada polisi yang ikut bersamanya." Sudah kau cek Briptu Dani?"
Petugas itu memberi hormat pada atasannya." Sudah pak, tak ada tanda orang masuk kesini lewat jendela. Tadi sudah saya cek cctv, korban memang terlihat membuka pintu pada pukul 12 malam, tapi ia tidak keluar. Aku juga sudah cek cctv bagian luar hotel tapi tidak terlalu jelas karena banyak kabut tadi malam. Tapi biarpun begitu tidak ada orang yang masuk."
"Untuk apa ia membuka pintu tengah malam?" Komandan itu heran.
"Andai saya tahu pak." Jawab yang ditanya.
Akhirnya diputuskan bahwa Bagas kemungkinan punya penyakit jantung dan kebetulan kumat saat tadi malam. Soal mengapa ekspresi wajahnya tampak ketakutan tak ada yang tahu. Begitu juga kenapa ia membuka pintu tengah malam. Mayatnya pun akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut, sedangkan kamarnya untuk sementara disegel dan siapapun dilarang masuk.
Satria sendiri langsung merasa aneh. Waktu bicara kemarin penggemarnya itu tidak terlihat sakit. Sebenarnya ia ingin bertanya pada petugas polisi tapi takutnya malah nanti repot. Ia yang ada kamar disebelahnya juga ikut ditanya dan menjawab seadanya, bahwa ia tidak mendengar suara apapun tadi malam.
Pemuda itu lalu mencari tahu di internet. Ia hanya menemukan satu berita tentang hotel itu yaitu kematian seorang pengunjung yang ditemukan oleh warga sekitar di dekat pantai tak jauh dari hotel tersebut. Sama seperti Bagas, pelancong itu juga ditemukan mati tanpa busana di pinggir jurang dekat laut, dan disimpulkan oleh polisi bahwa ia mati karena berkencan dengan wanita malam walaupun sebenarnya tidak ada praktek prostitusi di tempat wisata itu. Tanggal kematiannya persis hari ini dua tahun yang lalu. Sedangkan mengenai hotel itu tentu saja tidak dikaitkan kecuali sebagai tempat menginap korban.
Mungkinkah hanya khayalan seorang penggemar novelnya yang mengatakan ada hantu ditempat ini atau jangan-jangan makhluk halus itu yang membunuhnya.
Akhirnya ia putuskan untuk cek out besok pagi saja karena merasa sayang sudah pesan selama seminggu, masa baru semalam sudah pergi.
"Anak muda, apa kamu tidak takut?" Tanya seseorang ketika novelis itu sedang duduk di lobi hotel. Ia menengok dan ternyata pegawai hotel berusia separuh baya yang pertama menyambutnya saat ia datang di tempat parkir.
"Tidak pak, jujur aku malah penasaran. Mungkin bapak bisa memberikan informasi, kan bapak sudah lama kerja disini." Pancingnya.
Bapak itu tersenyum." Saya baru sekitar setahun lebih kerja disini nak. Tapi memang tahun lalu ada juga korban disini."
Ah, ternyata memang benar tahun kemarin juga ada yang meninggal." Tapi aku cari di internet kok tidak ada pak?"
"Wah, kalo itu bapak kurang tahu, tapi kalau memang bisa sebaiknya jangan sampai orang pada tahu, karena hotel ini pasti akan sepi dan bapak akan kehilangan pekerjaan bukan."
Benar juga, pikirnya. Mungkin pemilik hotel punya duit untuk menyogok polisi dan wartawan agar tidak membawa-bawa nama hotelnya.
"Oh iya pak, apa bapak tahu siapa gadis dalam lukisan itu?" Tanya pemuda itu sambil menunjuk lukisan di dinding, sebuah lukisan yang indah dan menggoda. Yang ditanya hanya menggeleng dan tak lama kemudian ia pergi. Mungkin ada pekerjaan lain.
Satria kembali melihat lukisan itu. Wajahnya memang tidak secantik Larasati, tapi entah kenapa sepertinya ia punya daya tarik luar biasa dan sanggup membangkitkan gairahnya. Ah sial, kalau saja Larasati ada batinnya.
Ia mengamati lukisan tersebut, ada sebuah tulisan disebelah bawah yaitu Jiwa Ragaku berwarna merah. Apakah wanita dalam lukisan itu kekasih dari pelukisnya?
Novelis itu kembali ke atas dan melihat sebuah bibir yang tersenyum berlatar belakang laut selatan yang biru. Ia duduk di sebuah batu karang dengan berbaring dengan pose yang menantang.
"Selamat sore mas, makanan sudah siap dikamar. Silahkan makan selagi hangat." Seru seorang pemuda tanggung yang sebelumnya menyeret kopernya kekamar. Satria hanya mengangguk saja dan tidak berminat memberikan tip, nanti kebiasaan.
Hari sudah larut malam tapi ia masih belum bisa tidur juga. Yah, siapa juga yang bisa langsung tidur kalo kamar disebelahnya baru saja ada yang mati dan herannya ia tidak kabur saja. Toh biarpun sewa seminggu tapi harganya murah, dimana jika di penginapan lain paling hanya untuk dua atau bahkan sehari saja.
Akhirnya dari pada tidak ada pekerjaan sementara mata belum ngantuk maka ia pun mengeluarkan laptopnya dan mulai menulis cerita untuk novelnya.
Entah sudah berapa lama ia mengetik dan juga sudah banyak catatan yang dihapus tapi ia masih belum bisa konsentrasi juga. mulutnya sudah menguap pertanda sudah waktunya tidur. Akhirnya dimatikan laptopnya.
Tubuhnya agak menggigil, mungkin karena udara malam hari. Ah, coba kalo ada wanita cantik, gadis dalam lukisan itu, pasti lebih asyik dari pada sendirian, pikirnya konyol karena tahu namanya juga tidak, bertemu pun belum pernah kok mengharapkan ia datang.
Saat baru menarik selimut tiba-tiba ada suara ketukan di pintu. Sial, siapa yang mengganggunya tengah malam begini, jam 12 lagi. Apa mungkin pegawai hotel, kenapa tidak menunggu pagi saja.
Dengan setengah terpaksa ia buka juga pintu kamarnya. Matanya terbelalak karena yang ada dihadapannya bukanlah pegawai hotel tapi gadis yang ada dalam lukisan. Ia tampak lebih cantik, baju yang dipakainya juga sama persis dalam lukisan itu.
Gadis dalam lukisan yang kini terwujud nyata tersenyum, Seolah memberi kesempatan kepada Satria untuk dekat dengannya. Satriapun tersenyum dan bagai lupa akan segalanya ia menghampiri gadis tersebut.
Namun dengan penuh kelembutan gadis itu pun memutar tubuhnya dengan gemulai bah seorang penari rongggeng.
Satriapun tersentak kaget. Karena ternyata gadis itu berpunggung booloonggg!!..😲😲
Berbarengan dengan semilir angin yang datang tiba-tiba dengan kencang gadis itupun mulai tertawa cekikikan...
"Weeekeeekkk..Hiihiii...Bokiirrr aku datang Kiiirr!"...
Haaaahaaaaa Suuuueeeee...🤣 🤣 🤣 🤣 🏃🏃🏃
lukisannya artsy banget, menggambarkan pesona kecantikan klasik seorang wanita dengan busana tradisionilnya dan rambut tergerai
(❁´◡`❁)
oke abis itu aku komenin cerbungnya haha
Wadaaaaw, berkurang satu dong penggemar Novel bestseller karya Satria Bergitar yang berjudul Bara Asmara Di Pulau Dewata yang digadang gadang sebagai penerus master stensilan Enny Arrow, eeeeeeeh :D
tapi kok aku pengen ngakak ya pas bagian Satrianya geli ada yang agresifin dia yaitu pemuda tanggung 30 tahun yang mengidolakan karya karya fenomenalnya, twrutama pas bagian ini nih ---> kalau cewek berparas cantik sih oke lah ini batangan alias sejenis wakakakka #hiburan recehku :D
tapi sama dengan tokoh bagasnya deng kenapa Satria bisa umur 25 tahun ya, ditilik dari karya karyanya lebih pas usia usia mateng 39 tahun atau 40 an kayak pembuat cerbung ini kali yaaaa #eh becanda :D
ini sambungannya si larasati ganti pasangan berarti ya mas, larasati arwahnya uda terbang ke khayangan apa, sebagai gantinya seorang gadis dalam lukisan yang tergolek manjaaaah penuh gaira #etdah maksudnya penuh pesona...bagaimana kisah kelanjutannya setelah pintu kamar itu diketuk, apakah si gadis akan masuk ke dalam kamarnya? dan apa yang akan dilakukan Satria padanya? apa yang akan terjadi selanjutnya....mari kita tunggu saja pemirsa
(((penasaran)))
ᕕ( ՞ ᗜ ՞ )ᕗ
dah ah, balik badan dulu #emot lagi kena anak naga aka tauge, jadi sementara pake ginian
(^ω^)
Seriusan!.
Terus siapa ya kira-kira kandidat yang tepat jadi pemeran gadis cantik tersebut ?.
Jadi apakah yg menyebabkan kematian selalu di tanggal yg sama setiap tahunnya? Karena keseringan baca komik Conan, aku ngebayanginnya pembunuhan di ruang tertutup. Semua orang di tempat itu hrs dikumpulkan dan ditanya alibi masing2. Penghuni dan karyawan penginapan..
eh kok malah jd cerita detektif, harunya kan horor yaaa 😹
# Bagus lukisan illustrasinya....
Ditunggu kelanjutannya..
jadi pengen kembali nulis fiksi.
Btw, maakan saya yang jarang berkunjung. hihi akhir-akhir ini banyak kegiatan di dunia nyata.
oiya, boleh dong cerpen-cerpennya dibukukan. Siapa tahu bisa buat tambah-tambah pemasukan. Secara pembaca blognya Mas Agus juga lumayan banyak.
ditunggu kelanjutannya, mas :)
Ditunggu lanjutan ceritanya hihihi
(saya malah galfok itu mas hihi)
hmm menariqure untuk didalami apakah perempuan itu akan masuk dalam ceritanya atau sang novelislah yang akan masuk cerita perempuan itu
Kenapa..kenapa..kenapa?
Saya tunggu di episode berikutnya😁
Nyebelin banget.
Ini kan mengingatkan hotel yang ada di Malang, meski gambarnya beda, yang jelas gambarnya serem sih, semacam hidup.
Duh tauk deh, kagak mau bahas, jadi mrinding sendiri hiiii
Kamu kalo bikin cerita horor kebawa suasana ih, beneran berasa seremnya :D.
Bagus juga pake lukisan pak Basuki Abdullah. Aku fans nya beliau. Lukisan2nya nyata bangettt ya, hebat, bisa kayak foto. Even yg lukisan pemandangan juga cantik2 semua.
padahal ini masih belum tengah malam lho
baca besok ahhh hahahaha
Mmmmmm, kira-kira apa yang bakal terjadi dengan satria? Apakah akan berakhir seperti tamu hotel kamar sebelah? Oke lah kalau begitu. Aku langsung meluncur ke episode selanjutnyaaaaaa😆