Menjaga toko di kampung halaman
Daftar Isi
Herman dan Hani akhirnya memutuskan untuk membuka toko sembako sendiri di kampung halaman mereka setelah mendapatkan modal yang cukup besar. Herman sendiri sebenarnya ingin berdagang di pasar saja karena tempatnya ramai sehingga usaha tokonya bisa maju. Tapi istrinya ingin di desanya sendiri karena untuk menjaga ibunya yang sudah tua.
Akhirnya Herman mengalah. Bagaimanapun usaha di kampung sendiri agak enak. Pertama ia tidak usah menyewa kios seperti di pasar yang mana harganya cukup mahal. Modal untuk menyewa kios bisa ia pergunakan untuk membuat toko di tanah milik mertuanya. Akhirnya setelah mengumpulkan modal plus juga hutang ia bisa juga punya toko kelontong sendiri.
Berkat usahanya yang rajin berdagang sampai malam atau istilahnya kerja lembur maka usaha sembakonya mulai ramai, apalagi Herman hanya mengambil untung tipis saja dari barang yang dijualnya, yang penting cepat laku prinsipnya. Hani sendiri sebagai istri yang baik hanya menurut saja.
Namanya kampung maka kadang masih ada cerita tahayul yang beredar. Seperti akhir akhir ini desa Herman digegerkan dengan penampakan hantu yang meneror warganya.
Jadi ceritanya di kampungnya ada seorang penduduk yang kaya raya. Jika satria temannya hanya memiliki sebuah mobil pickup untuk memuat barang ke toko plastiknya, maka pak Mahmud memiliki tiga buah pickup plus sebuah mobil Fortuner terbaru. Belum usaha tokonya yang lumayan banyak dan juga sawahnya luas. Ia boleh dibilang orang paling kaya di desanya, lebih kaya dari pak lurah sendiri.
Menurut kabar burung konon pak Mahmud itu memiliki semua kekayaan itu dengan jalan pesugihan. Salah satu anaknya yang meninggal katanya dijadikan tumbal, belum lagi ada beberapa pembantunya yang meninggal secara misterius. Tentu saja tidak ada yang tahu persis kebenarannya karena pak Mahmud pasti langsung marah besar kalo ditanya seperti itu. Penduduk desa juga tidak ada yang berani padanya, selain orang kaya juga tidak ada bukti, jadi masyarakat cuma bisa menduga-duga.
Beberapa hari terakhir ini warga kampung digegerkan dengan penampakan Hendra, salah seorang pembantu di rumah pak Mahmud. Ia meninggal dunia tanpa sebab yang jelas. Serangan jantung, begitu kata dokter yang menangani jenazahnya. Malam harinya setelah pemakamannya, ia mendatangi Tono, teman karibnya.
"Tono, tolong aku Ton."
Tono yang sedang asyik bermain game hape di pos ronda tentu saja terkejut dan langsung kabur sambil menjerit.
Ternyata bukan cuma Tono saja. Keesokan harinya Hendra juga mendatangi tetangganya. Tadinya saat Tono bercerita orang kampung pada tidak percaya. Maklum, ia kadang suka mabuk. Tapi saat mang Maman yang bekerja sebagai tukang becak didatangi Hendra, orang orang mulai percaya. Kampung pun kembali geger dan sejak itu orang pada takut keluar rumah malam hari.
"Kang Satria, apa mungkin orang yang sudah mati bisa bangkit lagi ya?" Kata Herman suatu sore saat ia sedang ngopi di beranda rumahnya dengan satria teman akrabnya.
"Maksudmu pasti si Hendra kan?"
"Nah itu. Maksudku ialah, siapa tahu ini hanya isu saja yang disebarkan oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Bisa saja oleh para maling agar mereka lebih leluasa beroperasi. Kalo orang pada takut keluar rumah, mereka kan lebih leluasa mencuri."
"Tapi Her, tidak ada berita tentang orang kemalingan toh. Yang ada orang pada takut keluar malam. Menurutku ini bukan isu semata tapi beneran ada. Lagi pula masa kau lupa, dulu kan kita pernah melihat penampakan kuntilanak waktu kamu kencan pertama dengan Hani." Bantah Satria.
"Iya juga sih." Kata Herman mengingat kejadian saat kenalan dengan calon istrinya dulu." Tapi sejak ada desas-desus hantu si Hendra itu toko ku jadi sepi kang. Habis Maghrib saja, pasti sudah jarang yang beli."
"Lha sama. Toko plastik ku juga sekarang sepi, lagi pula aku rasa isu itu memang benar. Soalnya ponakan saya Erik juga katanya melihat Hendra saat ia baru pulang kerja lembur. "
"Ah, masa sih." Herman percaya juga kalo Erik yang bicara, soalnya anaknya jujur. Pernah suatu kali uang kembaliannya lebih 50 ribu itu dibalikin lagi. Anaknya juga kalo bicara masih lugu dan polos.
"Iya, ia pulang kerja shift dua jam sebelas malam. Saat lewat kuburan tempat Hendra dimakamkan, tiba-tiba motornya mati mendadak. Saat ia sedang sibuk membetulkan motornya, tahu tahu dibelakangnya ada Hendra minta tolong. Tentu saja Erik langsung kabur tak peduli motornya. Untung pagi harinya motornya masih ada. Lagipula mana ada orang berani kelayaban malam hari di kuburan tersebut." Begitu cerita satria panjang lebar.
"Udahlah, jangan cerita itu saja. Aku takut nih."
Hahaha, Satria hanya tertawa. Setelah bicara tentang hal lain dan menghabiskan kopinya ia lalu pulang ke rumah meninggalkan Herman.
Sudah jam sembilan malam tapi sejak Maghrib baru ada dua orang yang belanja di toko kelontong milik Herman. Padahal dulu sebelum ada isu itu tokonya ramai kalo malam. Dari orang beli obat nyamuk, beras, hingga rokok. Sekarang, cuma dua orang saja yang beli minyak sayur dan kopi.
Herman menguap. Matanya sudah agak mengantuk biarpun baru jam 9, padahal biasanya ia tidur jam 12 setelah toko tutup. Mungkin karena kebanyakan main hape terus kali ya.
Akhirnya daripada bosan maka ia putuskan keluar toko untuk melihat-lihat. Hawa dingin segera menyergapnya ketika keluar membuatnya agak menggigil, beruntung Herman memakai jaket yang agak tebal hasil saat ia masih kerja di ibukota.
Tak ada seorang yang tampak di luar. Saat ia bimbang apakah akan melanjutkan buka toko sampai jam 11 ataukah tutup sekarang tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara lolongan anjing. Kecil saja sih suaranya tapi karena malam hari jadi terdengar jelas dan membuat agak merinding.
Herman membalikkan badannya untuk kembali masuk toko. Ia hampir menjerit karena dibelakangnya tiba-tiba ada sesosok tubuh.
"Takut ya?" Orang didepannya itu menyeringai kesenangan.
"Sialan kau Jaey, bikin kaget saja." Sungut Herman pada temannya saat sekolah SMP dulu. Ia lalu menanyakan apa saja yang hendak dibelinya.
"Indomie goreng satu dan telornya juga satu. Eh, lupa, saosnya juga satu ya, yang extra pedas."
"Eh Jaey, memang kamu ngga takut ya keluar rumah malam hari sendirian. Kan katanya ada arwah si Hendra lho." Kata Herman sambil menyerahkan pesanannya.
"Takut sih, tapi aku lebih takut lagi perutku kelaparan."jawabnya sambil menerima kantong plastik berisi barang belanjaannya." Udah jangan ngomongin itu saja ah."
"Semuanya 6 ribu."
"Catat dulu ya, nanti tanggal satu aku bayar." Tanpa menunggu jawaban yang empunya toko, Jaenudin langsung lari meninggalkan Herman yang cuma geleng-geleng kepala saja.
Akhirnya setelah menunggu selama setengah jam lagi ia putuskan untuk tutup tokonya saja, toh tidak ada yang beli. Setelah mengunci pintu rolling door nya dari luar ia lalu hendak masuk kedalam rumahnya. Tiba-tiba di kejauhan dilihatnya ada seseorang mendekati tokonya.
Ah, barang kali ada orang mau beli rokok. Semoga saja tidak ngutang, batin Herman.
Sosok itu akhirnya mendekati Herman. Tapi Herman langsung gemetar ketakutan karena sosok yang ada didepannya adalah orang yang dibicarakan dengan Satria tadi sore yaitu Hendra. Mukanya tampak pucat pasi dan juga ada seperti tetesan darah keluar dari kepalanya.
"Herman, tolong aku Man." Rintihnya, rintihan yang langsung bikin ciut nyali Herman.
"Tol.. tolong ja...jangan ganggu aku Hendra, aku sudah ikhlaskan kamu punya hutang. Tolong jangan cekik aku, kamu tidak bayar hutang juga tidak apa-apa." Pinta Herman terbata-bata dengan dengkul gemetaran.
"Herman, tolong aku Man." Arwah penasaran itu masih tetap meminta tolong.
Hiii.... Herman langsung lari kabur kedalam rumah walau dengan susah payah karena kakinya lemas. Setelah masuk rumah segera ia langsung masuk ke kamar dan mendekap Hani istrinya dengan kencang.
Hani yang baru saja tidur tentu saja kaget. "Apa-apaan ini mas Herman."
"Di...diluar ada arwah Hendra sayang." Jawab Herman sambil tetap mendekap istrinya.
"Ah alasan saja. Pokoknya aku ngga mau tahu. Mas Herman harus tetap jaga toko sampai jam 12 seperti biasa."
"Ta..tapi sayang."
"Kalo ngga mau buka toko. Sebaiknya mas Herman tidur di luar saja. Ingat mas, hutang kita waktu bikin toko ini masih banyak, aku sudah capai jaga siang, giliran mas jaga malam." Istrinya marah dengan mata mendelik.
Akhirnya Herman terpaksa buka toko kembali, kali ini dengan membawa buku Yasin karena ia tidak mau tidur diluar.
* * *
Sementara itu tidak jauh dari rumah Herman disebuah pohon yang cukup besar Satria dan Jaey tampak tertawa cekikikan tapi agak ditahan agar tidak ketahuan. Perut Satria agak mules karena kebanyakan menahan tawa terutama ketika melihat pemilik toko itu kalang kabut masuk kedalam rumah. Tiba-tiba sesosok tubuh sudah ada dibelakang mereka berdua.
"Bagus sekali aktingmu Gus, kini Herman pasti ketakutan meringkuk dikolong ranjang." Kata Jaey pada orang yang baru datang itu.
"Tapi kalo dipikir pikir kasihan juga sih Herman."
"Lha, kenapa kasihan, biarin sajalah, soalnya kalo aku ngutang dia suka cemberut." Ujar Jaey.
"Maksudnya aku, kasihan ia kalo sampai ngompol di kasur." Jawab Satria yang membuat mereka berdua kembali tertawa, sementara sosok didepan mereka tetap diam.
"Eh Gus, kenapa diam saja sih, akting kamu tadi bagus lho." Kata Jaey, satria juga heran biasanya Agus suka bercanda kenapa sekarang diam saja. Saat ia hendak mengajaknya bicara tiba-tiba hapenya berdering.
"Mas Satria, maaf mas Agus tidak jadi datang karena ada perlu penting ke kota tadi sore, besok baru pulang katanya. Aku Bagas adiknya."
Tentu saja Satria jadi terkejut, begitu juga dengan Jaey yang menguping. Otomatis mereka berdua melihat sosok didepannya kebawah, baru mereka sadar kalo kakinya tidak menyentuh tanah.
TAMAT
hahahha....ya amplop, kenapa pula ada toko buka sampe jem 12 malem mas, enakan juga dekap dekapan kan hermannya hahhahahhaha
oiya aku pas bagian si jaey tetiba nongol ke toko mau cari makanan kecil sampai ikutan kaget 😱🥶😰, jaey lucu yah...mana cekikikan ama satria pulaaa...hahahha kupikir tadi hendra beneran
dan si bagas itu apa salah satu pembantu pak mahmud yang ikut tewas ditumbalkan ya? selain jadi adiknya si agus?
kocak tapi baca jem segini lumayan juga, bikin bulu kudukku berdiri 😆😂🤣🤣
Btw, kenapa kakinya ga nginjek tanah bro..emang arwahnya si Hendra datengnya naik motor atau gantole? :-)
apa punya soalan daaa hahahaha
Aku pikir pada awalnya, Hendra ini nggak beneran meninggal tapi ternyata beneran meninggal ya. Sepertinya kalau dibuat sequel atas kisah Hendra ini, bagus deh, Kak. Soalnya aku penasaran sama penyebab kematian dan kenapa dia gentayangan 🤭
udah luamaaa bangeet gak mampir sini banyak yang berubah ya blognya makin kereeenn euy..
wah, sekarang si herman udah punya toko kelontong yaa.. jail-jail banget nih temen-temennya herman suka nakut-nakutin, kan jadi kena sendiri batunya si kang satria dan si jaey.. hahaha.. jadi si agus itu sebenernya siapa kok kakinya gak nampak? hihihi..
kabuuuuuurrrrr.....
selalu ya endingnya
dua orang itu udah pada pipis pastinya
aku suka banget klo ada yang nakutin orang eh ternyata ditakutin hantu beneran
kayak puas aja mas wkwkwk
Sempat aku kira plot twist. Ternyata plot twist nya kena plot twist lagi alias beneran horror 😱. Yah, mungkin begitu lah nasib orang yang suka ngerjain dengan cara pura-pura jadi setan, kena karmanya kan 🤭
Itu kata-kata favorit anak saya yang kecil Mas hahaha.
Untungnya kok ya bacanya sambil intip-intip, jadi nggak terlalu menakutkan, meski ujungnya kaki nggak napak hahaha.
Balik lagi deh kisah horornya, bikin kaget dan takut hahahaha
aku kok suka ya liat toko kelontong yang isinya super lengkap, ngalah-ngalahin toserba.
kasian herman kok apes teruss sehh hahahaha
Sekian dan trimakasih😬
Makanya Jae jngan suka jailin orang biar ga kena batunya 🤣
Penampakan arwah penasaran bikin aku langsung bergeridik. Entah kenapa aku paling ngeri mendengar cerita orang-orang yang 'didatangi' oleh arwah penasaran. Duh, makanya selama hidup yang baik-baik aja deh yaa. Jadi kalo mati udah langsung aja ke surga T_T
Saya ketipu banget sama judulnya, Mas Agus. Saya kira ini cerpen biasa, tau-taunya horor *terus saya baru sadar kategorinya memang cerita horor* 😂
Ayooo bikin part 2 nya nih mas, masih gantung ceritanya :p.