Keuntungan punya istri bersuara nyaring
Beredar sang bumi
Mengitari matahari
Merangkaikan waktu
Tahun-tahun berlalu
Namun cintaku
Takkan pernah berubah
Masa demi masa
Kita berdua
Takkan pernah berpisah
Baur dalam cinta
Berlayar bahtera
Mengharungi samudra
Mencapai tujuan
Nun pantai harapan
Alunan lagu bahtera cinta dari sebuah speaker tampak menggema keras di sebuah rumah kecil di pinggir jalan. Agus sendiri mendengarkan sambil tersenyum senang. Maklum, hari ini jualan ciloknya habis diserbu pembeli, sebuah hal langka sejak ada virus Corona. Lumayan hari ini dapat 300 ribu, setelah disetor pada juragan Herman ia mengantongi uang 75 ribu. Memang ia mengambil cilok darinya, keuntungannya ialah 75% untuk dia sedangkan dirinya mendapatkan 25%.
Sebenarnya beberapa kali Agus mencoba membuat cilok sendiri agar keuntungannya lebih besar, tapi sayangnya rasanya kurang enak, entah apa yang kurang. Karena kurang enak itulah maka penjualannya turun, bahkan pernah sehari ia hanya mendapat 50 ribu saja dari pagi sampai maghrib karena sekolah banyak yang tutup, sementara anak anak adalah pembeli utamanya. Akhirnya iapun kembali pada juragan Herman, setidaknya ia tidak tekor karena jika tidak habis bisa dibalikin.
Hari ini ada hajatan di sebuah desa. Pagi pagi ia pun kesana dan Alhamdulillah setelah jam 2 siang dagangannya habis, padahal banyak pedagang lainnya. Ah, sungguh Allah SWT telah bermurah hati padanya hari ini.
Setelah sholat ashar maka Agus pun menyetel musik dangdut kesukaannya yaitu lagu dari bang haji Rhoma. Walaupun ia beberapa kali kurang suka dengan langkahnya masuk dunia politik yang suka bikin kontroversi tapi tetap saja ia jatuh cinta dengan lagu lagunya.
Hal ini mungkin mirip juga dengan ibu kost tempat ia ngontrak. Induk semang nya beberapa kali kadang suka ngomel kalo ada berita tentang penyanyi yang dijuluki raja dangdut itu tapi anehnya ia kadang suka memutar lagu-lagunya. Pernah suatu kali Agus iseng bertanya mengapa sebal padanya, apakah karena politik. Oh ternyata bukan. Ia suka kawin cerai, begitu alasannya.
"Permisi." Sebuah suara terdengar diantara alunan musik dangdut. Agus lalu menghentikan musiknya.
"Ada apa ya kang?" Tanya Agus pada seseorang yang ada di teras rumah kontrakannya. Seorang lelaki berumur tiga puluhan, kurang lebih sama dengan dirinya tampak membawa sebuah bungkusan. Mukanya tampak agak sedikit lesu, mungkin karena kena panas seharian yang memang akhir akhir ini tidak kenal kompromi.
Lelaki itu tersenyum lalu meletakkan barangnya." Maaf mengganggu mas. Barang kali mas minat dengan barang yang saya jual."
Lalu tanpa diminta lagi ia membuka bungkusan agak besar yang berasal dari kain. Ternyata dia menjual buku-buku. Ada buku tentang agama, majalah yang entah bagaimana bisa masih eksis di zaman digital seperti sekarang ini, bacaan anak-anak, dan novel.
Agus sendiri begitu melihat buku-buku itu langsung memantapkan niatnya untuk tidak membeli. Pertama, ia hanya punya sedikit uang, kedua ia memang kurang berminat dengan buku, kecuali jika diberikan gratis tentu saja.
Tapi ia tidak tega jika langsung mengusirnya, apalagi sambil memperlihatkan barang dagangannya ia bercerita kalo dari pagi hari ia baru menjual dua buku saja yang harganya 10 ribu.
Karena itulah, ia lalu mengajak ngobrol dulu. Setidaknya agar ia ceria karena ada orang yang tampak berminat dengan bukunya.
"Mas aslinya mana?" Tanyanya sambil menjejerkan bukunya. Ia mungkin tahu kalo Agus bukan orang setempat karena ngontrak.
"Aku asli Tegal mas." Jawabnya.
"Oh Tegal ya. Aku punya adik ipar orang Tegal mas."
"Ah masa?" Tanya Agus tak percaya. Paling ia hanya pedagang yang ingin merayu konsumennya agar membeli lalu pura pura punya adik ipar orang sedaerah dengannya.
"Tentu mas. Kalo ngga salah namanya desanya Dukuh Turi. Letaknya lewat rel kereta api lalu ke selatan. Jika ada perempatan lampu merah baru belok kiri." Katanya panjang lebar. Agus akhirnya percaya biarpun ia bukan orang Dukuh Turi tapi kadang jalan jalan kesana kalo pulang kampung.
Ia lalu mencoba melihat lihat buku yang tergeletak di depannya. Agak tertarik juga ia dengan novel Nikah Muda karya Thessalivia, dan juga Ada Hati yang Terluka dari Keza Felice, salah satu pengarang muda.
"Ini berapa mas?" Tanyanya sambil mengangkat satu novel itu.
Lelaki muda itu lalu menyebutkan sebuah harga. Agus garuk garuk kepalanya yang tidak ketombean karena harganya hampir dua kali lipat dari harga onlinenya. Uang yang dipunyainya juga tidak akan bisa membeli satu novel apalagi jika keduanya diborong.
Melihat Agus terdiam maka pedagang itupun melancarkan serangannya lagi." Jika mas ambil dua, aku kasih diskon 25% deh." Rayunya lagi.
Sedari awal Agus sudah membulatkan tekad tidak ingin membelinya karena memang tidak punya uang, tapi jika untuk mengusirnya begitu saja juga ia tidak tega. Apalagi ia bilang kalo punya saudara yang masih satu kota dengannya biarpun cuma ipar.
Ia pun lalu mencoba untuk melihat lihat buku lainnya. Ada beberapa buku, yang sejujurnya tidak ada minat cuma karena tidak tega langsung mengusirnya maka ia berlama-lama dahulu. Memang sih ini tidak etis, tapi daripada ia kecewa bukan.
Tapi tetap saja tidak ada novel ataupun majalah lain yang memikatnya seperti dua buku itu. Akhirnya ia pun merasa harus sudah mengakhiri semuanya.
"Maaf mas, bagaimana kalo 100 ribu saja?" Kata Agus sambil memegang dua novel tersebut.
"Waduh maaf mas, itu tidak balik modal mas apalagi dapat untung. Tolong tambahkan sedikit lagi mas, setidaknya buat balik modal lah." Katanya memelas.
Agus sendiri dari awal memang kurang tertarik membelinya karena banyak kebutuhan lain seperti iuran sekolah anaknya dan juga kebutuhan dapur yang jelas lebih mendesak, maka ia pun langsung pasang muka tegas." Maaf kang, tidak ada lagi uangnya."
Penjual itu akhirnya membungkus lagi barang barangnya. Agus mengira ia akan mendapatkan wajah yang cemberut karena lama tawar menawar tapi tidak jadi membeli. Mungkin kalo di bisnis online namanya CLBK, chat lama beli kagak.
Namun dugaannya salah. Ternyata ia tetap pasang wajah biasa saja." Ya sudah ngga apa-apa mas. Silahkan ambil saja, biarlah rugi sedikit tidak apa-apa yang penting hari ini saya bisa pulang bawa uang."
Modyar, Agus tentu saja tidak menyangka kalo akhirnya dijual juga. Mau menolak juga tak mungkin, lha sudah disepakati.
Akhirnya Agus permisi dulu masuk ke kontrakan.
Melihat suaminya masuk maka istrinya pun bertanya. Ia memang tidak tahu karena sedang sibuk membuat kue kering yang akan dijual besok." Ada apa mas? Mau bantuin."
"Ah tidak. Tadi uang yang aku beri boleh aku pinjam lagi ngga?"
"Untuk apa mas?" Tanyanya.
Akhirnya Agus lalu menjelaskan sebabnya. Tentu saja istrinya langsung mengomel." Mas kan tahu kalo kebutuhan dapur juga masih kurang, belum lagi besok harus bayar iuran di sekolah karena batasnya tinggal sehari lagi." Katanya dengan nada tinggi.
Agus hanya diam saja.
"Tadi Bu Heni juga menagih uang sewa bulan ini, terpaksa pakai uang hasil jualan kue. Bukan aku tak boleh membeli buku, tapi banyak keperluan lain yang lebih penting."
Agus terpaksa keluar dapur karena jika masih disitu terus maka akan terjadi perang dunia ketiga dan jelas ia ada di pihak yang kalah.
Saat ia hendak keluar sambil mencari akal bagaimana caranya membatalkan pembelian tadi, dilihatnya penjual itu sudah tidak ada. Ia celingak-celinguk mencari dan dilihatnya dia sudah ada diseberang jalan. Buru-buru ia menghampiri.
"Maaf mas." Katanya dengan nada menyesal.
Lelaki itu tersenyum." Ngga apa-apa mas. Saya memaklumi kok. Soalnya istri saya dirumah juga begitu. Jika memang ada yang lebih penting maka utamakan itu dulu."
Agus jadi tertawa juga mendengarnya sehingga sehingga dia pun ikut tertawa. Akhirnya dia pun permisi dan Agus hanya bisa mendoakan semoga lelaki itu bisa mendapatkan uang lagi sebelum ia pulang ke rumahnya.
TAMAT
Terus bedanya apa punya istri suara nyaring sama punya istri penyanyi / Biduan..😂😂
Peryamax amaaaan 😂😂😂😂
Wuidih ada bukunya novelnya mamih ica alias mba thessa juga ya dijualnya hihi
Ealah ya begitulah yak, akhirnya karena suara sang nyonyah kedengeran sampai luar si abang penjual buku keliling nda maksakan si mas agusnya buat belik huehehhe, berarti suara istri memang menyelamatkan yes hihi
#baca ini mendadak jadi pengen cilok huaaaa 😄😭, pankapan mau bikin ah, siapa tau suatu saat nanti adminya bagi bagi tutorial gemana bikinnya 😊😆
Resep rahasia cilo nya .juragan Herman memang jitu ya nggak bisa ditandingi, makanya Agus balik lagi ke juragan Herman..
😁 (cepeknya dong)
Yaampun, aku terlalu fokus sama judul wkwk
Kalau dulu saya masih kecil, kata mama saya, kalau ada tamu terus bikin kita nggak nyaman, entah maksa sesuatu, mau hutang kek, atau gimana, tapi kita nggak tahu nolaknya, cukup ke dapur aja, terus bakar garam yang gede-gede itu loh, nanti juga tamunya langsung kabur, karena tau kehadirannya bikin nggak nyaman, hahaha.
Tapi suara istri yang nyaring juga ternyata udah cukup :D
tapi memang sulit ya di satu sisi pingin beli tapi di sisi lain ga punya uang
fix istrinya ikut Indonesian Idol wkwkwk
Amin...
"Keuntungan punya istri"
udah, wkkwkw
Banyak lelaki yang tersiksa jika punya istri galak
Karena manfaatnya juga ada
Bisa mengusir tamu atau penjual apa saja secara halus
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga kesehatan istri itu sendiri.
Coba bayangkan, jika istri itu diam saja jika punya hal yang tidak disukai, lama lama kan jadi penyakit. Nanti siapa yang repot, kan suaminya juga.
Istri yang galak, juga menjadi ladang pahala. Latihan dan menguji kesabaran
Dari hari ke hari cerpen mas Agus makin bagus aja , andai nih cerpen dijadikan film pasti sudah masuk kategori award aku yakin itu.
Ngomong-ngomong ini tadi aku kira juntrungannya ke istri yang suaranya nyaring karena jago nyanyi lho, mas. Gak taunya.🤣🤣🤣
tapi ada kayaknya ya istri yang model begini hehe, sampe di jalan depan rumah pun, suaranya kedengeran
Tadi takkiro ada hantu hantu cantik lagi di cerita ini. Ternyata
saking suaranya yang nyaring penjualnya auto takut di semprot nih ya, wkwkw
Btw, woooi buku mba Thessa kenapa bisa dijual Ama penjual pinggiran hahahahahha. Harus peseeen itu dr Stiletto :p. Buku bajakan jangan2 yg dibawa bapaknya :p. Hihihi...