Efek pandemi Corona terhadap makhluk halus
Heni sedang gundah karena ia baru saja kena PHK di sebuah pabrik karena perusahaan tempatnya bekerja mengurangi karyawan sebab omset penjualannya turun drastis karena Corona. Karena hanya karyawan harian maka ia pun tidak mendapatkan pesangon sama sekali.
Heni ingin mencari pekerjaan di pabrik lainnya. Begitu ia dengar ada lowongan kerja di sebuah perusahaan maka iapun kesana. Tapi sayangnya ia tidak diterima karena sudah penuh. Tidak putus asa iapun kembali mencari ditempat lain, hasilnya sampai sore lewat tidak dapat.
Karena sudah Maghrib maka ia pun terpaksa pulang, mana sendirian lagi karena temannya sudah pulang duluan. Pabrik terakhir yang ia datangi ada di pinggir kota, mungkin biar murah kali waktu beli tanahnya. Di pojoknya ada sebuah pohon waru doyong yang besar sekali. Saat sedang lewat itulah ia melihat seorang wanita berpakaian putih sedang nongkrong di atas pohon itu.
Karena tak ada pekerjaan, Heni yang merupakan anak yang memiliki kemampuan khusus akhirnya menyapanya.
"Mbak Kun, kamu ngapain diatas sana."
Kuntilanak itu tampak kaget karena tak menyangka kali ada manusia yang bisa melihat penampakannya, biasanya sih ia sendiri yang menampakkan diri.
"Lha, kamu bisa lihat saya?" Katanya sambil melayang turun.
"Ditanya malah balik bertanya." Heni pun cemberut.
Melihat ada seorang manusia yang mengajaknya berbicara maka mbak Kun itupun kesenangan." Iya deh maaf. Saya sebenarnya sedang nongkrong untuk menakut-nakuti orang lewat. Sebenarnya tadi aku tadi hendak nakutin kamu tapi kok malah ngobrol."
Heni mencibir." Lha, ngapain kamu nakut-nakutin orang, kayak ngga ada pekerjaan saja kayak saya."
Mbak Kun itu meringis." Sebenarnya ini rahasia ya, jangan dibocorkan ke siapa saja. Jadi aku dapat tempat di pohon waru doyong itu tidak gratis, itu aku ngontrak sama jin penunggu kawasan sini. Ia mau memberikan pohon itu dengan syarat aku harus bisa menakut-nakuti orang lewat, minimal 5 kali dalam sebulan."
"Lha, kan banyak orang lewat, tinggal takut-takuti saja."
Kuntilanak itu tambah meringis." Sejak ada Corona ini makin sepi yang lewat sini, apalagi kota ini katanya mau kena psbb, bakalan tambah sepi. Duh, mana bulan ini aku baru menakut-nakuti satu orang doang."
Ia hanya diam mendengarkan.
Mbak Kunti itu lalu bicara lagi." Mbak, tolong beri tahu teman teman kamu ya agar lewat sini agar bisa aku takut-takuti, tolong mbak biar aku jangan diusir dari kontrakan ini, plis ya, pliiss!" Katanya memohon.
"Aduh maaf mbak Kun, saya juga bukan orang sini. Jadi saya tidak ada kenalan yang bisa disuruh lewat sini." Heni buru buru kabur sebelum kuntilanak itu ngambek.
Karena sudah lewat Maghrib terpaksa ia pulang naik angkot, mana kampungnya juga cukup jauh dari kota lagi. Hampir setengah jam barulah ia sampai di jalan yang hendak menuju desanya, maklum ia memang tinggal cukup jauh dari jalan raya. Ia terpaksa jalan kaki karena tidak ada tukang ojek, tak terlalu jauh sih hanya sekitar 1 kilometer saja.
Melewati jalan yang sunyi itu ia heran kenapa jadi sepi sekali, padahal biasanya waktu ia masih kerja jalan ini tidak terlalu sepi amat.
Akhirnya ia sampai rumah. Ibunya ternyata sudah menyiapkan masakan untuknya.
Sabar ya, jangan putus asa, begitu kata ibunya ketika ia bercerita kalo hari ini belum dapat pekerjaan. Ayahnya sendiri masih berdagang dan biasanya pulang jam 9 malam. Sebenarnya ia ingin bekerja untuk menggantikan ayahnya yang sudah mulai berumur tapi ternyata ia sendiri masih menganggur.
Sehabis isya ia duduk-duduk santai di teras rumah. Percakapan dengan mbak Kunti itu membuatnya berpikir, apakah makhluk halus juga kena efek Corona, apa saja yang mereka rasakan.
Ah, bagaimana kalo aku tanya-tanya saja pada mereka, pikirnya. Segera saja ia menuju rumah temannya Astri.
Astri yang juga sama sepertinya yaitu lagi nganggur tentu saja terkejut dengan ajakan sahabatnya itu.
"Waduh, ada ada saja kamu ini Eni. Bagaimana kalo nanti mereka marah."
"Ya tidaklah, kita kan cuma tanya tanya saja tidak mengganggu mereka. Aku jamin tidak ada apa-apa."
Astri yang seumuran dengan Heni akhirnya setuju, daripada gabut pikirnya. Akhirnya mereka pun memulai aksinya dan yang akan diwawancarai pertama adalah Bang Poci yang sering melakukan penampakan di sebuah pohon pisang di sebelah rumahnya.
Pocong itu awalnya ogah diajak bicara, tapi Heni bisa merayu nya agar mau melakukan wawancara terkait dampak kena Corona.
"Yah, saya sih sebenarnya senang saja mbak. Gara gara saya kan viral tuh pocong penjaga Corona agar orang tidak kelayaban, kalo ngga salah beritanya bahkan sampai ke Korea sana. Cuma aku kurang sreg soalnya itukan pocong bohongan. "
"Wah berarti kamu senang dong." Tanya Heni, sementara Astri hanya melihat saja dibelakangnya.
"Senang apanya, gara gara berita viral itu manusia sekarang jadi ngga ada akhlaknya, ngga takut sama pocong sama sekali." Bang Poci itu memberengut.
"Ah masa sih?"
"Iya, kemarin tuh aku datangi seorang cewek yang lagi di pos ronda sendirian. Sepertinya tuh cewek lagi nungguin pacarnya kali. Saya lalu datang melompat-lompat dibelakangnya lalu menampakkan diri. Kukira cewek itu bakal lari terbirit-birit, eh dia malah marah-marah. Aku lagi kesal nunggu pacarku ngga datang datang tapi malah kamu gangguin, sana pergi, bentaknya kepadaku. Aku diam saja, eh dia malah copot sepatu lalu melempar padaku. Aku tentu saja langsung kabur. Nih bekasnya masih ada." Bang Poci itu lalu menunjukkan wajah sebelah kanannya yang tampak kemerahan.
Kami berdua tentu saja tertawa mendengar ceritanya.
Bang Poci itu tambah cemberut." Udahlah, kalian bukannya kasihan sama aku tapi malah tertawa."
Habis itu tanpa banyak cakap lagi bang Poci langsung melompat lompat dan menghilang kembali di pohon pisang.
Akhirnya mereka berdua pun melanjutkan perburuan berikutnya. Heni ingin ke pohon beringin yang ada di Utara desa yang ada penunggunya tapi Astri tidak mau, serem soalnya katanya. Bagaimana kalo tuyul saja tawar temannya.
Saat mereka berdua sedang berdiskusi itulah muncul seekor hewan dari arah sebuah rumah. Heni segera saja mengejarnya." Bang Pepet, tunggu sebentar bang."
Babi ngepet itu berhenti sejenak. Awalnya ia takut kalo mereka itu adalah warga kampung yang hendak mengejar dan menangkap dirinya. Tapi setelah Heni menjelaskan kalo mereka berdua itu cuma ingin melakukan wawancara maka ia mau diajak bicara juga.
"Benar nih kalian wartawan?" Tanyanya dengan pandangan mata menyelidik.
Heni mengangguk lalu ia menjelaskan kalo mereka berdua bekerja di sebuah koran di ibukota, tak lupa mereka berjanji akan merahasiakan identitas nara sumber.
"Bagaimana pendapat bang Pepet tentang Corona ini bang?"
"Duh, gara gara Corona ini pendapatan ku turun drastis mbak. Sekarang pada ngirit, belum lagi orang kebanyakan memakai transaksi nontunai, itukan ngga bisa diambil oleh makhluk seperti saya."
"Wah, susah juga ya bang."
Babi ngepet itu mengusap peluh yang ada diwajahnya." Bukan susah lagi mbak, biarpun dapat duit aku juga jaga jaga. Tiap dapat uang pasti aku semprot semuanya dengan hand sanitizer biar tidak ada virusnya. Ngga lucu kan kalo duit yang aku dapat dengan susah payah habis cuma buat berobat karena kena Corona."
"Ternyata ngga ada untungnya korona ini ya bang?"
"Ah ngga juga sih mbak. Sejak ada korona ini aku agak leluasa beroperasi. Kalo dulu kan aku selalu diuber-uber oleh warga setempat, kalo sekarang agak dibiarkan, mungkin mereka mengira aku ini hewan liar yang berkeliaran, soalnya kan banyak juga tuh berita di luar negeri tentang binatang liar yang berjalan-jalan di alam bebas. Sekarang masih ada sih satu dua warga yang ngejar tapi tidak seganas seperti dulu."
"Terus bang Pepet mintanya yang mana dong? Apakah terus ada Corona atau gimana?" Tanya Heni lagi.
"Ya jelas aku pilih Corona cepat hilang mbak. Sejak ada pandemi ini operasi jadi sulit, dapat duitnya sedikit, resikonya koit."
Astri yang sejak tadi diam saja tiba-tiba langsung nimbrung." Makanya bang, mendingan cari rejeki yang halal saja biar berkah. Jadinya kan aman."
Babi ngepet itu tiba-tiba memandangi wajah mereka berdua dengan penuh rasa curiga.
"Sebentar sebentar, kalian ini beneran wartawan atau agen MUI sih?"
TAMAT
Note: terima kasih banyak kepada pak Anton Ardyanto atas template premium nya ya pak. Semoga blog bapak makin jaya dan rejekinya makin banyak, amin ya rabbal alamin.🙂
anak buahe bu Tejo wakkakaka
ada ada aj
tapi aku ya kepikiran ya
kan PSBB jadi engga banyak yg bisa ditakuti
dan bener se kayak tuyul dan pesugihan jadi apes juga
ngomong2 ngomong itu kalau manggil Mbak Kun jadi inget Mas Joe
Kal ngefens banget sama MBak Kun wkwk
By the way, maaf mas, saya pass dulu kalau cerpen soal makhluk halus hahahahaha. Takut nggak bisa tidur entar :)) tapi saya penasaran sama templatenya makanya komen. Suka designnya bagus dan warna warni seperti pelangi hihi :P
Btw lama2 babi ngepet ladang usahanya bisa hilang klo orng banyakan transaksi non tunai yaa.. jd penasaran, dia bs ngambil uang di dalem atm ga ya.. 😅
Eh, ini heni yg bu guru jae bukan? Kasihan dia jd pengangguran skrng yaa.. 😁
hehe
Ngomong-ngomong ternyata setan-setan juga terdampak Corona juga ya, mas. Ada yang gak bisa memenuhi target nakut-nakutin orang, ada yang penghasilannya nyolongnya berkurang, sampai ada yang sudah gak ditakuti dan dihargai sebagai setan pula 🤣. Tapi paling gak, para setan itu gak bakalan bisa ketularan Corona. Jadi mereka seharusnya bersyukur 🤣🤣🤣🤣
Saya komentar penulisannya yah Mas, cara punyampaiannya makin bagus, ide ceritanya kreatif, bikin saya keinget sama Pocong juga pocong, tapi cerita ini punya ciri khasnya sendiri
(dua ribu dong? Kalo lecek tambahin jadi lima ribu Mas Agus, baru saya mau terima duitnya ) 😁
Entah harus ikut berempati atau senang tentang makhluk halus yang gabut di masa pandemi ini. Kasian amaat Poci malah kena tabok cewek huahaha eh tapi saya nggak tau lho soal pocong viral, maksudnya gimana ya? Eh gak usah dibahas, Mas. Saya takut juga sih 🤭
Semoga makin semangat mas agus dan makin sukses untuk mas agus maupun pak anton😁
Cerpen ini bikin makhluk halus jadi halus dan ramah bener ya, saya jadi merasa agak enggak takut...eh, tapi nanti kalau udah malem saya pasti takut lagi😂
Si Heni nongol lagi kirain saya udah pensiun dia dan jadi sopir bis..hihihi
Tiap mau mampir kesini aga takut2 buat baca, karena tentang horor gitu.
Tapi karena anaknya penasaran, jd coba baca. Walaupun di awal2 ngeri karena mbak kunti, lama2 tetap lanjutin sampe tamat. Ternyata lucuu juga kak bikin saya ketawa ketimbang takut.
Next mau coba baca2 lagi semoga ga takut 😂
Kasian yah para hantu kena efek corona.. wkwkwk Emnk corona tuh nggk tau diri.. Lama amat mampir dimari. Cepet balik kek.. wkwkwk
Yang sabar yah poci,,
Mba Kunti,,
Bang Pepet... Besok curi hapenya aja, nggak usah uangnya.. hihi
Ngomong-ngomong, corona ini selain berdampak besar untuk manusia ternyata juga ke para hantu ya. Aku sampai kaget, babi ngepetnya aja bisa mengusap peluh dan pakai hand sanitizer. Caranya gimana itu? Wkwkw
Tapi lumayan lah, penjualan hand sanitizer jadi meningkat karena yang beli bukan cuma manusia 🤣
semoga dengan template baru, makin semangat menulis ceritanya. Bisa jadi hiburan emak ini saat lelah hayati didera badai PJJ yang belum kunjung usai.
Emangnya mbak kunti dan mas pepet saja kena dampaknya :)
baru tahu lho ternyata mbak kunti itu perlu bayar kontrakan. Tadi pas baca jadi sambil inguk inguk plataran rumah saya, kan depannya ada pohon mangga gede dan waru tetangga yang agak ndoyong ke plataran kami. Jadi merinding, jangaan jangaan
Pola pikir makhluk halus jaman now canggih juga ya kwkwkww
Favoritku si Pocong kwkwkwk
Ternyata efek corona nggak berdampak pada manusia aja ya, mbak K sama Babi Ngepet juga. Wkwkw aku ngakak nih baca ceritanya, adaaaa aja idenya bikin cerpen.
Kalau inget bang Poci, saya jadi inget pohon pisang dekat rumah nih. Pernah dilihatin sekali sama tu permen sugus 😅 asli sampe sekarang masih sedikit trauma lewat pohon pisang.
😂😂 Korannya lgs dibredel
Cari duit susah, eh justru kena PHK
Dan makhluk halus pun juga kena imbasnya
kapan wabah ini cepat berlalu ya
Btw keren abis sih, bisa-bisanya terpikirkan kalau bukan hanya manusia yang terkena efek pandemi ini, bahkan si Mba Kukun dan lainnya pun juga kena, hahahaha.
Lagian, kenapa kudu nongkrong di pohon sih si kukun itu? apa nggak takut dia ketiduran trus nggelundung jatuh? :D
Keren imajinasinya.
astri dan eni ini sosok pemberani, hebat banget wawancara bang pepet, mbak kunti dengan nyantainya, kalau aku udah ngibrit :D
hmmm...heni ini pasti berani bgt yaa, sampai saking nganggurnya mewawancarai para hantu
boleh juga sih itu bisa dikirim ke media dan dibayar artikelnya hahaha
Ada-ada aja. Tidak hanya manusia, setan pun jga kena imbasnya. Eehm, kalau corona gini, setan² ttp ngadain gathering ga yaa...? Khan manusia banyak yg tunda gathering gara² corona. Entah kalau setan...wkwkwk
Semangat terus ya Bang, maaf lama nggak main ke Blog ini
Mungkin harus disarankan buat beli masker dan peralatan kesehatan lainnya di ACE Hardware Indonesia tinggal pilih dah tuh mau yang gimana, biar gak batuk-batuk waktu lagi ketawa melengking. *jokes.
👍😁