Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Petaka desa Kaligangsa

 


Ada yang tampak berbeda dengan balai desa Kaligangsa malam itu. Ruangan yang biasanya sunyi sepi itu kini dipadati oleh puluhan penduduk sambil membawa obor untuk penerangan. Tampak wajah-wajah tegang dari dari warga desa.

Memang desa mereka sudah beberapa bulan ini seperti kena kutukan. Sawah ladang tampak tidak menghasilkan, kalaupun panen hasilnya tidak seberapa karena sebagian besar ludes di makan hama, baik tikus ataupun wereng.

Tapi yang lebih mengerikan adalah yang menimpa penduduknya. Banyak warga yang mati secara misterius, ada yang perutnya mendadak membesar lalu pecah, ada juga yang mati dengan wajah melotot dengan muka penuh ketakutan.

Hampir semua warga desa tahu kalo malapetaka mengerikan yang terjadi di desa mereka akibat ulah penghuni lereng gunung di dekat desa mereka. Tapi penduduk desa tidak ada yang berani lagi kesana setelah beberapa pemuda pemberani maupun orang-orang yang dianggap memiliki ilmu tidak ada yang kembali setelah pergi kesana. 

Ada satu yang berhasil pulang ke kampung dengan selamat tapi sayangnya ia malah meracau tidak karuan. Tiga hari kemudian ia ditemukan mati tenggelam di sungai. Hal itu tentu membuat warga makin ciut nyalinya.

Tapi kini mereka jadi berani setelah Ki Kusumo, orang sakti yang terkenal di daerah mereka akhirnya mau membantu. Karena itulah kini mereka berduyun-duyun datang ke balai desa.

Semua mata warga kampung tertuju pada sosok lelaki tua berambut putih yang sudah berumur tapi masih tampak kekar, ia memakai baju hitam dan gelang dari akar di kedua tangannya. Siapa lagi kalo bukan Ki Kusumo. Disampingnya ada tokoh yang paling dihormati oleh warganya, siapa lagi kalo bukan pak Dahlan yang menjadi kepala desa. Ia tampak sedang berbicara pada orang sakti itu dengan muka menunduk.

Semua penduduk kini memandang pada pak lurah setelah ia menyelesaikan ceritanya. Ada sebagian yang kaget mendengar ceritanya tapi banyak juga yang acuh tak acuh.

"Jadi, kini kau mengaku telah mengarang cerita yang menyebabkan kematian suami Larasati pak lurah." Kata orang tua yang rambutnya sudah memutih.

"Betul Ki, aku mengaku salah dan khilaf." Katanya dengan suara merendah dan kepala menunduk.

Orang tua itu menarik nafasnya baru menghembuskan keluar. Kini ia bangkit dan memandang kepada para penduduk yang mengitari mereka. Malam yang gelap kini terang benderang karena banyaknya obor yang dibawa.

"Dengarkanlah kalian semua. Malapetaka yang terjadi di desa kalian selama ini juga karena kesalahan kalian juga. Walaupun memang ada hasutan dari pak lurah, tapi jika kalian tidak membunuh suaminya Larasati secara kejam maka bencana ini tidak akan terjadi." Katanya lantang. Para penduduk yang mendengarnya hanya menundukkan kepala.

"Tapi Ki, apa kita harus membiarkan saja kekejaman wanita jahat itu?" Tanya salah satu penduduk tak puas.

"Betul Ki, apa kita harus pasrah saja mati satu demi satu." Timpal yang lainnya, dalam sekejap balai desa itu ramai oleh suara yang saling bersahutan.

"Diam kalian semua!!!" Bentak pak lurah. Bentakannya segera memperlihatkan hasil, suara riuh rendah itu langsung mereda. Ki Kusumo mengangkat tangannya.

"Tentu saja kejahatan Larasati tidak bisa dibenarkan juga dan memang harus ditumpas karena sudah melampaui batas. Tapi perlu kalian ketahui sebelumnya, bahwa ilmuku sejujurnya masih kalah tinggi dibandingkan dia."

Geger lah para warga desa. Kalau begitu bencana mengerikan yang terjadi di kampung tidak akan berhenti, percuma saja mengundangnya.

"Tapi kalian tidak usah khawatir. Biarpun ilmu ku kalah tapi aku tidak kalah akal. Aku tahu kelemahan perempuan itu, kini ia sudah berhasil ku lumpuhkan dan semua ilmunya lenyap."

Warga kampung kini kembali sumringah.

"Bayu, apakah tugas yang aku berikan kepadamu sudah berhasil kau laksanakan nak?"

Pemuda tampan yang dipanggil dengan nama Bayu maju ke depan dan menundukkan kepalanya." Sudah Ki. Sesuai petunjuk aki aku akhirnya berhasil mendapatkan tujuh rambut tengah perempuan itu."

Dukun sakti itu menarik nafas lega. Tidak sia-sia ia bertapa selama ini agar bisa mengetahui kelemahan musuhnya. Ia lalu menerima tujuh helai rambut yang sudah dibungkus dengan kain hitam miliknya yang sebelumnya sudah diberi mantra, yang diberikan oleh pemuda itu. Ia lalu menyimpan kain tersebut di sakunya.

"Sekarang lah saatnya kita mengadili perempuan yang menebarkan malapetaka di desa kalian. Tapi ingat, jangan ada yang berani bertindak gegabah. Biarpun ilmunya sudah ku lumpuhkan, kita tidak tahu apa saja yang dimiliki oleh dia, mengerti!!!"

"Mengerti Aki." Teriak penduduk desa. 

Ketika orang tua itu bangkit diiringi oleh pak lurah dan Bayu, para penduduk desa itupun langsung mengikuti. Di tangan mereka sudah menggenggam segala macam senjata tajam, baik golok, parang, bahkan cangkul. Iring-iringan obor tampak menuju lereng bukit.

Para penduduk desa yang tidak ikut hanya bisa ketakutan di dalam rumah sambil berdoa, semoga saja bisa memusnahkan wanita itu sehingga malapetaka yang terjadi di desa mereka bisa berhenti.

Sementara itu di lereng bukit, tampak seorang wanita muda sedang termenung duduk di teras rumah sambil memperhatikan obor para penduduk yang tampak bergerak. Tentu saja para warga desa itu hendak menyatroni tempatnya, apalagi kalo bukan untuk balas dendam.

Ia menengadahkan kepalanya ke langit, tampak bulan purnama menerangi kegelapan malam. Larasati tersenyum lalu mengusap perutnya yang tampak ramping.

"Kau tahu anakku, para penduduk itu ingin kesini untuk membantai ibumu, katanya mereka ingin mencari keadilan, padahal tangan mereka juga sama saja, berlumuran dengan darah bapakmu."

Ia menghela nafas sebentar lalu kembali berucap seorang diri." Memang salah ibumu ini apa nak, semua orang yang ibumu bunuh itu bertanggung jawab atas kematian bapakmu. Mereka menyeret, memukul, bahkan menyiksa bapakmu hingga mati biarpun ia sudah bilang kalau dirinya bukan penyebab wabah penyakit yang melanda desa tapi mereka tidak peduli. Salahkah aku membalaskan dendam suamiku."

Ada getaran halus didalam perutnya yang hanya dirasakan oleh Larasati seorang. Mulutnya kini tersenyum.

Ia memandang ke bawah, kini puluhan obor tampak sudah semakin dekat, tak lama kemudian obor itu menyebar seakan mengurung dirinya. Wajah mereka garang semuanya, menatap penuh benci kepada pembunuh saudara atau keluarga mereka. Ditangan mereka sudah siap senjata tajam.

Yang ditatapnya diam tak bergeming. Larasati tidak takut sedikitpun biarpun ilmunya kini sudah punah. Ia bangun dari teras rumah lalu menyapukan pandangannya pada para penduduk desa, yang entah kenapa malah menunduk tidak berani beradu pandang. Pak lurah Dahlan tahu jika dibiarkan bisa berbahaya.

"Kejahatanmu sudah berakhir Larasati, kini kau harus menebus semua dosa-dosamu pada penduduk desa yang kau binasakan secara keji." Teriak lurah tersebut. Teriakan itu memberikan hasil, para penduduk jadi bersemangat dan langsung berteriak bunuh bunuh bunuh.

Larasati yang masih muda belia biarpun umurnya sudah sama dengan pak lurah itu yang sudah berumur 40 tahunan berkata pada pemimpin desa itu.

"Jadi inikah yang kau inginkan Dahlan?"

Mendengar perempuan itu menyebut namanya langsung hati pak lurah jadi bergetar. Ia teringat dengan masa lalunya dan sebenarnya dirinya sendiri lah penyebab semuanya ini.

Larasati adalah kembang desa Kaligangsa yang dicintainya sejak lama. Walaupun orang tuanya melarangnya untuk bergaul dengannya karena Laras adalah anak dukun kesohor di daerah tersebut ia tidak perduli. Toh orang tua gadis yang dicintainya itu tidak pernah berbuat jahat pada penduduk desa bahkan sering membantu, misalnya ada yang sakit akan diobati. Selain itu ia juga ringan tangan suka membantu penduduk desa karena lumayan kaya punya kebun di lereng bukit.

Tapi namanya manusia, ada saja yang iri dan menyebarkan desas-desus tak sedap yang menyebar dari satu mulut ke mulut lainnya. Dahlan muda tidak perduli, baginya Larasati adalah gadis yang dicintainya, mau anak dukun juga tak mengapa.

Tapi sayangnya cintanya bertepuk sebelah tangan karena Larasati lebih mencintai Aryo, sahabatnya sendiri. Tentu saja Dahlan muda marah sekali.

Aryo sendiri tahu diri, selain ia anak orang tidak punya juga ia merasa dirinya tidak pantas bersanding dengan Larasati yang cantik. Ia lalu mengalah bahkan meminta agar gadis yang dicintainya itu menikah dengan Dahlan sahabatnya.

Tapi Larasati bersumpah kalo dirinya tidak akan menikah kecuali dengan Aryo. Melihat keteguhan hatinya akhirnya pemuda itupun luluh dan mau menikah dengannya walaupun untuk itu hubungan persahabatannya dengan Dahlan jadi putus.

Untuk menghindari masalah, karena ia tahu Dahlan orangnya akan selalu berbuat apa saja untuk tujuannya. Ia lalu mengajak istrinya untuk berdagang di tempat yang jauh. Sebagai seorang istri, Larasati tentu saja menurut.

Tapi ketika orang tua Larasati meninggal dan sebelum meninggal mereka meminta agar anaknya itu menempati rumah tersebut karena Laras adalah anak tunggal maka mereka berdua pulang kampung. Lagipula toh sudah lama ini, sudah 10 tahun lebih apalagi mereka mendengar kalo Dahlan sudah menikah bahkan sudah beristri tiga, anaknya juga sudah banyak, jadi tidak mungkin masih menginginkan Laras.

Tapi sayangnya dugaan mereka salah. Ternyata Dahlan yang kini menjadi lurah masih teringat padanya apalagi ketika melihat pujaan hatinya itu masih cantik seperti dulu seakan waktu enggan menjamahnya. Bahkan ketika wanita itu sedang mencuci baju di pinggir kali sendirian, kepala desa itu tanpa malu dan sungkan merayu dirinya agar meninggalkan suaminya. Akan ku ceraikan semua istriku, begitu janjinya.

Tentu saja Larasati tidak sudi, selain ia mencintai suaminya juga karena ia muak dengan tingkah laku kepala desa itu. Ia terang-terangan menolak ajakannya. Tentu saja lelaki setengah baya itu jadi gusar tapi tidak bisa berbuat apapun.

Dahlan berpikir keras bagaimana caranya agar dirinya bisa mendapatkan wanita yang dicintainya.

Akhirnya kesempatan itu datang juga. Suatu hari datang wabah penyakit menular dan menyebabkan beberapa kematian warga desa. Lurah Dahlan lalu menghasut penduduk kalo ini adalah ulah dari Aryo. Ia memiliki ilmu hitam yang dipelajari di perantauan dan kini minta tumbal.

Warga desa yang marah karena anggota keluarganya meninggal tentu saja marah. Dengan membawa berbagai macam senjata mereka menyantroni rumah Aryo untuk membunuhnya walaupun carik desa sudah meminta agar bersabar dulu.

Akhirnya Aryo pun mati dengan mengenaskan karena dibantai oleh warga kampung. Larasati yang sedang mencuci pakaian di sungai tentu saja marah luar biasa dengan kematian orang yang di cintai nya.

Aku tahu, ini semua ulahmu lurah keparat, aku pasti akan membalas dendam kepadamu dan kepada penduduk desa, demikian sumpah serapah perempuan itu kepada Dahlan. Kepala desa itu sendiri sampai merinding mendengar kutukan itu.

Setelah itu Larasati lalu menghilang tidak tahu rimbanya. Aneh bin ajaib, wabah penyakit menular yang sebelumnya mengganas di desa hilang sendiri. Lurah Dahlan sendiri hampir percaya kalo Aryo yang menyebabkan penyakit itu, kalo saja ia tidak dapat informasi kalo desa-desa sebelahnya juga terkena wabah.

Ternyata kutukan Larasati benar-benar terjadi. Satu persatu warga desa yang ikut membantai Aryo ditemukan mati dengan mengenaskan.

Tentu saja lurah Dahlan jadi ketakutan, apalagi ketika satu persatu anaknya ada yang mati. Selain takut, ia juga dendam, bagaimana pun mereka adalah anaknya sendiri.

Tapi untuk membalas dendam langsung juga ia tidak berani. Larasati tentu memiliki ilmu hitam yang tinggi setelah beberapa orang yang disuruh ke lereng bukit tidak ada yang kembali. Iapun akhirnya meminta bantuan Ki Kusumo, orang pintar yang terkenal sakti di daerah tersebut.

Akhirnya dengan bantuannya ia bisa melumpuhkan ilmunya.

Tapi bagaimanapun, Laras adalah wanita yang sangat dicintainya, bagaimana mungkin ia tega membunuhnya. Maka iapun berseru." Larasati, menyerahlah. Aku jamin keselamatan mu kalo kamu menyerah."

Para penduduk desa tentu saja dongkol dengan seruan kepala kampung itu tapi tak ada yang berani membantah secara langsung.

Larasati hanya tersenyum mengejek mendengar seruan musuh bebuyutannya itu." Aku tahu maksud busukmu itu Dahlan, jangan harap aku bisa kau perdaya. Aku tidak melihat tampang menantu mu yang pengecut itu."

"Ia bukanlah pengecut Laras. Bayu sengaja tidak kesini agar ia tidak kau guna-gunai. Ia akhirnya berhasil membuatmu terperdaya hahaha..." Lurah itu tertawa walaupun sebenarnya sakit hati. 

Untuk melumpuhkan ilmu Larasati maka tujuh rambut yang ada di uyeng-uyeng tengah kepalanya harus dicabut dan hanya kamu yang bisa anak muda, begitu pesan Ki Kusumo. Untuk itulah Bayu yang masih muda dan gagah diutus, tentunya dengan bekal ilmu agar Larasati bisa lengah. Ia berhasil mendapatkan kepercayaan dari Larasati dan bahkan bukan cuma itu, ia berhasil membuatnya jatuh cinta. Mereka lalu berhubungan intim, dan waktu perempuan itu terlelap ia berhasil mencabut rambut tengahnya, tentu saja setelah sebelumnya ia membaca mantra yang sudah diberikan oleh Ki Kusumo.

Keberhasilan itu membuat lurah tersebut senang tapi juga cemburu, ia yang susah payah saja gagal tapi malah menantunya yang berhasil mendapatkan tubuh wanita muda itu.

"Begitu kah." Larasati masih mengejek." Tahukah kamu Dahlan, sesungguhnya aku lebih suka jatuh ke menantu mu itu daripada denganmu. Selain itu ketahuilah, bahwa mulai sekarang menantu mu itu tidak akan pernah puas oleh perempuan lain, karena hanya akulah yang bisa memuaskannya hahaha..."

Setelah puas tertawa ia menyapukan pandangannya pada warga desa yang mengepungnya.

" Kalian ingin membunuh ku, majulah kalian semua." Dengan mata berapi-api ia lalu mengedarkan pandangannya. 

Mendengar perkataan itu dan melihat sikapnya yang dingin, tak ada satupun penduduk desa yang berani maju. Bahkan Herman, yang kedua adiknya menjadi korban ilmu hitam Larasati ketika didorong oleh temannya malah mundur.

Akhirnya Ki Kusumo maju." Sudahlah Larasati, sudah cukup korban yang jatuh selama ini. Aku tahu kamu mau membalaskan dendam atas kematian suamimu, tapi banyak korban jiwa dari penduduk desa yang tidak bersalah jatuh karena tanganmu."

Melihat wibawa lelaki itu maka wanita itu pun diam saja karena memang benar perkataan. Mungkin jika ilmunya tidak musnah ia bisa saja dengan dingin membunuh orang tua itu yang berani ikut campur, tapi sayangnya ia terperdaya.

Melihat wanita itu diam, Ki Kusumo maju ke depan." Ketahuilah Larasati, aku hanya menjalankan tugasku saja, aku harap kamu mengerti."

"Aku mengerti kisanak. Tenang saja, arwahku tidak akan membalas dendam kepadamu." Katanya dingin.

Tentu saja lurah Dahlan dan para penduduk desa jadi kaget dan gempar. Beberapa orang yang nyalinya ciut langsung pulang. Beberapa lagi yang lain jadi ngeri, membayangkan bagaimana nanti arwah perempuan yang mereka takuti akan meneror mereka.

"Apa tipu muslihat mu Larasati." Desis kepala kampung itu yang hanya ditanggapi dingin oleh yang ditanya.

Melihat hal itu maka Ki Kusumo segera maju ke depan wanita itu." Aku harap kamu mau mencabut sumpahmu Laras, kurasa sudah cukup kau mengambil korban."

Larasati berkata dingin." Sumpah yang sudah terucap mana mungkin ditarik kembali. Sebaiknya kamu segera melakukan tugasmu sebelum aku berubah pikiran menjadikanmu musuhku."

Ki Kusumo tidak bisa berkata apa-apa lagi. "Kalo begitu merunduklah Larasati, aku aku bisa menjatuhkan hukuman agar kau tidak terlalu kesakitan."

Wanita itu menurut. Ia berlutut dan wajahnya menghadap ke bawah dimana desa Kaligangsa berada.

Para penduduk desa tegang ketika Ki Kusumo mengeluarkan sebuah golok yang cukup panjang. Begitu senjata itu dikeluarkan dari sarungnya, sinarnya tampak berkilau menandakan kalo golok tersebut sangat tajam.

Larasati menundukkan kepalanya seakan pasrah padahal dalam hati ia merapal mantra andalannya sambil mengusap perutnya, balaskan lah dendam ibumu ini nak. Tangannya mengeluarkan sinar biru kecil yang langsung lenyap kedalam perut. Getaran didalam perutnya membuatnya tersenyum puas.

Sementara itu orang tua berambut putih itu tidak melihat apa yang dilakukan oleh Larasati, selain karena di belakangnya, ia juga sedang memejamkan mata sambil merapal mantra agar roh orang yang hendak dibunuhnya itu tidak membalas dendam.

Begitu selesai membaca mantra, golok ditangannya secepat kilat meluncur kebawah. Kepala perempuan itu tanpa ampun langsung putus, darah langsung menyembur dari lehernya. Tapi anehnya tubuhnya diam tak bergerak, seakan Ki Kusumo hanya memotong batang pisang saja.

Apa sebenarnya yang kau rencanakan Larasati batin orang tua tersebut, tapi di mulutnya ia tersenyum. Ujarnya pada penduduk desa." Kini perempuan yang menyebabkan di desa Kaligangsa sudah mati. Kuburkanlah jasadnya dengan baik, semoga saja rohnya jadi tenang dan tidak mengganggu kalian lagi."

Penduduk desa hanya mengiyakan lalu atas perintah pak lurah tubuhnya lalu dimakamkan dengan layak.

Begitulah, akhirnya prahara desa Kaligangsa berakhir dan kembali tenang. Tak ada lagi teror penduduk yang mati dengan mengerikan. Pada awalnya penduduk desa masih agak was-was tapi setelah beberapa bulan tidak terjadi apa-apa mereka pun lega. Merekapun memuji Ki Kusumo yang telah berjanji kalo dirinya memberikan pagar pengaman pada kuburan Larasati agar ia tidak bangkit lagi.

Bulan demi bulan pun berlalu. Jika biasanya kuburan itu dijaga oleh dua orang warga tapi kini mereka mengacuhkannya.

Suara srigala meraung di kejauhan. Seekor burung hantu yang sedang bertengger di pepohonan tersentak lantas menjauh pergi diterangi sinar bulan purnama yang menerangi seantero makam.

Di bawah pohon beringin yang gelap gulita, makam Larasati yang selama ini tenang tiba-tiba bergetar. Makam itu bergetar, meledak, dan sebuah tangan muncul dari dalam kuburan.

TAMAT


Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

83 komentar untuk "Petaka desa Kaligangsa"

  1. Kaligangsa, jadi ingat sama blog film..hihihi

    Ternyata semua karena ulah si Dahlan padahal udah punya istri tiga masih mau nambah.

    Sepertinya cerita ini akan ada kelanjutannya, Larasati bangkit lagi dan mencari si Bayu dan si Bayu jadi biang teror bersama Larasati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 🤣🤣🤣

      Iya ya, dulu di mywapblog aku pakai domain kaligangsa.net. jujur aku sudah lupa, eh mas Herman masih ingat saja. Daya ingatnya kuat kayak pakai lem besi.😄

      Keterlaluan si Dahlan ya, udah punya bini tiga pengin yang keempat.😤

      Lanjutannya ada di blog Hermansyah mywapblog.😁

      Hapus
    2. Dulu Kaligangsa kan tempat saya dan download film, mas..hihihi

      Oh ya Kaligangsa itu di kaki gunung Slamet apa bukan, mas?

      Mungkin biar jadi genap kali ya makanya dia nafsu banget pengen nambah.. wkwkwk

      Hapus
    3. Wah ternyata mas Herman langganan nya, makasih banyak mas 😁

      Enggak mas, Kaligangsa itu malah dekat pantai, cuma beberapa km saja.

      Wah keterlaluan itu Dahlan, terus Ratna ditinggalkan ya.😂

      Eh, lha kok bahas Ratna, itu mah lain lagi ya

      Hapus
    4. Malah saya yang terima kasih selain bisa download film tanpa ribet mutu filmnya juga bagus-bagus belum pernah dapati hasil download-an yang ada orang lewat atau kameranya miring selain itu blog-blog saya dapat banyak backlink dari Kaligangsa..hihihi

      Beberapa kali ke Tegal belum pernah main ke pantainya.

      Bisa jadi Ratna itu salah satu dari tiga istrinya..hahaha

      Hapus
    5. Eh ada mbul, maaf belum balas. Sebenarnya mau bilang daya ingatnya mas Herman sama kuat dengan mbul.😄

      Hapus
    6. Berarti mas Herman download filmnya yang sudah agak lama beredar, sebab kalo yang baru masuk bioskop pasti gambarnya burem, terus ada orang lewat lagi.😂

      Sayangnya semua ini tinggal kenangan, hiks...

      Oh mas Herman beberapa kali main ke Tegal, kayaknya ada teman asli Tegal ya mas 😀

      Hapus
    7. Ya gitu deh film yang udah agak lama tapi di tempat lain sering banget dapati film yang udah cukup lama filmnya masih buram dan layarnya miring dan itu kadang ada orang yang lewat juga..hihihi

      Sudah beberapa kali saya main ke Tegal, mas. Dan yang terakhir main ke Margasari. Iya asli Tegal dan kenalnya di warteg dan ada juga yang kenalnya di warteg tapi orang Brebes bukan orang Tegal..hihihi

      Hapus
    8. Sebenarnya membedakan film yang bening sama burem gampang mas, cari saja yang sudah format Blu-ray pasti bening.

      Tapi kadang ada yang nakal juga, formatnya camrip tapi ditulis Blu-ray.😂

      Tegal Brebes sebelahan jadinya kalo ada orang Brebes bikin warteg ya wajar, soalnya kalo ditulis Warbes nanti aneh.😄

      Hapus
    9. Bukan kadang tapi banyak yang nakal tulisannya aja yang bluRay pas didownload taunya versi cam.

      Kurang tau juga yang bikin itu orang Brebes atau orang Tegal tapi pelayannya orang Brebes sama orang Tegal.

      Hapus
    10. Iya juga sih, soalnya kalo terus terang camrip kurang laku kecuali yang penasaran pengin banget nonton di bioskop tapi bokek.😂

      Ya udah anggap saja itu orang Tegal Brebes.😄

      Hapus
    11. Saya pernah sekali diajak teman ke kampung temannya di Brebes tapi anehnya bahasa yang dipakai di tempat itu bukan bahasa Jawa ngapak melainkan bahasa sunda cuma saya lupa itu Brebesnya mana.

      Hapus
    12. Oh itu Brebes bagian selatan mas. Kalo daerah Ketanggungan, Salem, Bantar Kawung dan sekitarnya memang pakai bahasa Sunda.

      Aku juga baru tahu. Jadi ceritanya ada sepupu saya menikah sama orang Bantar Kawung Brebes, kirain aku namanya Brebes ngomong bahasa Jawa, eh ternyata Sunda. 😄

      Hapus
    13. Tadi coba Googling wilayah Brebes selatan ternyata berbatasan dengan Jawa barat mungkin karena itu jadi berbahasa Sunda

      Hapus
    14. Betul sekali mas, bahkan kabarnya dulu masih termasuk wilayah Pajajaran.😃

      Hapus
  2. alemong yang mati kayak di majalah Hidayah ada yang melotot
    dendam kesumat membuat sumpah larasati mengerikan
    dendam percintaan memang tiada habisnya
    begitulah kata Ci PaT kai
    halah kok malah nyambung ke sana

    BalasHapus
  3. Takut, ah. Cerita potong kepala, putus dan berdarah. Ntar nenek susah tidur. Hihikkkh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo takut mendingan baca sampai tuntas biar ngga penasaran Bu haji.😂

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah maaf mbul, recehannya sudah habis.🤭

      Kurang tahu tuh Larasati umurnya berapa, kayaknya sepantaran dengan mbul soalnya masih awet muda.😄

      Dulu habis nonton film Suzanna yang ratu calon arang, jadinya ya begitulah.😂

      Mungkin tangannya mas Herman, soalnya lagi pegangan tiang listrik.😁

      Hapus
    2. Eh lupa, itu sudah tamat jadi tidak ada sambungannya, kalaupun ada kayaknya lanjutannya di blog terwelu ucul.😄😄

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    4. Lha itu yang kost ada Nini nya bagus kok.😄

      Hapus
  5. Abis meledak terus tangannya keluar dari kuburan, selanjutnya mau ada apa lagi nih mas? Kenapa ditamatin, seru tau kalau ada sambungannya, hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya nanti ada lanjutannya tapi di blog sebelah, blog terwelu ucul.😄

      Hapus
  6. postingan belum sampe 24 jam. Komentar udah 17 aja. Mantepp bener om Agus. btw apa kabar om 😆😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kan tak balas semuanya makanya banyak Do.😆

      Alhamdulillah baik kabarnya

      Hapus
    2. BTW si Bayu sakti juga yaa. Bisa mendapatkan tujuh helai rambut tengah perempuan itu.. Cara ngambilnya gimana yaak hehee

      Hapus
    3. Entahlah bagaimana caranya, mungkin nanti kalo mas Bayu kesini bisa tanya sama orangnya.😄

      Hapus
    4. Itu Mas Do. Karena Bayu ganteng dan gagah. Dia berhasil memikat hati Larasati sehingga sewaktu mereka ehem ehem. Si Bayu berhasil ngambil 7 helai rambutnya 😆😆

      Hapus
    5. Wow, berarti Larasati habis digoyang dulu dong.😂

      Hapus
  7. Itu kalau di film ngagetin lho yg seperti di endingnya itu, hihi

    Belum balas dendam anaknya, ayo mas bikin lanjutannya, anaknya muncul di 2021 dan awet muda, munculnya di diskotik lagi dugem, jeb ajeb ajeb, terus pulang dari kampus terus ban sepedanya kempes terus ada pak dosen bantuin, terus dibawa pulang kerumah dosen makan khong-guan, terus jadi ART dirumah dosen, terus ada tukang koran nagih terus minta nope, terus ngekost, terus nonton bola terus ada yg cekikan, hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap banget lanjutannya, kang.. wkwkwk

      Hapus
    2. Itu lanjutannya kayaknya campuran cerpen mas Herman sama mbul.😁

      Hapus
    3. Kayak ada cerpen mas Satria juga.

      Hapus
    4. Cerpen kang satria kisah nyata pernah jadi asisten dosen 😅

      Hapus
    5. Oh iya ya, itu cerpen nya kang satria, tapi sayangnya sekarang dia jarang nongol.😄😄

      Hapus
    6. Beliau lagi uji coba jok bolong 🤣

      Hapus
  8. Endingnya serem, apakah ini sudah tamat ataukah masih bersambung?

    BalasHapus
  9. ternyata oh ternyata...ada tangan keramat menyeruak dari balik gundukan...dan dedaunan dari pohon beringin pun bergetar.....wusssshhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan-jangan itu tangannya Nita kali ya yang keluar.😱

      Hapus
  10. wah keren, bakal ada lanjutannya gak nih, Mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lanjutannya ada di blog saya naia.😱

      Hapus
    2. wkwkwk berlanjut dalam kolom komen di blog saya naia.. wkwkwk

      Hapus
  11. Ngeri juga cerpennya. Membacanya jadi membayangkan seolah sedang menonton film-film di indosiar. Horor, tragis jadi satu. Sedap Mas Agus!

    BalasHapus
  12. Duuuh jangan tamat dong mas. Ini mah harusnya masih bersambung :D. Kan penasaran mau baca pembalasan Larasati :D.

    Adegan terakhirnya, aku langsung kebayang film lawas, bangkit dari kubur hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rencananya sih ada lanjutannya tapi belum kepikiran gimana bikinnya.😄

      Hapus
  13. hyaaa kenapa endingnya begini, bangkit lagi dong larasati
    sekilas aku membayangkan kayak adegan film, seruu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah, ceritanya Laras bangkit lagi tapi nanti di episode selanjutnya mbak.😄

      Hapus
  14. Wuaa kok kau baca ini sambil ngebayangin larasari itu wajahnya kayak Suzana yaa..
    Larasati aku yakin ga akan tenang itu di alam kubur, bangkit bareng aryo nanti untuk ngasi kutukan jilid 2 ke desa itu 😆😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang kemarin habis nonton film Suzanna yang judulnya calon arang, terus ditulis.😄

      Hapus
  15. Jadi suaminya larasti di bunuh. Cerita selalu sama: Penduduk bisa di hasut. analoginya mengingatkan saya bahaya kerumunan manusia. Apa yang paling berbahaya di dunia ini? Kerumunan manusia! Begitu mereka terhasut benar dan salah adalah urusan belakangan, kini bentuknya adalah kerumunan netizen he he he...begitu hidupmu di fitnahnya melalui konten viral, tamatlah riwayat kebajikan kita...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah betul juga ya pak, jadi ingat dulu kasus pengeroyokan tukang servis elektronik yang mati karena disangka nyolong speaker aktif di masjid

      Hapus
  16. wah bagus banget mas ceritanya, kayak cerita kolosal ada kisanaknya :D.. menurutku cerita ini cocol di masukin tivi jadi serial giti heheheh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tenang mas, nanti ceritanya akan nongol di channel official Khanif TV.😁

      Hapus
  17. bang, enaknya baca panjang gini di hape, tapi sekarang aku di laptop.. Aku tunda komentarnya ya wkwkkwkw

    maap ya bang :))

    BalasHapus
  18. Wahhh aku baru bnget kesini mas Agus.. tertinggal cerita banyak.. huhu 😭

    Sebagai awal aku baca yg ini dlu sebagai pemanasan. Tapi ternyata ceritanya udah berat ya.. 😆😁 merinding aku bacanya. Tentu juga terkesima dengan cara penulisan Cerpen Mas Agus yang Numero Uno 👍👍

    Aku tunggu kelanjutannya lohh.. ini masih menggantung soalnya. Belum Puas kalau Dahlannya belum mati. Wkwk secara. Kayanya awal permasalahannya ada di Dahlan yang nggak puas2.. sudah punya 3 tapi masih menanam rasa di perempuan lain. Sudah gtu nyebar fitnah lagi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke tunggu saja lanjutannya, tapi nanti Bayu dapat peran yang sadiz lho.😂

      Hapus
  19. Tumben udah lebih dari seminggu belum ada post baru, jangan-jangan adminnya lagi berada di tempat yang ngga ada sinyal?

    BalasHapus
    Balasan
    1. mas agus lagi sibuk mainin featured pos mas her :)

      Hapus
    2. Mas Agus nya lagi sibuk berkelir.😂

      Lagi bikin lanjutannya dengan judul lain tapi baru dua episode, rencananya mau empat episode.😄

      Hapus
    3. Beliau mau kaya Masher, posting satu dekade sekali 🤣

      Hapus
  20. Wah ini sih belom tamat. Masih ada sekuelnya kaaaan? Anaknya baru bangkit dari kubur....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu sekuelnya kekasih dari alam kubur mbak.😂

      Hapus
    2. Loooh tapi belom nyambung ceritanyaa.... Eh tapi aku belom baca yang part 3 sih wkwkwkw

      Hapus
    3. Mungkin part empat dan lima mulai nyambung atau mungkin part enam nanti.😆

      Hapus
    4. tapi kok yang bangkit bukan anaknya larasati? Kukira anaknya...

      Hapus
    5. Bukan mbak, soalnya anaknya belum selametan nasi goreng.😂

      Hapus
    6. Hahaha emangnya selametan pakai nasi goreng mas Agus?? 🤣🤣🤣

      Hapus
  21. tangan siapaaaa yang muncul dari dalam kuburaann???
    selalu deh ceritanya bikin merinding.. huhu
    ini nyambung ke cerita "kekasih dari alam kubur" ya mas?

    Cuss ah, beli popcorn dulu kalo gitu.. buat nyimak cerita selanjutnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh dibilang nyambung tapi tidak nyambung juga ngaruh sih

      Hapus